BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

Sistem PLTS OffGrid. TMLEnergy. TMLEnergy Jl Soekarno Hatta no. 541 C, Bandung, Jawa Barat. TMLEnergy. We can make a better world together CREATED

BAB II LANDASAN TEORI

Materi Sesi Info Listrik Tenaga Surya. Politeknik Negeri Malang, Sabtu 12 November 2016 Presenter: Azhar Kamal

PLTS. Pembangkit listrik yang memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. (Sumber : Buku Paket Kelas XI, Yudhistira)

BAB II TINJAUAN UMUM

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

Sistem PLTS Off Grid Komunal

DASAR TEORI. Kata kunci: grid connection, hybrid, sistem photovoltaic, gardu induk. I. PENDAHULUAN

Teknologi Plasma. dalam Industri Manufaktur Semikonduktor dan Divais Elektronik. (Bagian II) Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

Listrik Tenaga Surya untuk Rumah (judul asli: Memasang Solar Home System atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya Mini untuk Rumah) Oleh: Agus Haris W

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

STUDI TERHADAP UNJUK KERJA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA 1,9 KW DI UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Efek photovoltaic pertama kali ditemukan oleh ahli Fisika berkebangsaan

PENGARUH SERAPAN SINAR MATAHARI OLEH KACA FILM TERHADAP DAYA KELUARAN PLAT SEL SURYA

Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

Pelatihan Sistem PLTS Maret 2015 PELATIHAN SISTEM PLTS INVERTER DAN JARINGAN DISTRIBUSI. Rabu, 25 Maret Oleh: Nelly Malik Lande

NASKAH PUBLIKASI PEMANFAATAN SEL SURYA UNTUK KONSUMEN RUMAH TANGGA DENGAN BEBAN DC SECARA PARALEL TERHADAP LISTRIK PLN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN SINAR MATAHARI UNTUK PENYIRAMAN KEBUN SALAK. Subandi 1, Slamet Hani 2

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL...

SISTEM KONVERTER PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

BAB III PRINSIP KERJA ALAT DAN RANGKAIAN PENDUKUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ALAT PRAKTIKUM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

PEMANFAATAN SEL SURYA DAN LAMPU LED UNTUK PERUMAHAN

KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB II LANDASAN TEORI Defenisi Umum Solar Cell

PENERANGAN JALAN UMUM MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV)

BAB II DASAR TEORI. manusia untuk memperoleh energi listrik tanpa perlu membakar bahan bakar fosil

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA

BAB III DESKRIPSI DAN PERENCANAAN RANCANG BANGUN SOLAR TRACKER

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

Latar Belakang dan Permasalahan!

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. alternatif seperti matahari, angin, mikro/minihidro dan biomassa dengan teknologi

DAYA KELUARAN PANEL SURYA SILIKON POLI KRISTALIN PADA CUACA NORMAL DAN CUACA BERASAP DENGAN SUSUNAN ARRAY PARALEL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN SEL SURYA

Uji Karakteristik Sel Surya pada Sistem 24 Volt DC sebagai Catudaya pada Sistem Pembangkit Tenaga Hybrid

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

Deskripsi LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM YANG DITINGKATKAN

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM INSTALASI PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO UNDIP SEMARANG

ANALISIS PERENCANAAN PENGGUNAAN SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) UNTUK PERUMAHAN (SOLAR HOME SYSTEM)

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Komponen dan diagram rangkaian PLTS. Gambar 2.2. Instalasi PLTS berdaya kecil [2]

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Rooftop Solar PV System

Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI PERTANIAN PENGUKURAN TEGANGAN DAN ARUS DC PADA SOLAR CELL

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN PLTS BUKU XI. TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta memahami prinsip kerja dan cara pengoperasian PLTS DURASI : 4 JP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal

Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Pembangkit Listrik Hybrid (Tenaga Angin dan Tenaga Matahari) Menggunakan Atmega 8535

ABSTRAK. Kata kunci: Solar Cell, Media pembelajaran berbasis web, Intensitas Cahaya, Beban, Sensor Arus dan Tegangan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

Politeknik Negeri Sriwijaya

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. daya yang berpotensi sebagai sumber energi. Potensi sumber daya energi

BAB II LANDASAN TEORI

Kata Kunci : Solar Cell, Modul Surya, Baterai Charger, Controller, Lampu LED, Lampu Penerangan Jalan Umum. 1. Pendahuluan. 2.

PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

ANALISA RANCANGAN SEL SURYA DENGAN KAPASITAS 50 WATT UNTUK PENERANGAN PARKIRAN UNISKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PJU Tenaga Surya. Penerangan Mandiri Jalan dan Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

Gambar 6. Teknologi PV module saat ini Cell Kristal terbuat dari bahan ultra-silicon seperti yang banyak digunakan pada chip semiconductor. Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari teknologi yang terus berkembang [1]. seperti halnya teknologi mobil

PEMANFAATAN SOLAR CELL DENGAN PLN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK RUMAH TINGGAL ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Physical Aspects of Solar Cell Efficiency Light With Too Little Or Too Much Energy

PERANCANGAN SISTEM HIBRID PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN JALA-JALA LISTRIK PLN UNTUK RUMAH PEDESAAN

Ribuan tahun yang silam radiasi surya dapat menghasilkan bahan bakar fosil yang dikenal dengan sekarang sebagai minyak bumi dan sangat bermanfaat bagi

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN SEL SURYA DAN INTENSITAS CAHAYA MATAHARI PADA AREA GEDUNG K.H. MAS MANSYUR SURAKARTA

PENGEMBANGAN TRAINER PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA SISTEM ON GRID DENGAN PLN UNTUK MENUNJANG MATAKULIAH PRAKTIKUM PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini di bahas mengenai teori-teori dasar yang digunakan untuk menunjang perencanaan dan pembuatan alat. 2.1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah peralatan pembangkit listrik yang merubah cahaya matahari menjadi listrik. Teknologi ini sudah ditemukan sejak tahun 1941 dan diaplikasikan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan militer Amerika Serikat, kemampuannya luar biasa dengan daya tahan yang cukup lama hingga 25 tahun dibawah cuaca panas, hujan, maupun beku. PLTS sering juga disebut Solar Cell, atau Solar Photovoltaic, yang pada dasarnya PLTS adalah pencatu daya (alat yang menyediakan daya), dan dapat dirancang untuk mencatu kebutuhan listrik yang kecil sampai dengan besar baik secara mandiri, maupun dengan hybrid baik dengan metoda Desentralisasi maupun dengan metoda Sentralisasi. 8

9 2.1.1. Perkembangan PLTS Sel surya atau sel photovoltaic adalah sebuah alat yang mengubah cahaya menjadi arus listrik dengan menggunakan efek fotolistrik. Sel surya pertama diciptakan oleh Charles Fritts pada tahun 1880. Pada tahun 1931 seorang insinyur Jerman, Dr Bruno Lange, mengembangkan sel Photovoltaik menggunakan selenida perak di tempat oksida tembaga. Meskipun sel prototipe selenium mengkonversi kurang dari 1% dari cahaya menjadi listrik, Ernst Werner Von Siemens dan James Clerk Maxwell mengakui penemuan ini sangatlah penting. Setelah karya Russell Ohl pada 1940-an, peneliti Gerald Pearson, Calvin Fuller dan Daryl Chapin menciptakan sel surya silikon pada tahun 1954. Ditinjau dari konsep struktur kristal bahannya, terdapat tiga tipe utama sel surya, yaitu sel surya berbahan dasar monokristalin, poli (multi) kristalin, dan amorf. Ketiga tipe ini telah dikembangkan dengan berbagai macam variasi bahan, misalnya silikon, CIGS, dan CdTe. Berdasarkan kronologis perkembangannya, sel surya dibedakan menjadi sel surya generasi pertama, kedua, dan ketiga. Generasi pertama dicirikan dengan pemanfaatan Wafer Silikon sebagai struktur dasar sel surya; generasi kedua memanfaatkan teknologi deposisi bahan untuk menghasilkan lapisan tipis (Thin Film) yang dapat berperilaku sebagai sel surya; dan generasi ketiga dicirikan oleh pemanfaatan teknologi Bandgap Engineering untuk menghasilkan sel surya berefisiensi tinggi dengan konsep Tandem atau Multiple Stackes. Berikut jenis-jenis Sel surya yang saat ini di gunakan :

