BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sadar dan tidak sadar meliputi persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

Pelaksanaan Posyandu Lansia, Pengisian KMS, Pencatatan & Rekapitulasi Hasil Kegiatan Posyandu Lansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KESEHATAN LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

Latar belakang dan Masalah Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan Jumlah penduduk usia lanjut di dunia cenderung meningkat, oleh karena terjadin

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. suatu masa atau tahap hidup manusia yang merupakan kelanjutan dari usia dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan absorpsi yang diukur dari berat dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN.

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Usia lanjut (old age) merupakan istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut (Suardiman: 2011) Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang 11

12 yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000) 2. Teori Penuaan Menurut Stanley dan Patricia (2007) beberapa teori tentang penuaan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu: a. Teori Biologis, yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. 1) Teori Genetika Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkunagan pada pembentukan kode etik. Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar di wariskan yang berjalan dari waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Berdasarkan hal tersebut maka, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. 2) Teori dipakai dan rusak Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi

13 organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. 3) Riwayat Lingkungan Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya, karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan. 4) Teori Imunitas Teori ini menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh. 5) Teori Neuroendokrin Teori-teori biologi penuaan, berhubungan dengan hal-hal seperti yang telah terjadi pada struktur dan sel, serta kemunduran fungsi sistem neuroendokrin. Proses penuaan mengakibatkan adanya kemunduran sitem tersebut sehingga

14 dapat mempengaruhi daya ingat lansia dan terjadinya beberapa penyakit yang berkaitan dengan system endokrin. b. Teori Psikologis, teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Perubahan sosiologis dikombinasikan dengan perubahan psikologis. 1) Teori Kepribadian Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarakn harapan atau tugas spesifik lansia. 2) Teori Tugas perkembangan Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang di jalani dengan integritas. Dengan kondisi tidak adanya pencapaian pada perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. 3) Teori Disengagement (Teori Pembebasan) Suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.

15 4) Teori Aktifitas Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas penuaan, yang berpandapat bahwa jalan menuju panuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. 5) Teori Kontinuitas Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap penuaan. 3. Batasan usia lansia Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umurmenurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2000) lanjut usia meliputi: a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun. b. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun. c. Usialanjut tua (old) antara 75-90 tahun. d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun, 4. Masalah pada lansia Masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdeba-debar, pembengkakan kaki bagian bawah, nyeri punggung bawah atau pinggang, nyeri pada sendi

16 pinggul, berat badan menurun, mengompol, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur, keluhan pusing, keluhan dingin dan kesemutan, serta mudah gatal (Bandiyah, 2009). 5. Penyakit yang menonjol pada lansia Penyakit yang menonjol pada lansia yaitu: 1) gangguan pembuluh darah : dari hipertensi sampai stroke, 2) gangguan metabolik ; DM, 3) gangguan persendian: artrirtis, sakit punggung, dan terjatuh, 4) gangguan sosial : kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi (Nugroho, 2000). 6. Perubahan usia lansia Menurut Nugroho (2000) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu sebagai berikut: a. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh terjadinya proses degeneratif yang meliputi : 1) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya intraseluler. 2) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya. Menurunnya

17 kemampuan otak dalam menyerap vitamin B12, yang berperan dalam proses kerja otak. Sehingga dalam penerimaan stimulus dari luar lambar, daya ingat menurun, degenerasi sel-sel otak, menurun kognisi dan menurunnya tingkat intelektual. Hal tersebut akan menyebabkan perilaku bersih dan sehat menjadi kurang mandiri. 3) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan fungsional. 4) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan, hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah

18 melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas. 5) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk keberdiri bisa mengakibatkan tekanan darah menurun menjadi mmhg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer. b. Perubahan mental Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan

19 IQ (intelegentia quotient) tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari factor waktu. c. Perubahan-perubahan psikososial Meliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status, teman dan pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dan arena itu mereka kurang memikirkan kematian. e. Perubahan psikologis Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain penurunan badaniah atau dalam kebingungan

20 untuk memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja. Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi. B. Posyandu Lansia 1. Pengertian Posyandu Lansia atau Kelopok Usia Lanjut (POKSILA) adalah suatu wadah pelayanan bagi usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (Notoatmodjo, 2007). Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu

