ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN PISANG (Musa spp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN PISANG(Musa spp.) DITIGA KECAMATAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama,

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MACANG (Mangifera foetida Lour.) DI SUMATERA BAGIAN TENGAH

III. METODE PENELITIAN

KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

PENENTUAN GENOM FENETIK KULTIVAR PISANG YANG TUMBUH DI KALIMANTAN SELATAN

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGELOMPOKAN BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI VEGETATIF PADA PLASMA NUTFAH PISANG ASAL KABUPATEN ACEH BESAR. Marai Rahmawati 1 dan Erita Hayati 1

Pengelompokan Aksesi Pisang Menggunakan Karakter Morfologi IPGRI

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tabel 1. Karakteristik Buah pada Beberapa Kultivar Pisang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang semu (pseudostem). Tanaman ini memiliki tinggi bervariasi,

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MANGGA (Mangifera sp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

EXPLORATION AND CHARACTERIZATION MAS BANANA (Musa spp) IN THE DISTRICT NGANJUK, MOJOKERTO, LUMAJANG AND KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997).

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA

SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL. Oleh DR. M. Rahmad Suhartanto Dr. Sobir DR. M. Arif Nasution Heri Harti, SP

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

KARAKTERISASI SIFAT KUALITATIF BUAH PADA ENAM KULTIVAR PISANG(Musaspp.) LOKAL KAMPAR

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

BAB I PENDAHULUAN. gedang di daerah Jawa, galuh di daerah Sumatra, harias di daerah Kalimantan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis.

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS FILOGENETIK TIGA POPULASI DUKU TURAK (Lansium domesticum Corr.) ASAL KABUPATEN KUANTAN SINGINGI BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

BIOSISTEMATIKA BERBAGAI VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI MELALUI METODE FENETIK

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 193/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

* korespondensi: Diterima 10 Januari 2014, diterima untuk dipublikasikan 19 Februari Abstrak

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kawista (Limonia acidissima L.) di Indonesia salah satunya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas tanaman ditentukan oleh interaksi antara lingkungan dan

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

I. PENDAHULUAN. Berbagai jenis pisang kepok selama ribuan tahun sudah ditanam di berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

BAB I PENDAHULUAN. sangat digemari oleh masyarakat di dunia pada umumnya. Beberapa negara

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

HUBUNGAN KEKERABATAN AKSESI PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Formatypica) DI KABUPATEN MUNA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD

Mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unsrat Manado, )

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

Transkripsi:

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN PISANG (Musa spp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Nia Marta Manurung 1, Fitmawati 2, Nery Sofiyanti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Biologi 2 Dosen Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia e-mail : niamanurung.nmm@gmail.com ABSTRACT Kampar is a district in Riau Province that has high banana diversity. The aim of this research was to investigate the diversity of bananas based on morphological characters. This research had been conducted from March to July 2012 in five study sites i.e. Kampar Timur, Kampar, Rumbio Jaya, Tambang and Tapung Sub-district, using survey method and direct observation. A total of 43 banana trees were examined and scored using their morphological characters. The dendogram was constructed from similarity matrix using NTSyst which based on 89 morphological characters. The similarity coeficient was ranged from 0.15 to 0.84 that the highest relationship was found between Manis Bawang and Bantan cultivar, while the lowest relationship was found between Kowok and Lilin cultivar. A total of 33 banana cultivars were determined which based on the morphological character observation. The dendrogram showed two main groups, group I consisted of two cultivars, i.e. Tanduk and lilin, while group II consisted of 41 individuals from 31 cultivars. The potential bananas were divided into two groups, consumable bananas as fresh fruit (Buai Pendek, Udang, Godang, Barangan, Si Ajo, Tenalun, Timah) and cooked bananas (Tanduk, Bungo, Pawen, Nangko, Sirandah, Batu and Batu Abu). Keyword: Banana (Musa spp.), diversity, Kampar, morphology ABSTRAK Kampar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Riau yang memiliki keanekaragaman pisang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keanekaragaman pisang berdasarkan karakter morfologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2012 dan dilaksanakan di Kabupaten Kampar, Propinsi Riau, yaitu di Kecamatan Kampar Timur, Kampar, Rumbio Jaya, Tambang dan Tapung, menggunakan metode survei jelajah (reconasance) dan pengamatan. Empat puluh tiga (43) individu pisang dipelajari dan diskroring menggunakan karakter morfologi. Dendrogram dihasilkan dari matriks koefisien kemiripan menggunakan NTSyst berdasarkan 89 karakter morfologi. Koefisien kemiripan berkisar antara 0,15-0,84, dengan hubungan kekerabatan terdekat terdapat antara kultivar Manis Bawang dan Bantan, dan hubungan kekerabatan terjauh terdapat antara kultivar Kowok dan Lilin. Dari hasil pengamatan dan determinasi yang dilakukan, diperoleh 33 total kultivar pisang. Dari hasil dendogram yang diperoleh, pisang yang diperoleh dibagi menjadi dua kelompok, kelompok I terdiri dari dua kultivar, yaitu Tanduk dan Lilin. Kelompok dua terdiri dari 41 individu dari 31 kultivar pisang. Pisang potensial dibagi kedalam dua kelompok, pisang yang dikonsumsi sebagai buah segar (Buai Pendek, Udang, Godang, 1

