BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada Hukum Ekonomi Syariah yang ada di Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN. denganberkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak adanya undang. undang No 7 tahun 1992 yang kemudian direkomendasi oleh UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan agama yang lengkap dalam memberikan. tuntunan dan panduan bagi kehidupan umat manusia.

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Peran Pembiayaan Murabahah Pada Sektor. Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Anggota Koperasi Simpan

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya akuntansi dalam pengelolaan keuangan usaha. Mereka hanya

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Oleh karena itu bank dapat dikatakan sebagai baromer

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang ditumbuhkan dari peran masyarakat secara luas, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bunga bank yang umumnya berlaku dalam sistem dunia perbankan dewasa ini

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Akad Pembiayaan Mudharabah Pada KJKS-BMT Ummat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sinyal positif, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar didunia, sehingga diperlukan adanya sebuah lembaga keuangan syariah. Sistem lembaga keuangan syariah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan disuatu Negara. Dengan adanya lembaga keuangan syariah ini akan dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan. Salah satu lembaga jasa keuangan mikro yang mampu melayani usaha kecil dan menengah dikalangan masyarakat dengan prosedur yang mudah adalah BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) merupakan lembaga keuangan syariah bukan bank yang berdiri berdasarkan syari ah islam dan bergerak dalam upaya memberdayakan umat. Baitul Tamwil ini bergerak didalam bidang penggalangan dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan usaha. 1 Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat kecil maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengembankan misi keislaman di segala 1 Ridwan Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Cet. 1, Yogyakarta: UII Press, 2005, Hlm: 126

2 aspek kehidupan masyarakat. 2 Sehingga dengan adanya lembaga keuangan syariah seperti BMT akan lebih mudah untuk menjangkau masyarakat yang berada dikalangan bawah untuk melakukan pembiayaan. BMT Batik Mataram merupakan Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) dari Koperasi Batik Mataram yang pengelolanya dilakukan berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan anggota dan lapisan masyarakat yang berpedoman pada prinsip syari ah. BMT Batik Mataram ini merupakan salah satu BMT yang sudah berkembang didaerah Yogyakarta. Sebelum melakukan penelitian di BMT Batik Mataram penulis terlebih dahulu sudah melakukan praktikum mandiri (magang) yang diadakan oleh jurusan Ekonomi dan Perbankan Syariah. Dari praktikum mandiri (magang) inilah penulis berupaya untuk menjadikan BMT Batik Mataram sebagai lokasi penelitian, karena ketika magang penulis menemui salah satu permasalahan yang ada di BMT Batik Mataram yaitu masalah tentang pembiayaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah merupakan pembiayaan yang sering digunakan oleh BMT Batik Mataram sebagai modal usaha. Pada zaman sekarang ini banyak sektor yang ditopang oleh perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah salah satunya adalah BMT Batik Mataram Yogyakarta. Sektor yang paling dominan melakukan pembiayaan di BMT adalah dari sektor perdagangan. Melihat masyarakat di wilayah Yogyakarta mayoritas bermata pencaharian sebagai pedagang baik pedagang 2 Sudarsono Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: EKONISIA, 2013, Hlm: 107

3 kecil maupun pedagang besar. Kebanyakan nasabah yang mengajukan pembiayaan di BMT Batik Mataram merupakan pedagang kaki lima yang memiliki usaha kecil seperti usaha warung angkringan, warung kelontong, laundry, warnet dan sebagainya. Sehingga pembiayaan yang sering digunakan dalam pembiayaan ini adalah pembiayaan musyarakah. 3 Penerapan pembiayaan musyarakah di BMT Batik Mataram dimana para pedagang kaki lima yang telah menjadi aggota di BMT Batik Mataram meminjam dana kepada BMT Batik Mataram untuk tambahan modal usahanya dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan bersama yang tertuang dalam akad. Menurut data laporan pembiayaan yang menunjukkan bahwa pembiayaan yang paling mendominasi di BMT Batik Mataram adalah pembiayaan musyarakah. Adapun data yang penulis peroleh dari BMT Batik Mataram adalah sebagai berikut. Gambar 1: Data Pembiayaan di BMT Batik Mataram Per 30 Desember 2015 2.00% 2.00% 4.74% 3.59% 87.67% Mudharabah Musyarakah Qordhul Hasan Rahn Wakalah Sumber: Laporan Rekap Nominatif Pembiayaan BMT (data diolah kembali) 3 Informasi ini penulis dapatkan ketika penulis melakukan praktik kerja lapangan

