nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa mentah (Cruide Coconut Oil) dan

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak terlepas dari perekenomian yang berbasis dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

Analisis ekspor karet dan pengaruhnya terhadap PDRB di Provinsi Jambi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, baik dari faktor internal maupun eksternal. Masalah kesenjangan dan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. komoditas pangan yaitu pangan potensial ekspor. Besarnya produksi, luas panen

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan fungsi dan peran supply chain management (SCM) pada. sebuah perusahaan agar menjadi lebih efisien dan produktif?

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Banyak kekayaan Indonesia akan sumber daya alam yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan sebuah negara agraris yang artinya sebagian besar

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya saing bisnis di pasar global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan pelaku dalam memanajemeni usahanya tetapi juga oleh kinerja dari berbagai aktor yang terlibat dalam rantai nilai yang terkait dengan bisnis tersebut. Dalam hal ekspor kopra, daya saing usaha ekspor ditentukan oleh banyak pihak salah satunya adalah petani penghasil kopra sebagai pemasok. Kelapa (Cocos nucifera.l) merupakan tanaman jenis palma yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber pendapatan masyarakat, sumber bahan baku industri, sumber devisa, dan sebagai penyedia lapangan kerja (Turukay, 2010). Pohon kelapa merupakan tanaman yang banyak ditemukan di wilayah provinsi Sulawesi Utara. Masyarakat di provinsi tersebut sudah sejak lama terbiasa dalam membudidayakan kelapa sebagai salah satu sumber pendapatan utama. Tanaman kelapa sendiri termasuk tanaman yang cukup istimewa. Karena, hampir seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat untuk membuat berbagai produk (lihat gambar 1.1). 1

Gambar 1.1 Pohon Industri Kelapa (Sumber: deptan.go.id) Kopra adalah salah satu produk turunan kelapa yang sangat potensial untuk diperdagangkan di pasar internasional. Kopra tidak dapat dikonsumsi langsung oleh konsumen akhir, namun perlu diproses sehingga dapat menghasilkan produk yang baru seperti minyak goreng. Hal ini yang menjadikan nilai ekonomi kopra tinggi. Sulawesi Utara merupakan salah satu daerah yang dikenal sebagai penghasil kopra terbesar di Indonesia. Di Sulawesi Utara sektor pertanian masih tergolong 2

sebagai komoditas unggulan yang mendukung perekonomian. Masyarakat Sulawesi Utara sudah sejak dulu membudidayakan produk kelapa untuk diolah menjadi kopra sebagai salah satu sumber pendapatan mereka. Pada umumnya penduduk Sulawesi Utara memperoleh penghasilan dari sektor pertanian (Anonimous, 2011). Sektor pertanian masih mendominasi lapangan pekerjaan utama yaitu sekitar 32,6 persen dari seluruh jumlah penduduk yang bekerja (BPS Sulut,2012). Jumlah petani kopra Sulawesi Utara sebanyak 190.851 rumah tangga petani, dimana terbesar terdapat di kabupaten Minahasa Selatan yaitu 27.795 rumah tangga petani (Dinas Perkebunan Sulut,2010). Kopra dan turunannya menjadi produk andalan Sulawesi Utara dalam perdagangan internasional (Kuntel, 2012). Hal tersebut merupakan peluang bagi petani kopra di Sulawesi Utara untuk terus memproduksi kopra, karena petani mengambil peran yang sangat besar dalam penyediaan kopra. Keberhasilan dari komoditas kopra itu sendiri tergantung dari kemampuan petani dalam mengelola komoditas tersebut. Alasan bahwa kopra banyak diincar pembeli luar negeri karena kopra bisa diolah mejadi berbagai produk (Anonimous, 2012). Permintaan terhadap produk kelapa khususnya kopra yang berkualitas merupakan salah satu ancaman terhadap komoditas kopra hasil dari petani dari Sulawesi Utara. Untuk itu petani harus mampu melakukan peningkatan kualitas produk dan melakukan pengembangan produk sesuai dengan pasar yang akan dituju, sehingga nilai jual produk akan lebih menguntungkan petani kopra. 3

Permasalahan yang dihadapi oleh petani kopra adalah rendahnya produktivitas yang disebabkan antara lain oleh penanganan usaha tani kurang mendapat perhatian, petani menanam bibit kelapa tanpa melalui seleksi, sebagian besar perkebunan merupakan perkebunan rakyat yang masih dikelola secara tradisional, dan umur tanaman kelapa sebagai sumber bahan baku kopra sudah tua. Selain masalah produktivitas, petani juga sangat terbatas dalam memperoleh informasi tentang kondisi pasar kopra yang sebenarnya sehingga menjadikan produk yang mereka hasilkan hanya sebatas memenuhi persyaratan pasar. Keadaan harga kopra yang berfluktuatif menyebabkan krisis bagi petani kopra, dimana dari segi pendapatan mereka akan dirugikan akibat harga yang terus mengalami fluktuatif. Sehingga meskipun harga kopra jatuh pada titik terendah, petani tetap melakukan produksi. Rantai nilai pada dasarnya terbentuk untuk memberikan nilai tambah pada suatu produk atau komoditas agar mempunyai nilai yang lebih tinggi ketika sampai kepada konsumen (Prakoso, 2008). Sehingga untuk mengoptimalkan rantai nilai ini perlu adanya kerjasama antara pelaku usaha. Rantai nilai komoditas kopra tidak terlalu panjang, pelakunya dari petani kopra pedagang pengepul perusahaan pengolahan. Distribusi nilai tambah dan daya tawar masing-masing pelaku rantai nilai tidak berimbang. Petani kopra merupakan pihak yang memiliki nilai tambah dan daya tawar yang rendah. Untuk mengetahui distribusi nilai tambah dan daya tawar petani kopra, maka fokus penelitian ini pada value chain komoditas kopra dari Sulawesi Utara. 4

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat di rumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peta rantai nilai bisnis ekspor kopra dari Sulawesi Utara? 2. Bagaimana nilai tambah dan daya tawar petani kopra? 3. Bagaimana potensi upgrading dari petani kopra? 1.3. Gambaran Objek Penelitian Penelitian dimulai dari penyedia masukan ke pedagang pengepul/ pedagang pengumpul, pedagang pengepul ke perusahaan pengolahan, perusahaan pengolahan ke konsumen. Aktivitas-aktivitas pada rantai nilai komoditas kopra secara berurutan dimulai dari petani kopra saat memperoleh input yang digunakan dalam proses produksi untuk menjadi output. Hasil yang diperoleh petani kopra akan dibawa ke pedagang pengumpul. Aktivitas pada pengepul/pengumpul adalah penyortiran untuk penyetaraan kualitas kopra. Perusahaan pengolahan mengolah kopra dan memasarkannya ke konsumen. 5