Barangan, Si Ajo, Tenalun, Timah) dan pisang yang dimasak terlebih dahulu (Tanduk, Bungo, Pawen, Nangko, Sirandah, Batu and Batu Abu). Kata kunci: Kampar, karakter morfolgi, keanekaragaman, pisang (Musa spp.) PENDAHULUAN Pisang (Musa spp.) termasuk KE dalam famili Musaceae yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia (INIBAP 2007 dalam Anonim 2008; Ploetz et al.2007). Buah ini sangat digemari oleh masyarakat dunia, baik dikonsumsi sebagai buah segar (buah meja) maupun pisang olahan (pisang plantain). Di beberapa negara berkembang, pisang menempati urutan keempat sebagai bahan makanan penting setelah beras, gandum dan jagung (INIBAP 2007 dalam Anonim 2008; Sharrock 1997). Tidak heran jika pisang merupakan bahan makanan penting karena buah ini bergizi tinggi (Satyantari et al. 1999), yaitu mengandung kalsium, kalium, vitamin, kalori, karbohidrat, serat dan lainnya (Suyanti dan Ahmad 2010; Anonim 2007; Jumari et al. 2002). Dengan adanya kandungan gizi tersebut, pisang dapat dijadikan sebagai bahan makanan pokok seperti halnya di Negara tropik dan sub-tropik (INIBAP 2000 dalam Anonim 2008), sehingga dapat mendukung program diversifikasi makanan yang sedang digalakkan di Indonesia. Terlebih lagi pisang berbuah sepanjang tahun sehingga mudah diperoleh. Di dunia terdapat lebih dari 1.000 kultivar pisang (Anonim 2008) dan menurut Daniels et al.(2001) dalam Retnoningsih (2009), 325 diantaranya berada di Indonesia. Pisang unggul yang ada di Indonesia antara lain pisang kepok, pisang tanduk, pisang tongkat langit, pisang raja, pisang mas dan masih banyak lagi pisang unggul yang ada di Indonesia (Satuhu dan Ahmad S 2010). Pisang merupakan buah ekspor yang sempat menempati urutan pertama dalam ekspor buah segar nasional di Indonesia (Anonim 2009 1 ). Namun kedudukan ini tidak bertahan lama karena terjadinya penurunan produksi pisang yang disebabkan adanya penyakit pisang yang mematikan (Panama). Penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang jaringan pengangkut yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxisporum f.sp. cubense (Foc) (Moore et al. 1995). Hampir seluruh wilayah Indonesia cocok dijadikan perkebunan pisang (Jumari et al. 2002; Prihatman 2000; Satyantari et al. 1999), termasuk provinsi Riau. Di provinsi ini, Kabupaten Kampar memiliki keanekaragaman pisang yang cukup tinggi. Kecamatan Kampar Timur dan Kecamatan Kampar merupakan daerah yang paling banyak dijumpai pisang dan diikuti oleh Kecamatan Rumbio Jaya dan Kecamatan Tambang (Anonim 2010). Berdasarkan survei yang dilakukan, di Kabupaten Kampar masih ditemukan berbagai variasi pisang batu (kepok) yang di daerah lain sudah sulit dijumpai dan varietas lain juga masih ditemukan seperti pisang batu abu, serawak, pisang kapas, rotan, sirandah, tanduk dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman plasma nutfah pisang di daerah ini masih tinggi, sehingga perlu dilakukan analisis hubungan kekerabatan pisang di Kabupaten Kampar dengan tujuan untuk mengetahui jenis-jenis dan mengetahui hubungan kekerabatan pisang di Kabupaten Kampar. METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh bagian tanaman pisang, baik secara vegetatif maupun reproduktif. Alat-alat yang digunakan meliputi: etiket gantung, meteran, kantong plastik, kertas label, karung, penggaris, jangka sorong, pisau, cutter, GPS 2

(Global Positioning System), kamera digital, buku panduan deskriptor pisang IPGRI tahun 1996 dan alat-alat tulis. Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan metode survei jelajah (reconasance) dan pengamatan. Survei jelajah yaitu pengambilan sampel dengan cara menelusuri atau menjelajahi lokasi tempat penelitian. Pengamatan yaitu sampel yang diperoleh diamati dengan seksama untuk melihat karakter-karakter yang diperlukan. Pengambilan Sampel Tanaman Sampel tanaman pisang yang digunakan yaitu pisang yang memiliki ciri morfologi lengkap, yaitu pisang yang memiliki bagian vegetativ (batang semu, daun, anakan) dan bagian reproduktif (bunga, buah, biji jika ada) (Jumari dan Pudjoarinto 2000). Tanaman dengan karakter berbeda dijadikan sampel. Setiap sampel diberi etiket gantung dengan keterangan koleksi. Karakter-karakter penting yang akan hilang di lapangan didokumentasikan dengan mengggunakan kamera digital. Selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium untuk pengamatan morfologi lebih lanjut. Pengamatan Morfologi Pengamatan sampel tanaman pisang berdasarkan buku panduan deskriptor pisang IPGRI tahun 1996. Pengamatan dilakukan terhadap batang, daun, tandan buah, jantung pisang, braktea, bunga jantan, kemudian buah dan biji. Analisis Data Data pengamatan morfologi disajikan dalam bentuk skor, selanjutnya digunakan untuk membuat matriks kemiripan genetik dengan menggunakan prosedur SIMQUAL (Similarity for Qualitatif Data). Matriks kemiripan ini digunakan untuk analisis pengelompokan Sequential, Angglomerative, Hierarcichal and Nested (SAHN), clustering dengan metode Unweighted Pair-group Method with Arithmatic Averaging (UPGMA) menggunakan program computer NTSYS-pc 2.02 (Rohlf 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Hubungan Kekerabatan Pisang (Musa spp.) Di Kabupaten Kampar Nilai koefisien kemiripan morfologi antar 43 individu pisang yang diturunkan dari matriks simqual menunjukkan rentang nilai koefisien kemiripan berkisar antara 0,15 dan 0,84 (Tabel 1). Nilai koefisien kemiripan tersebut menunjukkan semakin besar angka, maka semakin tinggi kemiripan yang dimiliki oleh individu tersebut dan sebaliknya semakin rendah angka yang diperoleh, maka semakin rendah kemiripan individu tersebut. Nilai persentase kemiripan (Kf) tertinggi yaitu 84% diperoleh pada pisang Manis Bawang dengan pisang Bantan dengan 75 persamaan karakter atau 14 karakter berbeda. Nilai persentase kemiripan (Kf) tertinggi kedua yaitu 82% diperoleh pada pisang Timah dengan pisang Lomak Manih dengan 67 persamaan karakter. Nilai persentase kemiripan (Kf) terendah yaitu 15% diperoleh pada pisang Kowok dengan pisang Lilin dengan 13 persamaan karakter, yaitu lilin pada daun sangat sedikit bahkan tidak ada, bercak pada tangkai daun sedikit, garis tepi tangkai daun memiliki sayap dan tidak memeluk batang, permukaan atas dan bawah daun tidak mengkilap, permukaan perut tulang daun hijau, nodus kosong pada tangkai tandan tidak ada, panjang buah 15 cm, garis melintang buah membulat, warna kulit buah belum matang hijau terang dan setelah matang berwarna kuning dan buah mudah dibuka. 3