10 1) Monokristalin (SI) Dibuat dari silikon kristal tunggal yang didapat dari peleburan silikon dalam bentuk bujur. Efisiensi dari Monocrystalline sekitar 16-17%. Bahkan dapat mencapai 24 % pada hasil penelitian di laboratorium. Kelemahan dari sel surya jenis ini adalah tidak akan berfungsi baik ditempat teduh atau cahaya mataharinya kurang. Efisiensinya akan turun drastis dalam kondisi cuaca berawan. Gambar 2.1: Modul Monokristalin 2) Poli (Multi) Kristalin Dikarenakan biaya pembuatan sel surya Monokristalin masih mahal oleh karena itu digunakanlah Polikristalin yang biaya pembuatannya lebih murah. Namun sel jenis ini kurang efektif dibandingkan jenis Monokristalin. Efisiensinya berkisar antara 10-14%. Jenis sel ini memerlukan luas permukaan yang lebih luas untuk menghasilkan daya listrik yang sama jika dibandingkan

11 dengan jenis Monokristal, namun masih dapat menghasilkan energi listrik pada cuaca mendung atau berawan. Gambar 2.2: Modul Polycrystalline 3) Amorphous Silicon Sel jenis ini mempunyai efisiensi maksimum tidak lebih dari 10%. Biaya produksi jauh lebih murah dari jenis sel silikon yang lain. Efisiensi akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Banyak dipakai pada jam tangan dan kalkukator. Gambar 2.3. Thin Film Amorphous Silicon

12 2.2. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Berdasarkan aplikasi dan konfigurasinya, secara garis besar PLTS diklarifikasi menjadi dua yaitu. Sistem PLTS yang tidak terhubung dengan jaringan (off-grid PV plant), atau lebih dikenal dengan sebutan PLTS berdiri sendiri (standalone), dan sistem PLTS terhubung dengan jaringan (grid- connected PV plant) atau lebih dikenal dengan sebutan PLTS On-grid. Sedangkan apabila PLTS dalam penggunannya digabung dengan jenis pembangkit listrik lain disebut sistem hybrid. Menurut IEEE standard 1929-2000 sistem PLTS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu PLTS skala kecil dengan batas 10 kw atau kurang, skala menengah dengan batas antara 10 kw hingga 500 kw, skala besar dengan batas di atas 500 kw (Omran, IEEE, 2000) 2.3. Jenis PLTS dan Spesifikasi PLTS ada tiga jenis sistem diantaranya adalah Off grid PLTS, On Grid PLTS dan Hybrid PLTS. Ketiga jenis PLTS tersebut sangat populer digunakan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, termasuk ketersediaan dana. Untuk sistem On Grid PLTS dan Hybrid PLTS, pengguna harus telah memakai listrik konvensional bertegangan AC (Misalnya PLN) baik 1 atau 3 phase. Sedangkan untuk Off Grid tidak perlu keberadaan jaringan listrik PLN, jadi dimana saja dan kapan saja off grid PLTS bisa diterapkan sebagai penyedia listrik untuk perumahan. Buat Anda yang tertarik pada Green Energy, seperti sistem listrik tenaga surya, silahkan pilih mana

13 sistem SHS yang sesuai kebutuhan. Berikut adalah jenis Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang Populer digunakan: 2.3.1. PLTS Terpusat (Off-Grid) Stand alone PV sistem atau Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terpusat (PLTS Terpusat) merupakan sistem pembangkit listrik alternatif untuk daerah-daerah terpencil/pedesaan yang tidak terjangkau oleh jaringan PLN. Sistem PLTS terpusat disebut juga Stand Alone PV Sistem yaitu sistem pembangkit yang hanya mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama dengan menggunakan rangkaian photovoltaic module untuk menghasilkan energi listrik sesuai kebutuhan. Secara umum konfigurasi PLTS sistem terpusat dapat dilihat seperti blok diagram di bawah: Gambar 2.4 Blok Diagram PLTS 5 kwp Off Grid

