ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DI APOTEK RUMAH SAKIT X PADA BULAN MARET TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

EVALUASI KELENGKAPAN FARMASETIK RESEP UMUM POLI ANAK RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN PERIODE JANUARI - MARET TAHUN

IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI. Rahminati ¹; Noor Aisyah, S.Farm., Apt ²; Galih Kurnianto, S.Farm., Apt³

Christina A.K. Dewi, et al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Monitoring Pola Peresepan Obat Pasien Usia 0 2 Tahun Menggunakan Indikator WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

SKRIPSI OLEH: TEDY KURNIAWAN BAKRI NIM PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

Kata Kunci : Medication Error, skrining resep, persentase ketidaklengkapan administrasi resep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

GAMBARAN KESESUAIAN DAN KETIDAKSESUAIAN RESEP PASIEN ASKES RAWAT JALAN DENGAN DPHO PADA APOTEK APPO FARMA BANJARMASIN PERIODE JULI-AGUSTUS

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

PENULISAN RESEP ASKES DI APOTEK RSUP HAJI ADAM MALIK PERIODE MEI Oleh AFRA AMIRA

Made Ary Sarasmita Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRASI PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI - JUNI 2008 SKRIPSI

GAMBARAN PERESEPAN OBAT BERDASARKAN RESEP YANG MASUK KE APOTEK DI KOTAMADYA MEDAN TAHUN Oleh: IRSAN THERMANTO

Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO

INTISARI. Puskesmas 9 NopemberBanjarmasin. 1 Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin 2

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIODATA DOSEN PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI UGM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI KELENGKAPAN ADMINISTRATIF RESEP DARI DOKTER SPESIALIS ANAK PADA TIGA APOTEK DI KOTA MANADO Marina Mamarimbing, Fatimawali, Widdhi Bodhi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESALAHAN DALAM PELAYANAN OBAT (MEDICATION ERROR) DAN USAHAPENCEGAHANNYA

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

Volume 5 Nomor 1 Bulan Oktober 2017 E-ISSN:

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

INTISARI. Madaniah 1 ;Aditya Maulana PP 2 ; Maria Ulfah 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi terutama dalam proses penyembuhan penyakit atau kuratif (Isnaini,

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

ANALISIS MEDICATION ERROR FASE PRESCRIBING PADA RESEP PASIEN ANAK RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RSUD SAMBAS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

* Dosen FK UNIMUS. 82

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KELENGKAPAN PENULISAN RESEP DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

PREVALENSI PRESCRIBING ERROR PADA PASIEN RAWAT INAP STROKE AND DIABETES MELLITUS DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Kata kunci: Diabetes melitus, obat hipoglikemik oral, PERKENI.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL PERIODE JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK TATALAKSANA FARMASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

karena selain komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

INTISARI STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN INFORMASI OBAT ANTIBIOTIK KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS SUNGAI MESA BANJARMASIN

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus

PENETAPAN EFEKTIVITAS PEMANFAATAN PENGGUNAAN OBAT PADA 10 APOTEK DI SURABAYA TAHUN 1997

ABSTRAK. Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

Prosiding Farmasi ISSN:

Berobat adalah aktivitas yang pernah dilakukan

INTISARI KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PASIEN BPJS KESEHATAN DENGAN FORMULARIUM NASIONAL DI RSUD BANJARBARU PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER 2015

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRATIF PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI

ABSTRAK KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PASIEN UMUM RAWAT JALAN DENGAN FORMULARIUM DI DEPO II UMUM RAWAT JALAN RSUD ULIN BANJARMASIN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk usia lanjut tumbuh lebih cepat daripada kelompok umur

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PADA PASIEN UMUM RAWAT JALAN DENGAN FORMULARIUM RSUI YAKSSI GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN PERIODE JANUARI-MARET 2016

TINJAUAN ASPEK LEGALITAS DAN KELENGKAPAN RESEP DI 5 APOTEK KABUPATEN KLATEN TAHUN 2007 SKRIPSI

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

Peresepan Obat Pasien Penyakit Dalam Menggunakan Indikator Peresepan World Health Organization

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Kota Bandung

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

BIAYA TAMBAHAN YANG DIBAYAR PASIEN RAWAT JALAN AKIBAT PENULISAN RESEP TIDAK SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT

Potensi Interaksi Obat-Obat pada Resep Polifarmasi: Studi Retrospektif pada Salah Satu Apotek di Kota Bandung

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Transkripsi:

ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DI APOTEK RUMAH SAKIT X PADA BULAN MARET TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh NURUL HABIBAH NIM 1102013221 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI TAHUN 2017 1

2

ANALYSIS OF RATIONAL PRESCRIBING IN X HOSPITAL IN MARCH 2016 AND ACCORDING TO ISLAM Nurul H 1, Lilian B 2, Siti Nur R 3 1 Student, Medical Faculty of Universitas YARSI 2 Lecture, Medical Faculty of Universitas YARSI 3 Lecture, Islam Religion Medical Faculty of Universitas YARSI Korespondensi: E-mail: nhabibah10@yahoo.com ABSTRACT Background: The irrational prescribing is one of the problems in health care in Indonesia. The irrational prescribing can cause medication errors, increase costs, the possibility of adverse drug side effects or drug interactions that may inhibit the quality of care. The purpose of this study is to know the rationality of drug prescribing in March 2016 in hospital X. Methods: This study assessed a prescribing which admitted in March at X hospital with 384 samples with descriptive analysis design and samples taken by multistage sampling. Results: The irrational prescribing of 140 (36.4%) and rational prescribe 244 (63.6%). Causes of irrational prescribing, overprescribing (24.5%), misuse (17.1%), underprescribing (12.1%), wrong delivery route (1.4%), wrong delivery interval (1.6%), and incomplete prescription (15.3%). While the form of irrational prescribing, 61 (22.5%) overprescribing, 43 underprescribing (15.8%), 89 (32.8%) polypharmacy. Conclusion: Rational recipes (63.6%) and irrational prescribing (36.4%). The cause of irrational prescriptions is highest overuse (24.5%), and the most irrational prescription form is at 103 (30.5%) polypharmacy. Keyword: rational prescribing, polypharmacy, medication error 3

ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DI APOTEK RUMAH SAKIT X PADA BULAN MARET TAHUN 2016 SERTA Nurul H 1, Lilian B 2 1 Fakultas Kedokteran Universitas YARSI 2 Departemen pendidikan kedokteran Universitas YARSI ABSTRAK Latar belakang: Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan salah satu masalah pada pusat pelayanan kesehatan di Indonesia. Resep yang tidak rasional dapat menyebabkan medication error, bertambahnya beban pasien, menambah biaya, kemungkinan timbulnya efek samping obat yang semakin tinggi atau akibat dari interaksi obat yang dapat menghambat mutu pelayanan. Tujuan penelitian ini diketahuinya peresepan obat rasional di apotek Rumah Sakit X tahun 2016 periode bulan Maret. Metode penelitian: Penelitian ini menilai resep yang masuk pada bulan Maret di rumah sakit X dengan 384 sampel dengan desain analisis deskriptif. Hasil penelitian: Resep yang tidak rasional 140 resep (36,4%) dan resep rasional 244 resep (63,6%). Penyebab resep tidak rasional dosis berlebih (24,5%), dosis kurang (17,1%), jumlah obat berlebih (20%), jumlah kurang (12,1%), frekuensi pemberian berlebih (6,4%), frekuensi pemberian kurang (1.8%), rute pemberian salah (1,4%), interval pemberian salah (1.6%), dan resep tidak lengkap (15.3%). Sedangkan bentuk resep tidak rasional antara lain, peresepan berlebih 61 (20,8%), peresepan kurang 43 (14,7%), polifarmasi 89 (30,5%), peresepan mejemuk 59 (20,2%) perepsepan salah (7.5%) dan peresepan mewah 19 (6,5%). Kesimpulan: Resep rasional (63,6%) dan resep tidak rasional (36,4%). Penyebab dari resep tidak rasional (36,4%) paling tinggi dosis yang berlebih (24,2%), dan bentuk resep tidak rasional paling tinggi pada polifarmasi 89 (30,5%). Kata kunci : Resep rasional, polifarmasi, medication error Pendahuluan Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker baik dalam bentuk paper maupun elektronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penulisan resep artinya mengaplikasikan pengetahuan dokter dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan peraturan yang berlaku. Peresepan obat yang ditulis harus memenuhi kriteria peresepan obat yang rasional atau penggunaan obat secara rasional (Simatupang, 2012). Menurut Modul obat rasional yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan tahun 2011, kriteria penggunaan obat yang rasional antara lain: (1) tepat diagnosis (2) tepat indikasi penyakit, (3) tepat memilih obat, (4) tepat dosis, (5) 4