Tabel 4.1.Matriks Kemiripan 43 Individu pisang (Musa spp.) berdasarkan karakter morfologi SP1 SP2 SP3 SP4 SP5 SP6 SP7 SP8 SP9 SP10 SP11 SP12 SP13 SP14 SP15 SP16 SP17 SP18 SP19 SP20 SP21 SP22 SP23 SP24 SP25 SP26 SP27 SP28 SP29 SP30 SP31 SP32 SP33 SP34 SP35 SP36 SP37 SP38 SP39 SP40 SP41 SP42 SP43 SP1 1.00 SP2 0.35 1.00 SP3 0.31 0.56 1.00 SP4 0.57 0.48 0.40 1.00 SP5 0.49 0.39 0.37 0.57 1.00 SP6 0.57 0.41 0.36 0.47 0.49 1.00 SP7 0.47 0.44 0.47 0.43 0.55 0.43 1.00 SP8 0.36 0.75 0.52 0.38 0.44 0.38 0.52 1.00 SP9 0.46 0.52 0.43 0.46 0.47 0.46 0.45 0.50 1.00 SP10 0.33 0.56 0.60 0.46 0.43 0.40 0.49 0.58 0.55 1.00 SP11 0.43 0.52 0.50 0.46 0.46 0.44 0.57 0.52 0.60 0.58 1.00 SP12 0.36 0.68 0.47 0.36 0.37 0.36 0.44 0.72 0.49 0.55 0.44 1.00 SP13 0.49 0.40 0.37 0.77 0.53 0.44 0.45 0.35 0.42 0.42 0.38 0.39 1.00 SP14 0.46 0.49 0.39 0.55 0.57 0.47 0.45 0.43 0.39 0.45 0.37 0.43 0.58 1.00 SP15 0.84 0.37 0.34 0.59 0.49 0.61 0.44 0.33 0.47 0.33 0.40 0.34 0.54 0.52 1.00 SP16 0.45 0.39 0.40 0.52 0.51 0.48 0.38 0.31 0.40 0.45 0.43 0.37 0.55 0.50 0.51 1.00 SP17 0.37 0.57 0.51 0.42 0.48 0.42 0.52 0.57 0.51 0.61 0.53 0.54 0.42 0.49 0.36 0.48 1.00 SP18 0.43 0.43 0.48 0.51 0.51 0.42 0.58 0.44 0.45 0.44 0.54 0.42 0.54 0.37 0.45 0.46 0.44 1.00 SP19 0.35 0.75 0.56 0.38 0.35 0.36 0.45 0.80 0.49 0.56 0.51 0.71 0.36 0.44 0.33 0.36 0.55 0.46 1.00 SP20 0.43 0.56 0.55 0.54 0.45 0.40 0.45 0.50 0.51 0.56 0.57 0.51 0.45 0.51 0.44 0.44 0.61 0.48 0.55 1.00 SP21 0.48 0.45 0.52 0.54 0.58 0.48 0.61 0.40 0.47 0.54 0.53 0.43 0.49 0.48 0.47 0.47 0.43 0.55 0.44 0.44 1.00 SP22 0.31 0.54 0.54 0.40 0.48 0.40 0.54 0.54 0.48 0.55 0.62 0.49 0.37 0.43 0.31 0.44 0.56 0.46 0.56 0.58 0.50 1.00 SP23 0.56 0.45 0.36 0.52 0.62 0.51 0.53 0.42 0.49 0.42 0.46 0.43 0.33 0.51 0.61 0.62 0.49 0.49 0.35 0.42 0.53 0.43 1.00 SP24 0.36 0.61 0.49 0.38 0.45 0.43 0.44 0.66 0.47 0.59 0.44 0.65 0.36 0.44 0.38 0.45 0.57 0.45 0.61 0.53 0.43 0.49 0.45 1.00 SP25 0.34 0.56 0.61 0.42 0.37 0.37 0.42 0.53 0.42 0.68 0.47 0.54 0.38 0.37 0.33 0.38 0.53 0.40 0.52 0.56 0.38 0.55 0.36 0.54 1.00 SP26 0.58 0.42 0.36 0.46 0.52 0.46 0.53 0.42 0.51 0.44 0.46 0.38 0.47 0.47 0.59 0.44 0.55 0.49 0.38 0.52 0.42 0.43 0.49 0.43 0.38 1.00 SP27 0.52 0.44 0.35 0.52 0.56 0.44 0.51 0.38 0.57 0.43 0.46 0.37 0.49 0.54 0.58 0.53 0.47 0.43 0.38 0.47 0.54 0.49 0.74 0.45 0.34 0.48 1.00 SP28 0.58 0.44 0.36 0.47 0.60 0.40 0.53 0.43 0.54 0.38 0.47 0.40 0.44 0.46 0.57 0.48 0.46 0.45 0.36 0.46 0.52 0.47 0.82 0.42 0.35 0.48 0.77 1.00 SP29 0.50 0.44 0.44 0.57 0.51 0.43 0.47 0.39 0.47 0.48 0.55 0.40 0.52 0.44 0.51 0.44 0.49 0.54 0.38 0.56 0.55 0.52 0.58 0.45 0.43 0.59 0.53 0.59 1.00 SP30 0.49 0.38 0.44 0.52 0.55 0.40 0.50 0.39 0.45 0.48 0.46 0.43 0.52 0.47 0.48 0.38 0.47 0.52 0.38 0.49 0.56 0.46 0.53 0.44 0.36 0.56 0.48 0.52 0.73 1.00 SP31 0.45 0.53 0.53 0.45 0.48 0.47 0.55 0.54 0.53 0.58 0.55 0.49 0.39 0.47 0.48 0.46 0.58 0.45 0.47 0.49 0.49 0.53 0.52 0.52 0.47 0.57 0.47 0.52 0.49 0.55 1.00 SP32 0.35 0.47 0.47 0.33 0.33 0.37 0.36 0.46 0.44 0.58 0.45 0.56 0.31 0.36 0.36 0.39 0.41 0.44 0.54 0.49 0.45 0.45 0.39 0.53 0.54 0.37 0.37 0.36 0.44 0.47 0.49 1.00 SP33 0.52 0.40 0.52 0.45 0.52 0.40 0.55 0.44 0.46 0.48 0.48 0.44 0.40 0.43 0.48 0.44 0.49 0.57 0.44 0.48 0.52 0.48 0.54 0.46 0.40 0.54 0.51 0.55 0.58 0.53 0.48 0.42 1.00 SP34 0.24 0.28 0.24 0.26 0.22 0.30 0.31 0.25 0.22 0.24 0.27 0.21 0.26 0.27 0.28 0.21 0.34 0.25 0.22 0.24 0.25 0.26 0.27 0.22 0.21 0.26 0.27 0.21 0.24 0.20 0.33 0.20 0.22 1.00 SP35 0.36 0.43 0.46 0.40 0.44 0.38 0.53 0.44 0.47 0.49 0.68 0.40 0.39 0.40 0.39 0.42 0.48 0.48 0.46 0.53 0.55 0.58 0.38 0.42 0.45 0.42 0.46 0.42 0.51 0.45 0.44 0.36 0.49 0.29 1.00 SP36 0.43 0.39 0.29 0.42 0.39 0.30 0.37 0.34 0.45 0.41 0.31 0.37 0.42 0.38 0.45 0.36 0.38 0.36 0.37 0.37 0.39 0.36 0.48 0.40 0.38 0.44 0.54 0.47 0.40 0.43 0.36 0.35 0.40 0.26 0.40 1.00 SP37 0.38 0.57 0.65 0.52 0.43 0.43 0.43 0.46 0.46 0.62 0.48 0.49 0.45 0.42 0.42 0.40 0.53 0.48 0.52 0.52 0.46 0.46 0.39 0.53 0.68 0.40 0.38 0.38 0.48 0.42 0.49 0.48 0.48 0.24 0.46 0.34 1.00 SP38 0.26 0.26 0.24 0.21 0.24 0.24 0.31 0.26 0.30 0.26 0.28 0.26 0.27 0.20 0.26 0.20 0.30 0.29 0.25 0.25 0.25 0.25 0.28 0.17 0.21 0.37 0.27 0.28 0.31 0.30 0.31 0.17 0.28 0.65 0.23 0.20 0.22 1.00 SP39 0.43 0.45 0.42 0.55 0.70 0.43 0.51 0.44 0.42 0.43 0.42 0.43 0.51 0.47 0.45 0.44 0.39 0.54 0.44 0.44 0.56 0.47 0.48 0.42 0.43 0.43 0.47 0.48 0.52 0.49 0.44 0.37 0.51 0.24 0.39 0.37 0.49 0.22 1.00 SP40 0.39 0.43 0.47 0.45 0.42 0.37 0.52 0.46 0.39 0.45 0.38 0.38 0.38 0.39 0.40 0.36 0.49 0.45 0.44 0.44 0.43 0.44 0.48 0.42 0.42 0.47 0.44 0.48 0.44 0.43 0.42 0.33 0.47 0.21 0.36 0.37 0.49 0.26 0.39 1.00 SP41 0.46 0.38 0.34 0.51 0.44 0.42 0.38 0.36 0.40 0.38 0.37 0.38 0.47 0.55 0.45 0.38 0.37 0.39 0.38 0.40 0.46 0.36 0.44 0.37 0.35 0.43 0.45 0.44 0.38 0.52 0.43 0.34 0.42 0.24 0.36 0.47 0.39 0.21 0.36 0.38 1.00 SP42 0.45 0.35 0.30 0.54 0.46 0.44 0.33 0.29 0.37 0.31 0.29 0.35 0.53 0.59 0.47 0.37 0.33 0.33 0.36 0.36 0.39 0.29 0.42 0.35 0.31 0.39 0.44 0.40 0.37 0.42 0.31 0.35 0.35 0.16 0.28 0.39 0.40 0.15 0.39 0.40 0.57 1.00 SP43 0.48 0.46 0.37 0.54 0.49 0.45 0.43 0.42 0.57 0.48 0.46 0.42 0.53 0.55 0.57 0.45 0.47 0.39 0.36 0.42 0.44 0.45 0.56 0.43 0.39 0.53 0.56 0.52 0.54 0.52 0.51 0.39 0.44 0.29 0.43 0.49 0.42 0.26 0.48 0.37 0.38 0.49 1.00