14 Prinsip kerja PLTS sistem terpusat dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pada PLTS sistem terpusat ini, sumber energi listrik yang dihasilkan oleh modul surya (PV) pada siang hari akan disimpan dalam baterai. Proses pengisisan energi listrik dari PV ke baterai diatur oleh Solar Charge Controller agar tidak terjadi over charge. Besar energi yang dihasilkan oleh PV sangat tergantung kepada intensitas penyinaran matahari yang diterima oleh PV dan efisiensi cell.. 2. Selanjutnya energi yang tersimpan dalam baterai digunakan untuk menyuplai beban melalui inverter saat dibutuhkan. Inverter mengubah tegangan DC pada sisi baterai menjadi tegangan AC pada sisi beban. 2.3.2. PLTS On Grid / Grid Tie System Sistem ini menggunakan Solar Panel (Panel Photovoltaic) untuk menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dan bebas emisi. Dengan adanya sistem ini akan mengurangi tagihan listrik rumah tangga, dan memberikan nilai tambah pada pemiliknya. Rangkaian sistem ini akan tetap berhubungan dengan jaringan PLN dengan mengoptimalkan pemanfaatan energi dari panel surya untuk menghasilkan energi listrik semaksimal mungkin. Dengan frekuensi dan fasa yang sesuai dengan kriteria PLN sehingga dapat dihubungkan ke jaringan PLN. Proses sinkronisasi ini dilakukan dengan PLL (Phase Locked Loop), yaitu suatu algoritma yang dapat menegestimasi besaran amplitudo dan fasa dari sinyal referensi yang dijadikan sinyal input. Algoritma ini memerlukan input sinyal referensi untuk kalkulasi perhitungan amplitudo dan fasa estimasi. Sinyal referensi

15 yang digunakan adalah sinyal besaran listrik jaringan PLN. Sehingga dengan PLL (Phase Locked Loop) dapat dihasilkan sinyal keluaran yang sudut fasa dan frekuensinya sama dengan sudut fasa. Gambar 2.5 Sketsa PLTS On Grid 2.3.3. PLTS Hybrid Adalah penggunaan 2 sistem atau lebih pembangkit listrik dengan sumber energi yang berbeda. Umumnya sistem pembangkit yang banyak digunakan untuk hybrid adalah genset, PLTS, mikrohydro, tenaga angin.

16 Gambar 2.6 PLTS Hybrid Sistem ini merupakan salah satu alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan pada daerah-daerah yang sukar dijangkau oleh sistem pembangkit besar seperti jaringan PLN atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Sistem hybrid ini memanfaatkan Renewable Energy sebagai sumber utama (primer) yang dikombinasikan dengan genset atau lainnya sebagai sumber energi cadangan (sekunder). Kami juga mendesain produk SHS yang dilengkapi fitur backup / input cadangan yang dapat disesuai dengan kebutuhan, diantaranya SHS Hybrid, dan UPS 2.4. Spesifikasi Panel Surya Photovoltaic Spesifikasi Jenis Modul Panel Surya, beserta karakteristik, sesuai dengan kegunaan dan kemampuan kapasitas yang dapat dihasilkan berbagai jenis modul, bisa dilihat di Tabel 2.1 dibawah.

17 Tabel 2.1 Perbandingan Karakteristik Jenis Photovoltaic No Jenis Modul Karakteristik 1 Monocrystalline Efisiensi maksimum 24% Merupakan generasi pertama Photovoltaic Lifetime lebih lama Terbuat dari bahan silicon murni Biaya pembuatan relatif mahal Memiliki bentuk yang solid dan kaku 2 Polycrystalline Efisiensi maksimum 14% Merupakan generasi kedua (lanjutan) Photovoltaic Lifetime relatif lama Terbuat dari bahan silicon lelehan Biaya pembuatan relatif lebih murah Memiliki bentuk yang solid dan kaku 3 Thin Film Efisiensi maksimum 14% Merupakan generasi kedua (Pengemabngan) Photovoltaic Lifetime lebih singkat Terbuat dari bahan silicon yang di deposisi ke kaca Biaya pembuatan paling murah Memiliki bentuk lentur dan dapat di bentuk Biasanya di gunakan pada benda dengan nilai estetika 2.4.1. Photovoltaic Apabila suatu bahan semikonduktor seperti misalnya bahan silikon disimpan dibawah sinar matahari, maka bahan silikon tersebut akan melepaskan sejumlah kecil listrik yang biasa disebut efek Photovoltaic. Efek Photovoltaic adalah pelepasan elektron dari permukaan metal yang disebabkan penumbukan cahaya. Efek ini merupakan proses dasar fisis dari Photovoltaic merubah energi cahaya menjadi listrik. Cahaya matahari terdiri dari partikel-partikel yang disebut sebagai Photons yang mempunyai sejumlah energi yang besarnya tergantung dari panjang gelombang