tepat penilaian kondisi pasien, (6) waspada terhadap efek samping, (7) efektif, aman, mutu terjamin, harga terjangkau, tersedia setiap saat, (8) tepat tindak lanjut, (9) tepat dispensing (penyerahan obat) (KEMENKES, 2011). Namun algoritma dalam peresepan yang rasional ini tidak selalu berjalan dengan baik sehingga dapat memicu terjadinya resep yang tidak rasional (irasional). Dalam praktiknya tidak semua dokter menulis resep secara rasional. Pada tahun 1993, peresepan di Indonesia masih dikategorikan tidak rasional. Masalah yang terjadi adalah tingginya tingkat polifarmasi (3-5 obat per pasien), penggunaan antibiotik yang berlebihan (43%), serta injeksi yang tidak tepat dan berlebihan (10-80%) (Hogerzeil, et al., 1993). Dampak dari resep yang tidak rasional salah satunya adalah medication error. Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan yang seharusnya dapat dicegah (Cohen, et al., 1991). Salah satu kriteria dari medication error adalah prescribing error atau kesalahan peresepan. Penulisan resep yang tidak rasional selain menyebabkan medication error juga menyebabkan bertambahnya beban pasien, menambah biaya, kemungkinan timbulnya efek samping obat yang semakin tinggi atau akibat dari interaksi obat yang dapat menghambat mutu pelayanan (Renatasari, 2009). Metode Penelitian ini menilai resep yang masuk pada bulan Maret 2016 di rumah sakit X. Sampel yang diambil 384 dengan menilai resep pasien rawat jalan pembayaran dengan asuransi BPJS, asuransi non BPJS dan pribadi dengan desain analisis deskriptif. Resep dinilai kelengkapannya secara administratif dan farmsetik, rasionalitasnya, dan bentuk resep tidak rasional. Hasil Berdasarkan kelengkapannya resep dibagi resep lengkap dan resep tidak lengkap. Kategori resep lengkap adalah resep yang mengandung seluruh komponennya (administrasi dan farmasetik). Sedangkan resep yang tidak lengkap adalah resep yang salah satu atau lebih komponennya tidak terdapat dalam resep. Berikut distribusi resep menurut kelengkapannya. Tabel 4.1. Distribusi Resep Menurut Kelengkapan Jumlah resep Persentase Resep lengkap 363 94.5% Resep lengkap tidak 21 5.5% Jumlah 384 100% Tabel diatas menunjukan resep lengkap 94.5% dan hanya 5.5% yang tidak lengkap. Resep tidak lengkap disebabkan kurangnya komponen administrasi yaitu menuliskan usia pasien dan berat badan pada pasien anak dalam lembar resep. Resep 5