Nilai koefisien fenotipik terendah kedua diperoleh pada pisang Kowok dengan pisang Tanduk yaitu 16% dengan 14 persamaan karakter, yaitu perawakan tanaman kerdil, tinggi batang 2,1-2,9 meter, aspek batang langsing, garis tepi tangkai daun memiliki sayap kering dan tidak memeluk batang, permukaan atas dan bawah daun tidak mengkilap, permukaan perut tulang daun hijau, warna permukaan punggung daun yang masih menggulung hijau pucat dan tanpa bercak, tangkai tandan berwarna hijau tua, tangkai buah tidak berambut, buah belum matang berwarna hijau terang, dan buah tidak ada retak/celah. Analisis pengelompokan terhadap 89 karakter morfologi pisang menghasilkan dendrogram dengan nilai persentase kemiripan (Kf) antara 25-84% (Gambar 1). Berdasarakan nilai kemiripan yang diperoleh, dapat dilihat keanekaragaman pisang di Kabupaten Kampar tergolong tinggi, meskipun telah terjadi serangan penyakit Panama yang diakibatkan oleh jamur Fusarium oxisporum f.sp. cubense (Foc) (Moore et al. 1995). Pada nilai Kf 25%, tanaman pisang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok I dan kelompok II. Pengelompokan terbentuk berdasarkan karakter ada tidaknya jantung pisang (bunga), dimana karakter yang dilihat pada jantung pisang sebanyak 30 karakter. Gambar 1. Dendrogram Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Kampar. Kelompok I terdiri dari dua individu, yaitu pisang Tanduk dan pisang Lilin yang termasuk dalam kelompok pisang yang tidak memiliki jantung pisang (bunga) dan bunga betina (seluruh bunga berkembang menjadi buah). Pisang Tanduk dan pisang Lilin memisah pada nilai Kf 65%, adapun karakter pemisah antara kedua pisang ini adalah karakter pada pseudostem, tangkai daun/daun, dan buah. Di Kabupaten Kampar pisang Tanduk sulit ditemukan, hanya sebagian kecil masyarakat yang menanam pisang ini di pekarangan rumah warga dan jika ada hanya serumpun yang terdiri dari satu pohon dan beberapa anakan karena buah yang dihasilkan tiap tandannya hanya sedikit (5-15 buah) dan perolehan bibit sulit serta pemanfaatan pisang ini sama dengan pisang lainnya sebagai pisang goreng, kolak dan keripik pisang. 5