18 pada Solar Spectrum. Pada saat photon menumbuk sel surya maka cahaya tersebut akan dipantulkan atau diserap atau mungkin hanya diteruskan. Cahaya yang diserap akan membangkitkan listrik. Pada saat terjadinya tumbukan, energi yang dikandung oleh Photon ditransfer pada elektron yang terdapat pada atom sel surya yang merupakan bahan semikonduktor. Dengan energi yang didapat dari Photon, elektron melepaskan diri dari ikatan normal bahan semikonduktor dan menjadi arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang ada. Dengan melepaskan dari ikatannya, elektron tersebut menyebabkan terbentuknya lubang atau Hole. Gambar 2.7 Sketsa Penampang Dua Dimensi dari Kristal Silikon. Untuk gelombang cahaya dengan frekuensi ƒ dan panjang gelombang λ, energi E dan momentum p dari sebuah foton adalah: E = hƒ (Energi Foton) (2.1)

19 p = hf hf = (Momentum Foton) c h = 6,626 x 10-34 J.s Jika sebuah cahaya dengan frekuensi yang cukup tinggi jatuh pada permukaan logam yang bersih, elektron akan dipancarkan oleh permukaan tersebut oleh interaksi foton-elektron di dalam logam, sehingga hubungan yang berlaku adalah: (2.2) Dimana hƒ adalah energi Foton dan K max adalah energi kinetik terbesar elektron yg dipancarkan, dan Φ adalah fungsi kerja material sasaran yaitu energi minimum yang harus dipunyai oleh elektron, jika elektron tersebut akan muncul dari permukaan sasaran. Jika hƒ lebih kecil dari Φ maka efek fotoelektrik tidak akan terjadi. Gambar 2.8 Konversi Cahaya Matahari Menjadi Listrik

20 Kapasitas Photovoltaic di tentukan berdasarkan spesifikasi beban harian, data radiasi setempat dan berdasarkan kontribusi energi PV yang memungkinkan untuk mendapatkan sistem yang optimum, yaitu dengan mangambil kontribusi energi PV harian sebesar 50% dari beban harian. Untuk menentukan kapasitas Photovoltaic maka dapat di hitung dengan menggunakan rumus : (2.3) Dimana : Cpv = Photovoltaic (kwp) Epv = Energi harian output PV (kwh) Q = Insulasi matahari rata-rata (kwh/m 2 hari) A = Standar radiasi matahari (1000 watt/m 2 padat = 25 C) 1kW/m 2 K = Kompensasi rugi-rugi (Looses) yang terjadi 0,73 Untuk menghitung berapa besar potensi energi yang di hasilkan oleh modul surya, maka di perlukan beberapa perhitungan terlebih dahulu yakni : 1) Equivalent Sun Hour (ESH) Pada sistem PLTS Equivalent Sun Hour (ESH) merupakan suatu parameter yang penting. Seperti yang telah diketahui, besarnya intensitas sinar matahari berubah-ubah yang dipengaruhi beberapa faktor seperti jam penyinaran apakah pada pagi hari, siang hari atau sore hari. Kemudian apakah cuaca pada saat itu sedang cerah atau mendung dan sebagainya.