yang tidak lengkap ini termasuk dalam resep tidak rasional. Resep dikatakan rasional apabila resep lengkap, tepat dosis, jumlah obat yang diberikan tepat, frekuensi pemberian tepat dan interval pemberian tepat. Sedangkan resep tidak rasional adalah resep yang kurang satu atau lebih dari indikator resep rasional diatas. Berikut tabel distribusi resep rasional dan tidak rasional tertera dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Resep Rasional Dan Tidak Rasional Jumlah resep Persentase Rasional 244 63,6 % Tidak rasional 140 36,4% Jumlah 384 100 % Resep yang tidak rasional 140 resep (36,4%) dan resep rasional 244 resep (63,6%). Penyebab resep tidak rasional dosis berlebih 33 (24,5%), dosis kurang 24 (17,1%), jumlah obat berlebih 28 (20%), jumlah kurang 17 (12,1%), frekuensi pemberian berlebih 9 (6,4%), frekuensi pemberian kurang 3 (1.8%), rute pemberian salah 2 (1,4%), interval pemberian salah (1.6%), dan resep tidak lengkap 21 (15.3%). Sedangkan bentuk resep tidak rasional antara lain, peresepan berlebih 61 (20,8%), peresepan kurang 43 (14,7%), polifarmasi 89 (30,5%), peresepan mejemuk 59 (20,2%) peresepan salah 21 resep (7.5%), dan peresepan mewah 19 (6,5%). Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu 363 resep lengkap dan 21 resep tidak lengkap. Resep tidak lengkap disebabkan oleh dokter tidak menuliskan usia pasien dan berat badan pada pasien anak di lembar resep. Hasil ini sesuai dengan penelitian di Yogyakarta yaitu penelitian yang dilakukan pada resep rawat jalan dari rumah sakit di Yogyakarta didapati bahwa sebanyak 52,4% resep tidak dilengkapi dengan usia pasien dan hampir 99% tidak mencatumi berat badan pasien (Dyah, et al., 2010). Penelitian lain menyatakan bahwa resep tidak lengkap merupakan salah satu jenis kesalahan yang sering terjadi. Kesalahan ini dapat menyebabkan prescribing error yang merupakan salah satu fase medication error (Tajudin SR, et al., 2012). Dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan terdapat 140 resep (36,4%) dikategorikan resep yang tidak rasional dan 244 (63,6%) termasuk resep rasional. Penyebab resep yang tidak rasional di rumah sakit X paling tinggi disebabkan oleh kesalahan dosis. Kesalahan dosis paling banyak disebabkan dosis berlebih yaitu 33 resep (24,5%) dan jumlah obat yang diberikan berlebih terdapat 28 resep (20%). Angka kesalahan dosis yang tinggi ini sesuai dengan penelitian lain yang didapatkan bahwa resep dengan dosis 6

yang salah (44; 17,8%) dan waktu pemberian obat yang salah (26; 10,5%) (Avery, (2011). Berbeda dengan peresepan berlebih, peresepan kurang (underprescribing) di rumah sakit X hanya 43 (15.8%) dari 285 yang termasuk bentuk resep tidak rasional. Hasil ini sesuai dengan penelitian lain yang dilakukan di rumah sakit di Perancis menunjukkan masalah terkait obat yang sering muncul antara lain: pemberian dosis yang sub terapeutik (19,2%), pemberian obat yang kontraindikasi dengan kondisi pasien (21,3%), cara pemberian yang tidak tepat (20,6 %) dan interaksi obat (12,6%) (Lazarou, 2009). Peresepan berlebih dan peresepan kurang termasuk permasalahan terkait obat atau Drug Therapy Problems (DTPs). Drug Therapy Problems merupakan keadaan yang tidak diinginkan pasien terkait dengan terapi obat serta halhal yang mengganggu tercapainya hasil akhir yang sesuai dan dikehendaki untuk pasien (Cipolle et al., 2004). Penyebab lain resep tidak rasional karena kesalahan frekuensi pemberian dan rute pemberian. Frekuensi pemberian dan interval pemberian akan mempengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obat. Kesalahan dalam rute pemberian akan mempengaruhi farmakokinetik obat dalam tubuh pasien dan meningkatkan kejadian medication error. Karena salah satu penyebab medication error karena pemberian obat yang salah, dosis yang tidak rasional (dosis lebih atau kurang), kesalahan rute penggunaan obat, serta penulisan aturan pakai yang tidak lengkap (Andi, 2012). Bentuk resep tidak rasional yang di temukan di rumah sakit X yang paling tinggi adalah polifarmasi yaitu 89 dari 384 resep (30,5%). Polifarmasi ini terjadi paling banyak pada pasien di poli jantung. Peresepan pada poli jantung, dokter menuliskan 4 hingga 9 obat dalam satu resep dengan rata-rata 5.3 obat dalam satu resep. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hogerzeil tingginya tingkat polifarmasi dengan hanya 3.5 obat perpasien (Hogerzeil, et al., 1993). Penelitian lain yang dilakukan oleh Hajjar (2005), dari 384 pasien, ada 41,4% dengan 5-8 obat dan 37,2% lebih dari 9 obat dalam satu resep dan secara kesulurahan ada 58,6% pasien meminum obat yang tidak diperlu (Hajjar, 2005). Sedangkan pada penelitian di Italia tahun 2011, Nobili menemukan pasien lanjut usia meminum lebih dari 5 obat yang dapat menyebabkan Adverse Drugs Events (ADEs) (Nobili, 2011). Banyak faktor yang berperanan menyebabkan irrational prescribing, faktor ini dapat dibedakan dalam 5 komponen yaitu unsur instrinsik sang dokter, unsur kelompok kerja dokter, unsur tempat kerja dokter, unsur informasi yang diterima dokter, dan unsur sosial budaya masyarakat (WHO, 2007). Intriksik faktor mencakup pengetahuan dokter tentang pasien, penyakitnya, dan obat yang akan diresepkannya (Sadikin, 2011). Kesimpulan 7