21 adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka. posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000). 2. Tujuan Posyandu Adapun tujuan dari dibentuknya posyandu lansia menurut Azrul (1998), yaitu : a. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas fisik sesuai kemampuan dan aktifitas mental yang mendukung b. Memelihara kemandirian secara maksimal c. Melaksanakan diagnosa dini secara tepat dan memadai d. Melaksanakan pengobatan secara tepat e. Membina lansia dalam bidang kesehatan fisik spiritual f. Sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia g. Meningkatkan rasa kebersamaan diantara lansia h. Meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan. Tujuan umum dari Posyandu Lansia adalah meningkatkan kesejahteraan Lansia melalui kegiatan Posyandu Lansia yang mandiri dalam masyarakat. Tujuan khususnya, meliputi: (1) meningkatnya

22 kemudahan bagi Lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, (2) meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan Lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan, (3) berkembangnya Posyandu Lansia yang aktif melaksanakan kegiatan dengan kualitas yang baik secara berkesinambungan (Depkes RI, 2003). 3. Manfaat Posyandu Lansia Depkes RI (2000), menyatakan dari posyandu lansia adalah : a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang 4. Sasaran Posyandu Lansia Sasaran pelaksanaan pembinaan Posyandu lansia, terbagi dua yaitu: (1) sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, (2) sasaran tidak langsung, yang meliputi keluarga dimana usia lanjut berada, masyarakat di lingkungan usia lanjut, organisasi sosial yang peduli terhadap pembinaan kesehatan usia lanjut, petugas kesehatan yang melayani kesehatan usia lanjut, petugas lain yang menangani Kelompok Usia Lanjut dan masyarakat luas (Depkes RI, 2003).

23 5. Mekanisme kegiatan Posyandu Lansia Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap Lansia, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistim 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut: 1) Tahap pertama: pendaftaran Lansia sebelum pelaksanaan pelayanan. 2) Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 3) Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental. 4) Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana). 5) Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling (Depkes RI, 2003). 6. Bentuk pelayanan posyandu lansia Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia sebagai alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia atau catatan kondisi

24 kesehatan yang lazim digunakan di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada Lansia di Posyandu adalah: a. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya. b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit (lihat KMS Usia Lanjut). c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Massa Tubuh (IMT). d. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau Cuprisulfat. f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus). g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.

25 i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kolompok usia lanjut. j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kolompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat (Publik Health Nursing). Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat. k. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi Lansia, serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut. l. Kegiatan olah raga antara lain senam Lansia, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran. Kecuali kegiatan pelayanan kesehatan seperti uraian di atas, kelompok dapat melakukan kegiatan non kesehatan di bawah bimbingan sector lain, contohnya kegiatan kerohanian, arisan, kegiatan ekonomi produktif, forum diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain (Depkes RI, 2003). 7. Faktor yang mempengaruhi kunjungan posyandu lansia Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia, antara lain:

26 a. Jenis kelamin Pelayanan posyandu lansia lebih banyak yang memanfaatkan yaitu perempuan (73,7%), dibandingkan laki-laki (26,3%) (Henniwati, 2008). Handayani dan Wahyuni (2012) menambahkan bahwa responden yang tidak memanfaatkan Posbindu yaitu lansia lakilaki sebesar 49 dan 116 lansia berjenis kelamin perempuan, sedangkan lansia yang memanfaatkan posbindu yaitu ada 13 lansia laki-laki dan 38 lansia perempuan. b. Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sumiati (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan tentang posyandu lansia dimulai dari sumber informasi, sasaran, pengertian, pelayanan, status lansia, manfaat posyandu lansia, orang yang bertugas di posyandu,

27 dan peranan lansia sehingga mempengaruhi keaktifan lansia dalam pemanfaatan posyandu. Sikap lansia terhadap posyandu sangat positif, lansia tidak terbebani terkait kegiatan posyandu yang rutin, lansia bersikap negatif terkait rencana perubahan fungsi posyandu yang melayani masyarakat umum. Keluarga terutama anak-anak lansia berperan sebagai support system. Kemampuan lansia dalam mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh jarak rumah dengan posyandu lansia yang intinya semakin dekat jarak rumah semakin aktif lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia. c. Dukungan keluarga, dukungan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Menurut Novianti (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa faktor dukungan keluarga juga sangat mempengaruhi kunjungan responden ke posyandu,karena dengan adanya dukungan dari keluarga sangat berperan penting dalam mendorong minat dan kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu Lansia disamping itu lansia juga menjadi termotivasi dalam melakukan kunjungan ke posyandu. d. Sikap dan perilaku lansia, sikap sebagai suatu pola perilaku terdensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan

28 diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana. Sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisi. Menurut Sumiati (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sikap lansia meliputi pandangan lansia terhadap pendirian posyandu lansia, waktu atau jadwal kegiatan posyandu lansia serta respon terhadap rencana perubahan fungsi posyandu. Berdasar hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa pandangan informan terhadap pendirian posyandu lansia yaitu informan merasakan banyak memperoleh manfaat baik secara jasmani, rohani, maupun sosial. Lestari (2011) menyatakan bahwa lansia yang mempunyai sikap yang baik terhadap posyandu cenderung lebih aktif berkunjung ke posyandu. Sikap responden yang baik terhadap posyandu pada penelitian ini dapat disebabkan karena pengetahuan responden yang baik, dilihat dari proporsi responden yang berpengetahuan baik lebih besar pada kasus (57,7%) dibanding dengan kontrol (42,3%). Sikap responden juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi responden saat berkunjung ke posyandu. f. Jarak rumah dengan lokasi posyandu, jarak antara rumah tempat tinggal dan tempat layanan kesehatan (dalam km) dan biaya transport adalah biaya yang dikeluarkan dari rumah menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan (dalam rupiah). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Noviani (2014)

29 di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang diketahui bahwa sebagian besar responden tidak tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 38 orang (58,8%) dan sebagian kecil responden teratur melakukan kunjungan sebanyak 27 orang (41,5%). Berdasarkan hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa sebagian responden tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu di sebabkan karena faktor jarak rumah dengan lokasi posyandu jauh, sehingga membutuhkan biaya untuk datang ke posyandu. e. Pekerjaan Hasanah (2009) menyatakan bahwa status pekerjaan dan pendapatan lansia memiliki pengaruh terhadap kunjungan ke posyandu lansia. Hasil penelitian Lestari, Hadisaputro dan Pranaka (2011) menunjukan bahwa lansia yang sudah tidak bekerja menjadi lebih aktif dibanding lansia yang masih bekerja karena adanya waktu luang saat jam buka posyandu. f. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu, sarana prasarana dapat diartikan sebagai suatu aktifitas maupun materi yang berfungsi melayani kebutuhan individu atau kelompok di dalam suatu lingkungan kehidupan. Pertiwi (2013) menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan terhadap lanjut usia yang terbatas di tingkat masyarakat,

30 peleyanan tingkat dasar, pelayanan tingkat I dan tingkat II, sering menimbulkan permasalahan bagi para lanjut usia. Lestari, Hadisaputro dan Pranaka (2011) menyatakan bahwa fasilitas posyandu yang baik terbukti sebagai faktor yang mempengaruhi keaktifan kunjungan lansia ke posyandu. g. Penghasilan atau ekonomi, penghasilan menentukan tingkat hidup seseorang terutama dalam kesehatan. Apabila penghasilan yang didapat berlebih, maka seseorang lebih cenderung untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih baik, contohnya seperti rumah sakit dengan fasilitas yang ada di lingkungan tempat tinggalnya (Ismawati, 2010 dalam Juniardi 2012). Rosyid (2009) menyatakan bahwa pendapatan merupakan factor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu lansia. Secara ekonomi, keadaan financial para lansia jelas tidak seperti waktu muda. Pendapatan berkaitan erat dengan pekerjaan responden, karena pendapatan pada umumnya bersumber dari gaji atau upah yang mereka terima setelah bekerja. Dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar adalah kunjungan 1 bulan 1 kali yaitu berpendapatan rendah, dan sebagian kecil adalah 1 bulan 2 kali yaitu berpendapatan menengah dan tinggi.

31 C. Kerangka Teori Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari topik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono, 2008). Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 adalah sebagai berikut: Tingkat pengetahuan: 1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 2. Perempuan Jarak rumah ke posyadu lansia Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Sikap lansia - Baik - Kurang baik Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan posyandu Penghasilan Dukungan keluarga 1. Mendukung 2. Tidak mendukung Pekerjaan lansia Keterangan: ----------------- : Variabel tidak diteliti : Variabel diteliti Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Henniwati (2008), Hasanah (2009), Novianti (2014) dan Ismawati, 2010 dalam Juniardi (2012)

32 D. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.2 yaitu sebagai berikut ini: - Jenis kelamin - Pengetahuan - Dukungan keluarga - Sikap lansia - Jarak rumah - Pekerjaan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Gambar 2.2 Kerangka Konsep E. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini: Ha: Ada hubungan jenis kelamin dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ha: Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ha: Ada hubungan sikap lansia dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.

33 Ha: Ada hubungan jarak rumah dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ha: Ada hubungan pekerjaan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ho: Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ho: Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ho: Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ho: Tidak ada hubungan sikap lansia dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ho: Tidak ada hubungan jarak rumah dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Ho: Tidak ada hubungan pekerjaan dengan kunjungan lansia ke Posyandu Lansia di Desa Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.