Pisang Lilin merupakan pisang yang sulit dijumpai di Kabupaten Kampar, selama dilakukan penelitian hanya satu spesimen yang ditemukan, yaitu di Desa Indrasakti Kecamatan Tapung. Berdasarkan wawancara dari pemilik, pisang ini ditemukan dari tepi jalan saat melintasi suatu tempat dengan pemanfaatan sebagai buah segar. Kelompok II terdiri dari 41 individu, yaitu kelompok pisang yang memiliki jantung dan bunga hermaprodit, yaitu terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Nilai Kf 39% terbagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok II1 dan kelompok II2. Kelompok II1 terdiri dari 1 individu yaitu pisang Kapeh, dimana pisang ini memiliki sembilan perbedaan karakter dengan kelompok II2, yaitu warna batang merah keunguan, warna dasar utama batang hijau coklat, pigmentasi dasar utama batang coklat, warna perut tulang daun hijau pucat, warna permukaan daun yang masih menggulung hijau pucat, tepal bebas berwarna putih buram, tangkai sari berwarna coklat, kepala sari berwarna abu-abu, dan kulit buah matang berwarna kuning abu-abu. Sebagian dari karakter pembeda tersebut merupakan karakter baru seperti warna dasar utama batang, pigmentasi dasar batang, warna punggung daun yang masih menggulung, warna tangkai sari, warna kantong sari, dan warna kulit buah matang Kelompok II2 terdiri dari 40 individu yang mengelompok berdasarkan persamaan pada permukaan bawah daun tidak mengkilap, memiliki bunga hermaprodit, braktea menggulung sebelum jatuh, warna dasar stilus putih, pigmentasi bakal buah tidak ada, panjang buah 15 cm, penampilan tangkai buah tidak berambut, buah mudah dibuka dan tidak retak, memiliki daging buah, dan berwarna putih sebelum matang. Anggota kelompok II2 terbagi lagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok II2A, II2B, dan II2C. Kelompok II2A hanya memiliki satu individu, yaitu pisang Sungai Pinang. Nama ini diberikan berdasarkan asal pengambilan sampel. Pisang ini terpisah akibat adanya 13 perbedaan karakter dengan kelompok lainnya, yaitu warna dasar utama batang hijau pucat, rasio daun 2, penampilan permukaan atas dan bawah daun mengkilap/licin, lilin pada daun dan braktea sangat sedikit, perut tulang daun berwarna hijau pudar, posisi rachis membentuk sudut, tepal bebas diwarnai kuning, warna sari merah muda, warna dasar stilus krem, pigmentasi pada stilus oranye, dan warna stigma abu-abu. Kelompok II2B terdiri dari 17 individu yang terbagi menjadi dua subkelompok kecil, yaitu II2Ba dan II2Bb. Pengelompok terjadi berdasarkan 10 persamaan karakter, yaitu kekerdilan tanaman normal, tinggi batang 3 meter, daun sangat berlilin, bercak pada daun tunas air tidak ada, rachis jatuh vertikal, braktea tidak diwarnai garis belang, warna dasar dalam braktea homogen, cuping pada komponen tepal sangat berkembang, bentuk ovari lurus, dan buah tidak mudah jatuh dari sisir. Subkelompok pertama II2Ba dibagi menjadi dua kelompok kecil, kelompok pertama terdiri dari pisang Manis, Siawak, Serawak, Siam, Kolek, Batu Abu, Batu1, Batu2, dan Batu3 dengan kesamaan pada karakter tipe sayap, panjang tangkai daun, bentuk dasar helai daun, lilin pada braktea, dan susunan bakal buah. Pisang Manis, Siawak, Serawak, dan Siam merupakan pisang dengan jenis yang sama dan nama yang umum digunakan adalah pisang Siawak. Adanya perbedaan karakter dikarena kondisi tempat tumbuh pisang tersebut berbeda-beda, ada yang ditempat subur dengan tanah hitam memiliki batang yang tinggi besar, dan yang tumbuh 6

