HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Oleh : Dra. Hj. Syarifah, M.Kes. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KELAINAN LETAK JANIN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA DI KAMAR BERSALIN RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volome 8 Nomor 1 jurnal.syedzasaintika.ac.id

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7).

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memfokuskan percepatan pencapaian target MDGs (Millenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

21 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

30 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang sangat besar bagi setiap wanita (Rusli, 2011). Kehamilan dan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 yakni

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

PENGARUH KADAR HB DAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS WULUHAN TAHUN 2016

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI UPTD PUSKESMAS AJANGALE

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD DR. SOESILO KABUPATEN TEGAL SKRIPSI

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hardiana 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 Wachyu Amelia Dosen STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: amelia.wachyu@yahoo.com ABSTRAK Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ukuran LILA dan penambahan berat badan ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Noesmir Baturaja Tahun 2014.Menggunakan survey analitik cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang tercatat di rekam medik di Rumah Sakit Dr. Noesmir Baturaja Tahun 2013 yang berjumlah 616 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan jumlah sampel 255 responden. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan check list. Dari 255 responden, Responden yang mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada ibu dengan ukuran LILA yang tidak normal selama hamil (62,5%), dan responden yang tidak mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada responden yang memiliki ukuran LILA yang normal (85,3%) Dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,000. Responden yang mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada ibu dengan penambahan berat badan yang tidak normal selama hamil (70,3%), dan responden yang tidak mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada responden yang mengalami penambahan berat badan yang normal (58,1%) dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,000. Ada hubungan antara ukuran LILA dan penambahan berat badan ibu selama hamil dengan kejadian BBLR. Kata kunci: kejadian BBLR, Ukuran LILA, penambahan berat badan ibu selama hamil. 31

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram, berat badan lahir merupakan prediktor yang baik untuk pertumbuhan bayi dan kelangsungan hidupnya. Seorang bayi yang cukup bulan pada umumnya lahir dengan berat badan 2500 gram atau lebih. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur, biasanya mengalami penyulit, dan memerlukan perawatan yang memadai, BBLR yang cukup/lebih bulan umumnya organ tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya. BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal, Angka kejadian dan kematian BBLR akibat komplikasi seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubinemia masih tinggi (1). The World Health Organization (WHO) mengganti istilah bayi prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur (2). Masalah yang dihadapi pada bayi yang dilahirkan prematur belum mempunyai alat tubuh lengkap seperti bayi matur. Oleh sebab itu ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya maka makin kurang sempurna pertumbuhannya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi seperti: sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem urogenitas, sistem neurology, sistem pembuluh darah, sistem imunologik dan sistem imaturitas (3). Bila fungsi organ-organ tubuhnya baik dan tidak terdapat gangguan seperti pernapasan dan bayi dapat menghisap dengan baik maka bayi dapat dibawa pulang dan dirawat oleh keluarga. Bayi BBLR yang dapat dipulangkan dari rumah sakit jika telah memenuhi kriteria yaitu kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi, bayi minum dengan baik, berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15 g/kg/hari) untuk sekurang-kurangnya 32

tiga hari berturut-turut, ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up (4). Menurut Menteri Kesehatan RI penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya asfiksia 27%, berat badan lahir rendah 29%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13% (1). Indikator kehamilan yang mempengaruhi terjadinya BBLR antara lain adalah kehamilan dini kurang dari 18 tahun (4,1 %), kehamilan terlalu tua lebih dari 34 tahun (11 %), paritas lebih dari 3 (9,4 %), anemia pada ibu hamil ( 50,9 %) dan jarak persalinan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun (5,2 %), Lingkar Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm ( 29 %), Wanita Usia Subur yang menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang berisiko melahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (4). Berdasarkan data dari The World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,5% masih di atas angka rata-rata Thailand (9,6%) dan Vietnam (5,2%) (5). Proporsi nasional Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar 11,5%. Provinsi dengan persentase berat badan lahir rendah tertinggi adalah Provinsi Papua (27,0%), Papua Barat (23,8%), NTT (20,3%), Sumatera Selatan (19,5%), dan Kalimantan Barat (16,6%). Persentase berat badan lahir rendah sedikit lebih tinggi di perdesaan (12,2%) dibanding di perkotaan (10,8%) (6). Batas ambang Lingkar Lengan Atas (LILA) WUS resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm yakni di bagian merah pita LILA. Bila pengukuran LILA hasilnya kurang dari 23,5 cm diperkirakan akan menghasilkan BBLR. Pengukuran LILA dilakukan kapan saja, cukup satu kali setahun. Menurut hasil penelitian Festy (2010), sebagian besar bayi dengan Berat badan 2500 gram dilahirkan ibu dengan ukuran LILA 23,5 cm 33