4 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa tahun 2015 untuk pembiayaan yang paling mendominasi di BMT Batik Mataram adalah pembiayaan musyarakah yaitu sebesar 87,67% dan merupakan pembiayaan dengan jumlah tertinggi dibandingkan dengan pembiayaan yang lain. Dengan tingginya jumlah pembiayaan musyarakah yang ada di BMT Batik Mataram tidak terlepas dari yang namanya risiko pembiayaan atau lebih dikenal dengan pembiayaan bermasalah. Angka pembiayaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah yang ada di BMT Batik Mataram yaitu sebesar 5,18%. 4 Hal ini dibuktikan dengan data sebagai berikut: Tabel 1: Data Pembiayaan Musyarakah Bermasalah di BMT Batik Mataram Tahun 2015 Prosentase Pembiayaan Musyarakah Non Lancar Musyarakah L KL D M Total Pembiayan (Rp 1.244.398.600) Rp 1.179.898.600 Rp 31.500.000 Rp 18.500.000 Rp 14.500.000 94,82% 2,54% 1,48% 1,16% Sumber: BMT Batik Mataram (data diolah) Disetiap lembaga keuangan syariah khususnya BMT yang memberikan pinjaman atau pembiayaan pasti memiliki risiko pembiayaan sebagaimana yang dialami oleh BMT Batik Mataram salah satunya adalah pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah sudah menjadi hal yang umum dalam setiap lembaga keuangan yang memberikan penyaluran pembiayaan. Antara 4 Wawancara dengan Marketing BMT Batik Mataram, tanggal 17 Oktober 2016

5 pihak BMT Batik Mataram dengan anggota sebelum melakukan transaksi pembiayaan selalu membuat kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak dan kesepakatan tersebut tertuang didalam sebuah akad pembiayaan yaitu salah satunya pembiayaan musyarakah. Meskipun dalam lembaga keuangan syariah ketika memberikan penyaluran pembiayaan sudah menerapkan prinsip kehati-hatian namun tetap saja tingkat pembiayaan bermasalah selalu menjadi hal yang masih sering terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya pembiayaan bermasalah maka perlu adanya upayaupaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang tidak lancar yang diberikan pihak BMT Batik Mataram kepada anggota yang tidak mau memenuhi kewajibannya untuk membayar dana yang telah dipinjam secara penuh atau jatuh tempo. Pembiayaan bermasalah harus cepat diselesaikan agar tidak menimbulkan kerugian yang besar bagi pihak BMT. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah yaitu faktor internal dari lembaga itu sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari luar lembaga misalnya seperti faktor ekonomi maupun karakter anggota. 5 Melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai strategi apa yang akan dilakukan BMT Batik Mataram dalam mengatasi pembiayaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah di BMT Batik Mataram yang kemudian akhirnya nanti akan ditulis dalam bentuk 5 Purwanti, Strategi Penangan Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus Pada KSPPS TAMZIS Cabang Jogja Condongcatur), Skripsi, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2016, Hlm: 4

6 skripsi dengan judul Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Pembiayaan Musyarakah di BMT Batik Mataram Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, maka masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan musyarakah di BMT Batik Mataram Yogyakarta? 2. Bagaimana strategi penyelesaian yang dilakukan pihak BMT Batik Mataram untuk mengatasi pembiayaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah? 3. Apakah strategi yang digunakan pihak BMT Batik Mataram sudah sesuai dengan syariat islam dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembiayaan musyarakah di BMT Batik Mataram. 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang digunakan oleh pihak BMT Batik Mataram dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah di BMT Batik Mataram.

7 3. Untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan BMT Batik Mataram dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah sudah sesuai dengan syariat islam. D. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini akan dibatasi pada pembiayaan musyarakah di BMT Batik Mataram dan halhal yang mempengaruhi dalam penelitian ini terbatas pada masalah penyelesaian pembiayaan bermasalah sebagai unsur pokok masalah pembiayaan di BMT Batik Mataram. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dibidang Lembaga Keuangan Syariah, serta bisa diharapkan dapat menjadi rujukan lebih lanjut bagi peneliti berikutnya terkait dengan masalah strategi dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah.

8 2. Kegunaan Praktis 1) Bagi Praktisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Lembaga Keuangan Syariah (BMT) dan khususnya bagi BMT Batik Mataram Yogyakarta agar dalam menyelesaikan suatu masalah khususnya yang berhubungan dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah harus menggunakan strategi dengan cara yang baik. 2) Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan referensi, wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah. 3) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana ilmu pengetahuan dalam dunia perbankan syariah khususnya lembaga keuangan syariah dan sebagai bentuk penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama mengikuti bangku perkuliahan. F. Sistematika Pembahasan Dalam memudahkan penelitian ini penulis akan mencoba menyusun dengan sistematika pembahasan. Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari 5 bab

9 dengan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan, yang menerangkan bentuk dan isi penelitian dimulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, kegunaan penelitian, serta sistematika pembahasan. BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN LANDASAN TEORI Berisi tentang penelitian terdahulu dan landasan teori yang relevan terkait dengan tema skripsi. Bab III METODE PENELITIAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian yang dimulai dari jenis penelitian, penentuan lokasi, objek dan subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik pengecekan keabsahan data. Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini berisi tentang inti dari permasalahan yang akan diteliti oleh penulis tentang strategi penyelesaian pembiyaan bermasalah pada pembiayaan musyarakah di BMT Batik Mataram. Bab V PENUTUP Berisi tentang: Kesimpulan dan Saran