dilahan terbuka dengan semak belukar memiliki batang lebih kecil, jumlah buah persisirnya lebih sedikit, dan ukuran buah kecil. Perbedaan yang dimilki pisang Siawak dengan pisang Kolek terdapat pada karakter kanal tangkai daun, warna permukaan punggung tulang daun, panjang tangkai tandan, posisi tandan buah, bentuk ujung braktea, tumpukan braktea, warna dasar komponen tepal, warna daging buah setelah matang, dan rasa yang dominan. Pisang Batu Abu dengan pisang Batu1, Batu2, dan Batu3 memiliki perbedaan pada tegakan daun, warna ujung braktea, warna belang pada braktea, bekas braktea pada rachis, warna tangkai sari, pigmentasi bakal buah, ujung buah, warna kulit belum dan sesudah matang, dan warna daging buah sebelum matang. Pisang Siawak ini diberikan sebagai makan bayi, karena rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut. Selain itu dijadikan sebagai makanan olahan, seperti pisang goreng, kolak, dan sebagai pisang rebus sama dengan pisang Batu Abu dan pisang Batu. Pisang Siawak ada yang memiliki biji dan ada yang tidak. Kelompok kedua terdiri atas Pisang Mincik dengan karakter pembeda, yaitu pada warna garis tepi tangkai daun, warna permukaan punggung tulang daun, warna permukaan luar dan dalam braktea, pemudaran warna dasar dalam braktea, sifat braktea sebelum jatuh, warna kepala putik, posisi buah, warna kulit buah belum matang, rasa yang dominan, ada tidaknya biji, penampilan biji, dan bentuk biji. Pisang Mincik tidak memiliki bulir (daging) buah, melainkan keseluruhan buah adalah biji. Pisang ini juga dikenal dengan sebutan pisang Cino atau pisang Batampang yang memiliki arti memiliki biji. Pisang ini banyak ditemukan di setiap daerah karena bernilai ekonomis, yaitu daun pisang dijual dan digunakan sebagai pembungkus makanan terutama di daerah Danau Bingkuang sebagai pusat produksi salah satu makanan khas Kampar yaitu Lapek Bugi. Subkelompok II2Bb terdiri atas 7 individu dengan 20 persamaan karakter, yaitu kekerdilan dan tinggi tanaman, aspek batang, tipe sayap, rasio daun, panjang tangkai daun, penampilan permukaan bawah dan atas daun, warna permukaan punggung daun yang masih menggulung, bercak yang ada pada daun tunas air, jumlah nodus kosong, bunga, posisi rachis, tumpukan braktea, bentuk braktea, sifat braktea sebelum jatuh, perkembangan ujung tepal bebas, susunan bakal biji, kemudahan kulit saat dibuka, dan daging buah. Subkelompok ini dibagi menjadi dua kelompok kecil, yaitu kelompok pertama terdiri atas pisang Raja, Tenalun, Tanduk Jawi, dan Si Ajo. Persamaan karakter yang dimiliki kelompok pertama ini yaitu warna batang, bentuk ujung braktea, warna permukaan luar braktea, warna ujung braktea, warna kulit belum matang, dan warna daging buah setelah matang. Pisang Raja, pisang Si Ajo, dan pisang Tenalun dilihat dari karakter buah adalah sama, namun dari hasil perolehan data menunjukkan pisang Si Ajo lebih dekat kemiripannya dengan pisang Tanduk Jawi. Kelompok dua terdiri atas pisang Pawen, Masak Sayi, dan Bungo dengan persamaan pada karakter warna batang, penampilan rachis, warna tepal bebas, bentuk ujung tepal bebas, warna tangkai sari, sisa bagian bunga pada ujung buah, dan warna kulit belum matang. Pisang Bungo dan pisang Pawen memiliki ukuran buah yang panjang yaitu 21-30 cm dan tergolong pisang olahan, sedangkan pisang Masak Sayi memiliki rasa masam dan kurang disukai masyarakat, sehingga terdapat pisang yang dibiarkan hingga masak di batang (dibiarkan membusuk) bahkan tidak dikonsumsi karena rasa yang masam. 7