adalah atau 181 ibu, sedangkan bayi dengan berat badan < 2500 gram sebagian dilahirkan ibu dengan ukuran LILA < 23,5cm adalah 70 orang atau (71,4%). Menurut Elizabeth (2008) menyatakan bahwa, kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar 11 kg-12,5 kg atau 20 % dari berat badan sebelum hamil, penambahan berat badan sekitar 0,5 kg pada trimester pertama dan 0,5 kg setiap minggu pada trimester berikutnya (7). Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr. Noesmir Baturaja Tahun 2013 terdapat 616 persalinan, dengan jumlah bayi yang lahir dengan BBLR sebanyak 64 bayi (10,4 %). Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Ukuran LILA dan Penambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil dengan Kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Noesmir Baturaja Tahun 2014. akan mempengaruhi berat badan bayi yang akan dilahirkannya. Hasil penelitian Festy (2010), sebagian besar yaitu 208 ibu mengalami METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik peningkatan berat badan selama dengan pendekatan Cross Sectional kehamilan kurang dari 9 kg. Bayi dengan berat badan kurang 2500 gram dilahirkan oleh ibu yang memiliki penambahan berat kurang dari 9 kg sebesar 120 orang (57,6%) dimana variabel independen (LILA dan Penambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil) dan variabel dependen (BBLR) yang terjadi pada objek penelitian diukur atau 34

dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Populasi dalam kejadian BBLR yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang tercatat di rekam medik di Rumah Sakit Dr. Noesmir Baturaja Tahun 2013 yang berjumlah 616 orang didapatkan sampel sebanyak 225 responden. Data didapatkan menggunakan data sekunder dengan check list. HASIL 1. Analisa Univariat Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui hubungan ukuran LILA dan penambahan berat badan ibu selama hamil dengan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ukuran LILA dan Penambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil dengan Kejadian BBLR Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Kejadian BBLR - Ya - Tidak Ukuran LILA - Normal - Tidak Normal Penambahan BB - Normal - Tidak normal 64 191 187 68 130 125 25,1 74,9 73,3 26,7 51,0 49,0 35

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa proporsi responden yang memiliki bayi yang mengalami kejadian BBLR lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak mengalami kejadian BBLR yaitu sebanyak 64 orang (25,1%) yang memiliki ukuran LILA normal lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak normal yaitu sebanyak 187 orang (73,3%) dan yang mengalami penambahan berat badan selama hamil yang normal lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak normal yaitu sebanyak 130 orang (51,0%). Tabel 2. Hubungan Ukuran LILA dan Penambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil dengan Kejadian BBLR Kejadian BBLR Karakteristik Ya Tidak % p value n % N % Ukuran Lila - Normal 24 37,5 163 85,3 187 73,3 - Tidak Normal 40 62,5 28 14,7 68 26,7 0,000 Penambahan BB - Normal - Tidak Normal 19 45 29,7 70,3 111 80 58,1 41,9 130 125 51,0 49,0 0,000 *)Uji statistik bermakna p value <0,05 36

Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa responden yang 111 (58,1 %). Dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,000. mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada ibu dengan ukuran LILA yang tidak normal selama hamil yaitu sebanyak 40 orang (62,5%), dan responden yang tidak mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada responden yang memiliki ukuran LILA yang normal yaitu sebanyak 163 (85,3%). Dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,000. Dan responden yang mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada ibu dengan penambahan berat badan yang tidak normal selama hamil yaitu sebanyak 45 orang (70,3%), dan responden yang tidak mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada responden yang mengalami penambahan berat badan yang normal yaitu sebanyak PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden yang mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada ibu dengan ukuran LILA yang tidak normal selama hamil yaitu sebanyak 40 orang (62,5%), dan responden yang tidak mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada responden yang memiliki ukuran LILA yang normal yaitu sebanyak 163 (85,3%) dari hasil uji statistik chi- square diperoleh ρ value 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ukuran LILA ibu selama hamil dengan kejadian BBLR terbukti. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Festy (2010), 37

sebagian besar yaitu 208 ibu mengalami peningkatan berat badan selama kehamilan kurang dari 9 kg. Bayi dengan berat badan kurang 2500 gram dilahirkan oleh ibu yang memiliki penambahan berat kurang dari 9 kg sebesar 120 orang (57,6%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, responden yang memiliki ukuran LILA selama hamil dengan kategori tidak normal lebih banyak mengalami kejadian BBLR (62,5%). Hal ini dikarenakan LILA merupakan indikator status gisi ibu hamil. Di Indonesia batas ambang LILA normal adalah 23,5 cm sebelum kehamilan berisiko menderita Kekurangan Energi Kalori. Ibu hamil dengan ukuran LILA kurang 23,5 cm berisiko menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang dapat menyebabkan Bayi Rendah. KEK berdampak negatif terhadap ibu hamil dan janin yang dikandung berupa peningkatan kematian ibu, sedangkan bayi BBLR berisiko kematian dan gangguan tumbuh kembang. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa responden yang mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada ibu dengan penambahan berat badan yang tidak normal selama hamil yaitu sebanyak 45 orang (70,3%),dan responden yang tidak mengalami kejadian BBLR lebih banyak pada responden yang mengalami penambahan berat badan yang normal yaitu sebanyak 111 (58,1) dari hasil uji statistik chisquare diperoleh ρ value 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penambahan berat badan ibu selama prematuritas dan risiko Berat Badan 38

hamil dengan kejadian BBLR terbukti. Hasil penelitian ini sesuai bayi tergolong dalam berat badan kurang dari 2500 gram atau berat badan bayi lebih dari 2500 gram. dengan hasil penelitian Festy (2010), sebagian besar yaitu 208 ibu mengalami peningkatan berat badan selama kehamilan kurang dari 9 kg. Bayi dengan berat badan kurang 2500 gram dilahirkan oleh ibu yang memiliki penambahan berat kurang dari 9 kg sebesar 120 orang (57,6%). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, responden yang yang mengalami kenaikan berat KESIMPULAN 1. Ada hubungan ukuran LILA ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Noesmir Baturaja Tahun 2014. 2. Ada hubungan penambahan berat badan ibu selama hamil dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Noesmir Baturaja Tahun 2014. badan selama hamil dengan kategori tidak normal lebih banyak mengalami kejadian BBLR (70,3%). Hal ini dikarenakan penambahan berat badan berpengaruh pada berat bayi baru lahir. Sehingga dapat diasumsikan penambahan yang sesuai berkontribusi terhadap berat badan bayi sehingga menentukan SARAN 1. Bagi instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan ANC untuk mengurangi kejadian BBLR pada bayi baru lahir 2. Kepada masyarakat khususnya ibu hamil hendaknya lebih aktif 39

lagi untuk mencari informasi tentang kesehatan terutama cara mecegah dan mengatasi kejadian BBLR pada bayi baru lahir 3. Bagi peneliti selanjutnya bisa meneliti variabel-variabel lain. DAFTAR PUSTAKA 1. Kemenkes, RI, 2011. Manajemen BBLR bagi bidan dan Perawat 2. Prawirohardjo, S. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatural, Jakarta : EGC 3. Lisa. 2013. Berat Badan Bayi Lahir Rendah. 4. Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan, RI. 5. Yuli. 2010. Hubungan antara BBLR dengan Terjadinya Asfiksia. 6. Nutjahjati. 2012. Asuhan Keperawatan pada Berat Badan Lahir Rendah. Kendari 7. Elizabeth. 2008. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Metode Kangguru. 40