Resep tidak rasional paling tinggi disebabkan oleh dosis yang berlebih 24,5%, sedangkan paling rendah disebabkan oleh kesalahan pada rute pemberian 1,4% atau hanya 2 resep dari 384 resep yang dinilai. Kategori paling tinggi yaitu polifarmasi (30,5%) dari 384 resep terdapat 89 resep polifarmasi. Polifarmasi didapatkan paling banyak terjadi pada poli jantung di rumah sakit X, dimana obat yang diresepkan 4 hingga 9 obat dalam 1 resep dengan rata-rata 5.3 obat dalam satu resep. Sedangkan kategori yang paling rendah disebabkan peresepan mewah (6,5%). DAFTAR PUSTAKA Andi, T. 2012. Faktor Penyebab Medication Error di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng. Skirpsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makassar. Avery T., Barber N., et al. 2012. Investigating the Prevalence and causes of prescribing Errors in General Practice. United Kingdom: Council Regulating Doctors Ensuring Good Medical Practice. Cohen, M.R, Basse., Myers. 1991. Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R, (ed), Medication Error. Washington DC: American Pharmaceutical Association. Page 230-240. Cipolle, RJ, Strand, LM, Morley, PC. 2004. Pharmaceutical Care Practice The Clinican s Guide. McGraw-Hill. New York. Depertemen Kesehatan. 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Dyah AP, et al. 2010. Medication Errors in Outpatients of a Government Hospital in Yogyakarta. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. Hajjar, E, et al. 2005. Unnecessary drug use in frail older people at hospital discharge. J Am Geriatr Soc. 53: 1517-1523. Hogerzeil, H.V, et al. 1993. Field Test for Rational Drugs Use in Twelve Develoving Countries. The Lancet, hal 1408-1410. Lazarou J et al. 1998. Inciden Of Drug Reactions In Hospitalized Patients. JAMA. Volume 279 No 15 Nobili A, et al. 2011. Polypharmacy, Length Of Hospital Stay And Inpatient Mortality Among Elderly Patients In Internak Medicine Wards. Eur J Clin Pharmacol. 67:507-519 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 2016. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72/ Tahun 2016 Tentang Pelayanan Farmasi di Rumah sakit. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Renatasari, AD. 2009. Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus di instalasi rumah sakit umum daerah Dr. M. Ashari Pemalang tahun 2008. Univeristas Muhamadiyah Surakarta. Sadikin, Z DJ. 2011. Penggunaan Obat yang Rasional. Volume 8

61. Nomor 4. J Indon Med Assoc. Jakarta: Departemen Farmakologi Universitas Indonesia. Simatupang, Abraham. 2012. Pedoman WHO tentang Penulisan Resep yang Baik sebagai Bagian Penggunaan Obat yang Rasional WHO- Guide to Good Prescribing as Part of Rational Drug Use. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia. Tajudin SR., Sudirman R., Maidin R. 2012. Faktor Penyebab Medication Error di Instlasi Rawat Darurat. Dalam: Jurnal manajemen pelayan kesehatan. Volume 15. Nomor 4. Makassar: Fakultas Kesahatan Masyrakat Univeristas Hasanudin Makasar. World Health Organization. 2002. Promoting Rational Use of Medicines: Core Components. Dalam W. H Organization, WHO policy Perspective on Medicine. Geneva: World Health Organization World health organization. 2007. The role of educa-tion in the rational use of medicine. New Delhi. 9