Kelompok II2C terdiri dari 22 individu dengan sembilan persamaan karakter, yaitu memiliki sayap kering, terdapat garis belang pada braktea, bekas braktea pada rachis sangat mencolok, warna dasar braktea tidak homogen, komponen tepal tidak berpigmen, tepal bebas ber warna putih transparan, susunan bakal buah dua baris, dan bentuk ovari melengkung. Kelompok II2C terbagi menjadi 5 subkelompok II2Ca, II2Cb, II2Cc, II2Cd, dan II2Ce. Subkelompok II2Ca terdiri dari tiga individu, yaitu pisang Manis Bawang, pisang Bantan dan pisang Emas yang memisah pada nilai Kf 59%. Kelompok ini mengelompok karena adanya persamaan karakter kanal tangkai daun, garis tepi tangkai daun, warna tandan buah, bentuk ujung braktea, kemudahan kulit saat dibuka dan adanya retak pada kulit buah. Pisang Manis Bawang dan pisang Bantan memiliki nilai persentase kemiripan (Kf) 84%. Tingginya kemiripan tersebut karena kedua individu ini sama (sejenis), hanya pemberian nama yang berbeda akibat lokasi pengambilan sampel juga berbeda. Di kabupaten Kampar, pisang ini lebih dikenal dengan pisang Bantan, sebagian ada yang menyebut pisang Mantan, pisang Banten, dan ada pula yang menyebut pisang Empat Puluh Hari. Di daerah ini, pemberian nama pisang berbeda-beda sesuai daerah tempat pisang itu tumbuh, sehingga terjadi banyak nama untuk satu jenis pisang. Pisang Emas memisah dengan pisang Manis Bawang dan pisang Bantan berdasarkan adanya 26 karakter perbedaan, diantaranya tegakan daun sedang, warna batang hijau, posisi anakan dekat dengan tetua dan tumbuh di sudut, sayap tidak kering, permukaan daun mengkilap dan tidak berlilin, penampilan tandan kompak, dan lainnya. Subkelompok II2Cb terdiri dari 4 individu, yaitu pisang Rotan, pisang Timah, pisang Fatimah, dan pisang Lomak Manih. Pisang Timah, pisang Fatimah, dan pisang Lomak Manih adalah nama yang sama untuk satu jenis pisang. Nama yang paling sering digunakan adalah pisang Timah. Kelompok ini mengelompok karena adanya persamaan karakter ujung buah, jumlah anakan, dan warna bercak yang ada pada tunas air pada nilai Kf 54%. Karakter pemisah antara pisang Rotan dengan pisang Timah terdapat 21 karakter, diantaranya adalah bentuk dasar helai daun satu sisi membulat dan satu sisi meruncing, tidak memiliki nodus kosong, tandan buah tidak berambut, bentuk tandan buah silinder, penampilan tandan buah kompak, penampilan rachis terdapat bunga jantan yang bertahan, dan braktea segera lepas, lilin pada braktea sangat sedikit, panjang buah 16-20 cm, dan lainnya. Subkelompkok II2Cc terdiri dari dua individu, yaitu pisang Kapas dan pisang Puluik. Kedua individu ini mengelompok karena adanya persamaan pada karakter tegakan daun, kanal pada tangkai daun, panjang tangkai daun, posisi tandan buah, bentuk jantung pisang, tumpukan braktea, dan warna daging buah setelah matang. Subkelompok II2Cd terdiri atas 8 individu, yaitu pisang Buai Tinggi, pisang Buai Pendek, pisang Nangko, pisang Barangan, pisang Sirandah, pisang Udang, pisang Godang, dan pisang Bowok. Kedelapan pisang ini mengelompok karena terdapat persamaan karakter kekerdilan tanaman, aspek batang dan posisi tandan buah. Subkelompok II2Cd dibagi menjadi dua kelompok kecil, pisang Buai Tinggi, pisang Buai Pendek, pisang Nangko, pisang Barangan kelompok pertama. Kelompok pertama memiliki karakter buah masak berwarna hijau atau hijau kekuningan, kecuali pisang Barangan. Pisang Buai Tinggi dengan pisang Buai Pendek memiliki nilai persentase kemiripan yang tinggi, yaitu sebesar 69% dengan persamaan tangkai daun/daun, 8

pembungaan/jantung pisang, dan buah, sedangkan yang membedakan ada pada karakter pseudostem, braktea, dan bunga jantan. Kelompok kedua terdiri atas pisang Sirandah, Udang, Godang dan Bowok yang memiliki warna kulit buah masak berbeda-beda. Pisang Sirandah memiliki kulit buah berwarna hijau, pisang Udang berwarna ungu, pisang Godang dan pisang Bowok berwarna kuning. Pisang Godang dengan pisang Bowok adalah jenis yang sama, sehingga memiliki nilai persentase kemiripan yang tinggi sebesar 73%. Secara kasat mata, pisang Sirandah dan pisang Udang sangat berbeda dilihat dari tinggi batang, warna batang, penampilan rachis, warna kulit buah sebelum matang dan sesudah matang, sisa bagian bunga di ujung buah, dan warna permukaan punggung tulang daun, tetapi pada hasil analisis kedua pisang ini mengelompok karena adanya persamaan karakter pada tegakan daun, kekerdilan tanaman, lilin pada tangkai dan daun, tipe sayap, posisi tandan buah, bentuk tandan buah, bentuk ujung braktea, tumpukan braktea, bekas braktea pada rachis, pengangkatan braktea, posisi buah, panjang buah, ketebalan kulit buah, dan tekstur daging buah. Subkelompok II2Ce terdiri atas 5 individu, yaitu pisang Raja Cino, pisang Jantan, pisang Lidi, pisang Kowok, dan pisang Telor yang membentuk kelompok karena adanya persamaan karakter posisi tandan buah, buah, posisi rachis, dan posisi buah. Pisang Raja Cino dan pisang Jantan adalah jenis pisang yang sama, hanya berbeda penyebutan akibat lokasi pengambilan sampel yang berbeda dan nama yang sering digunakan adalah pisang Jantan. Pisang Lidi dan pisang Kowok memiliki nilai persentase kemiripan (Kf) 60%, yaitu persamaan pada karakter tegakan daun, kekerdilan tanaman, tinggi batang, aspek batang, tipe sayap, rasio daun, lilin pada daun, posisi tandan buah, posisi buah, panjang buah, sedangkan karakter yang membedakan terletak pada warna dasar utama batang, kanal tangkai daun, bentuk dasar helai daun, warna permukaan punggung daun yang masih menggulung, posisi rachis, bentuk dasar braktea, warna kulit buah setelah matang, daging buah, ada tidaknya biji, penampilan biji, dan bentuk biji. Pisang Kowok atau disebut juga pisang Hussim dan pisang Lidi tumbuh secara liar, di tepi jalan, semak, dan hutan. Rasa pisang Lidi tidak manis (hambar), pisang yang masih muda dimanfaatkan masyarakat Kampar sebagai bumbu untuk menggulai sayur, dan campuran rujak, sedangkan pisang Kowok tidak dimanfaatkan hanya sebagai makanan burung, sehingga diduga persebaran pisang ini dibantu oleh burung. Berdasarkan pemanfaatannya pisang dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai buah segar yang dapat langsung dikonsumsi dan pisang olahan yang dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi (plantain). Seluruh plantain adalah pisang, tetapi tidak seluruh pisang disebut plantain. Linnaeus (1753) pada bukunya dengan judul Species Plantarum dalam Valmayor et al. (2000), menyebutkan kultivar plantain memiliki ciri buah panjang, berpati, buah diolah (dimasak) sebelum dikonsumsi, bunga jantan dan braktea tetap ada dan mengering pada rachis, sedangkan ciri kultivar buah segar (dessert) dalam bukunya yang berjudul Systema Naturae tahun 1759, Linnaeus menyebutkan, pisang ini memiliki rasa manis, dapat dikonsumsi langsung (tanpa dimasak), bunga jantan dan braktea tidak ada pada rachis atau rachis kosong (bersih dari bunga jantan dan braktea). Pisang yang diperoleh merupakan spesies Musa paradisiaca L. (genom AA), Musa balbisiana L. (genom BB), dan hasil persilangan antara Musa paradisiaca L. dan 9