21 Equivalent Sun Hour (ESH) merupakan suatu pendekatan untuk merata-ratakan jumlah penyinaran energi setiap harinya. Data ESH bisa di dapatkan dari beberapa website penelitian seperti NASA. Penentuan nilai ESH dapat di hitung dengan menggunakan rumus : 2) Potensi Loss Energi (2.4) Sebagaimana perangkat elektronik lainnya, sistem PLTS juga memiliki potensi kehilangan energi listrik yang biasanya berubah menjadi energi panas. Potensi Loss ini bisa terjadi pada : a) Temperatur Losses pada Panel Surya b) Losses akibat efisiensi pada Solar Charge Controller, pada umumnya efisiensi dari Solar Charge Controller adalah 98%, maka Loss yang terjadi adalah 2%. c) Inverter memiliki efisiensi 95% sehingga loss yang terjadi sebesar 5%. d) Pada bagian baterai loss umumnya terjadi ketika proses Charging ataupun Discharging. e) Loss pada kabel tergantung jarak kabel dan resistansi kabel. Salah satu syarat solar panel dapat menghasilkan daya sesuai daya peaknya adalah temperatur pada permukaan panel 25 C. tetapi hal itu sangat jarang terjadi untuk kondisi geografis di Indonesia, oleh karena itu dapat di asumsikan bahwa temperature solar panel diatas 25. Ketika temperatur Solar

22 Panel diatas 25 C, maka daya yang berkurang adalah 0,5% daya peaknya. Sebagai contoh perhitungan dapat di lihat di bawah ini : (2.5) Temperatur dimana Solar Panel dapat memproduksi daya maksimum adalah 25 C, sehingga selisih temperature Solar Panel ketika temperature 30 C dengan temperature ideal adalah 20%. Jika di masukkan dalam perhitungan Losses maka setidaknya daya yang dihasilkan Solar Panel mengalami Losses sebesar 10% akibat temperature yang diatas kondisi idel. Jadi bila yang di gunakan adalah solar panel 100 watt dengan kondisi temperature 30 C, daya yang dihasilkan hanya 90 watt. 3) Potensi Energi dari Modul Surya Langkah awal untuk menghitung berapa persen potensi dari modul surya maka terlebih dahulu harus di hitung berapa banyak modul surya yang dapat di gunakan, hal ini dapat di hitung dengan menggunakan persamaan: (2.5) Setelah di ketahui banyaknya modul yang di pakai, maka langkah selanjutnya adalah menentukan rangkaian modul. Untuk modul rangkaian seri maka :

23 (2.6) Dimana : Vb = tegangan baterai dengan kondisi Full Charger Ppv = Daya puncak modul PV Vop = Tegangan operasional modul PV Untuk modul rangkaian pararel: (2.7) Dimana : Cpv = kapasitas Photovoltaic. Pada umumnya potensi energi dari Photovoltaic dapat dihitung menggunakan persamaan : (2.8) Dari perkiraan potensi energi PV, sebagian akan hilang sehingga untuk menghitung berapa potensi energi PV yang benar-benar bias di gunakan oleh beban maka di gunakan rumus berikut : ( ) (2.9) Dengan mengetahui potensi PV, maka dapat diketahui besarnya kontribusi energi yang diberikan oleh PV dan kontribusi yang harus dipasok

24 Berikut adalah prinsip kerja PLTS dan beberapa komponennya: 2.4.2. Prinsip Kerja PLTS Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) itu konsepnya sangat sederhana, yaitu mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Cahaya matahari merupakan salah satu bentuk energi dari sumber daya alam, yang sudah terbukti banyak digunakan untuk memasok daya listrik di satelit komunikasi melalui sel surya. Sel surya ini dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang tidak terbatas langsung diambil dari matahari, tanpa ada bagian yang berputar dan tidak memerlukan bahan bakar. Sehingga sistem sel surya sering dikatakan bersih dan ramah lingkungan. Pada siang hari panel surya menerima cahaya matahari yang kemudian diubah menjadi listrik melalui proses Photovoltaic. Listrik yang dihasilkan oleh panel surya dapat langsung disalurkan ke beban maupun dapat disimpan dalam baterai, sebelum digunakan ke beban. Pada malam hari dimana Panel Surya tidak menghasilkan listrik sehingga listrik yang sudah terkumpul didalam baterai akan dapat digunakan