Musa balbisiana L.. Namun untuk menentukan nama spesies atau genom masingmasing individu pisang yang diperoleh, perlu dilakukan penelitian hingga tingkat gen. KESIMPULAN DAN SARAN Keanekaragaman pisang di Kabupaten Kampar cukup tinggi dengan nialai persentase 25%-84%. Dari hasil penenlitian diperoleh 33 kultivar pisang. Hasil analisis kekerabatan, diperoleh pisang yang paling dekat kekerabatanya adalah antara pisang Manis Bawang dan pisang Bantan dengan nilai persentase kemiripan sebesar 84% dan kekerabatan pisang yang paling jauh terdapat antara pisang Kowok dan pisang Lilin dengan nilai persentase kemiripan 15%. Untuk dapat membedakan atau menentukan genom 33 kultivar pisang dan mengetahui perubahan genom yang terjadi pada pisang yang diperoleh di Kabupaten Kampar, perlu dilakukan penelitian hingga tingkat genom. UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada Ibu Ijus, Ibu Hasanah, Mak Kandang, Pak Baharuddin, Kak Linda, Kak Bidnen br Hutasoit, Arya Beti dan keluarga dan masyarakat Kampar lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, dimana telah bersedia memberikan pisangnya sebagai sampel penelitian bagi penulis. Terimakasih kepeda Nola, Okta, Tiur, dan Warni yang telah membantu penulis dalam mengerjakan penenlitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2008. The Biology of Musa L. (Banana). Departmen of Health and Ageing Office of the Gene Technology Regulator. http://www.ogtr.gov.au Anonim. 2010. Kampar Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kampar: Kampar. Anonim 1. 2007. The Biology of Bananas and Plantains. Uganda National Council for Science and Technology (UNCST): Uganda. Anonim 1. 2009. Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia (Buku Pintar). Agromedia Pustaka: Jakarta. IPGRI. 1996. Descriptors for Banana (Musa spp.). International Plant Genetic Resources Institute: INIBAP. http://bananas.bioversityinternational Jumari, A. Pudjoarianto. 2000. Kekerabatan Fenetik Kultifar Pisang Di Jawa. Biologi2 (9):531-542. Jumari, Sri Utami, Erry Wiryani. 2002. Identifikasi Plasma Nutfah Pisang Di Semarang Jawa Tengah [Laporan Penelitian]. Universitas Diponegoro, Semarang. Moore, Y. N., S. Bentley, K. G. Pegg, dan D. R. Jones. 1995. Fusarium Wilt Of Banana. Musa Disease Fact Sheet No 5. INIBAB. Ploetz, Randy C., Angela Kay Kepler, Jeff Danielis, Scot C. Nelson. 2007. Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. www.traditionaltree.org Prihatman, Kemal. 2000. Pisang (Musa spp.). Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. http://www.google.co.id/. 10

Retnoningsih, Amin. 2009. Molecular Based Classification and Phylogenetic Analysis of Indonesian Banana Cultivars. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Rohlf, F.J. 1998. NTSys-pc. Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System. Version 2.02. Exerter Software. New York. Satuhu S, Ahmad Supriyadi. 2002. PISANG Budi Daya Pengolahan & Prospek Pasar. Penebar Swadaya: Jakarta. Satyantari, Widi, Ujang Sumarwan, Agus Maulan. 1999. Analisis Produksi dan Konsumsi Pisang Dunia Serta Peluang Ekspor Pisang Indonesia. Agrimedia5 (2). Sharrock, Suzanne. 1997. The Banana and its Relatives. Montpellier (FRA): INIBAP Annual Report: 52-55. Suyanti, Ahmad Supriyadi. 2010. PISANG Budi Daya Pengolahan & Prospek Pasar (edisi revisi). Penebar Swadaya: Jakarta. Hal 2-52. Valmayor, R. V, Jamaluddin. S. H, Silayoi. B, Kusumo. S, Danh. L. D, Pascua O. C, Espino. R. R. C. 2000. Banana CultivarNames and Synonyms in Southeast Asia. Rome: International Plant Genentic Resources Institute. 11