25 Gambar 2.9 Proses kerja PLTS Off-Grid 2.4.3. Komponen Komponen PLTS Komponen sistem PLTS Photovoltaic pada umumnya terdiri dari rangkaian modul surya (PV Array), baterai, Solar Charge Controller, dan Inverter. a) Rangkaian Modul Surya (PV Array) Untuk memperoleh besaran tegangan dan daya yang diinginkan, maka beberapa modul surya dapat dirangkaikan secara seri, paralel, atau atau kombinasi seri dan paralel. Rangkaian modul surya ini disebut Array. Array ini dipasang pada penyangga yang terbuat dari besi siku yang diproses dengan Hot Deep Galvanize sehingga tahan terhadap pengkaratan dalam waktu yang cukup lama.

26 Gambar 2.10 Rangkaian Modul Surya b) Baterai Baterai merupakan alat penyimpanan energi dalam bentuk elektrokimia. Baterai yang digunakan pada sistem PLTS adalah baterai Rechargeable (dapat diisi ulang). Reaksi kimia yang terjadi bersifat Reversible, sehingga setelah digunakan baterai ini dapat diisi kembali (Charging) dengan memberikan arus listrik dari luar. Baterai jenis ini mengubah energi kimia menjadi energi listrik pada saat digunakan, dan mengubah energi listrik menjadi energi kimia pada saat diisi. Baterai Rechargeable ada beberapa jenis, antara lain Lead-Acid (Pb- Acid), Nickel-Cadmium (Nicd), Nickel-Metal Hydride (Nimh), Lithium-Ion (Li- Ion), Lithium-Polymer (Li-Poly), Dan Zinc-Air.

27 (a) (b) (b) (C) (d) (e) (f) Gambar 2.11 A) Lead-Acid(Pb-Acid), B) Nickel-Cadmium(Nicd), C) Nickel-Metal Hydride(Nimh), D) Lithium-Ion(Li-Ion), E) Lithium-Polymer(Li-Poly), F)Zinc-Air

28 Dibawah adalah rangkaian seri batrai untuk penyimpanan daya yang dihasilkan olah PLTS. Gambar 2.12 Batrai Bank c) Solar Charge Controller Solar Charge Controller adalah peralatan elektronik pada sistem PLTS yang berfungsi untuk mengatur lalu lintas arus listrik dari modul surya ke baterai, dan dari baterai ke beban. Saat pengisian baterai, Solar Charge Controller mengatur arus yang masuk ke baterai. Apabila baterai sudah penuh, maka arus listrik dari modul surya tidak akan dimasukkan ke baterai. Hal ini untuk menghindari Overcharging yang dapat mengurangi umur baterai. Alat ini juga mengatur arus yang dibebaskan dari baterai ke beban. Jika energi pada baterai tinggal 20-30% (tergantung pengaturannya), maka listrik ke beban akan otomatis dimatikan.

29 Gambar 2.13 Solar Charge Controller Dibawah ini adalah gambar rangkaian dari MPPT/SCC/BCR, agar kita dapat mudah melihat rangkaian yang ada dialam MPPT/DCC/BCR Gambar 2.14 Rangkaian Solar Charge Controller d) Inverter Inverter adalah alat elektronik yang berfungsi mengubah tegangan input DC menjadi tegangan AC. Sumber tegangan input DC inverter dapat berupa sel surya, baterai, atau sumber tegangan DC lainnya. Output dari inverter umumnya 120 V atau 220 V dengan frekuensi 50 Hz atau 60 Hz. Jenis Inverter pada umumnya ditentukan oleh bentuk gelombang output yang dihasilkan. Bentuk gelombang output dapat berupa gelombang kotak

30 (Square Wave), modifikasi gelombang kotak (Modified Square Wave) yang disebut juga Modified Sine Wave, atau gelombang sinus (Sine Wave). Untuk PLTS yang terhubung dengan jaringan, inverter yang digunakan adalah inverter khusus yang disebut Grid Tie Inverter atau Inverter Sinkron (Synchronous Inverter). Inverter ini mengubah arus DC menjadi AC.. Gambar 2.15 Rangkaian Inverter