PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA

dokumen-dokumen yang mirip
Key word : Sprint, interval anaerob training, work interval, rest interval.

Gede Eka Budi Darmawan 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER OTOTTUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA FRONT CRAWL 50 METER

ABSTRAK Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Acceleration Sprint dan Sprint Training Terhadap Prestasi Lompat Jauh Ditinjau dari Power Otot Tungkai

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN POWER LENGAN TERHADAP KECEPATAN RENANG 100 METER GAYA FRONT CRAWL

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

Journal of Sport Sciences and Fitness

MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 M DENGAN LATIHAN INTERVAL 1 BANDING 2 DAN 1 BANDING 3

PENGARUH PELATIHAN FISIK ANAEROB TERHADAP PENINGKATAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL PEMAIN SEPAKBOLA. Suratmin

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Riono Agung Wibowo 1 *, Agustiyanto 2,

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

(Studi Eksperimen pada Mahasiswa Putera Penjaskesrek JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH METODE LATIHAN REPETISI DAN INTERVAL INTENSIF TERHADAP KEMAMPUAN LARI 100 METER SISWA SMP NEGERI 1 PARIAMAN

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan. Oleh: Agus Widayat A

Dr. Achmad Widodo, M. Kes. DOSEN S-1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya

KETAHANAN (ENDURANCE)

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

PENGARUH INTENSITAS LATIHAN SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

PENGARUH LATIHAN PUSH-UP DAN LATIHAN BEBAN DUMBBEEL TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN JODAN TZUKI PADA KENSHI KEMPO DI DOJO TADULAKO JUMAIN

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET

Journal of Physical Education and Sports

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : MINARDI

Perbedaan Pengaruh Latihan Plyometrics dan Berat Badan Terhadap Peningkatan Prestasi Lompat Jauh Oleh : Arif Nur Setyawan.

Journal of Sport Sciences and Fitness

PENGARUH METODE LATIHAN DRILL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

PENGARUH LATIHAN INTERVAL ANAEROB

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN MASSED PRACTICE, DISTRIBUTED PRACTICE, DAN KOORDINASI MATAKAKI TERHADAP KEMAMPUAN PASSING MENDATAR SEPAKBOLA

PERAN INTERVAL SPRINT, AKSELERASI SPRINT, HOLLOW SPRINT TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU)

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 16 (2), Juli Desember 2017: 27-36

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

PENGARUH PELATIHAN LARI 800 M DAN LARI 1500 M TERHADAP VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS)

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Cara Mengembangkan Kecepatan Lari. Oleh : Slamet Widodo 1

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAEGERI CUDAN

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI JURNAL. Oleh RULIYADI S

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

PERIODISASI THEORY AND METHODOLOGY OF TRAINING TUDOR O BOMPA RINGKASAN OLEH DRS. OCTAVIANUS MATAKUPAN

EFEKTIFITAS LATIHAN SPEED PLAY DAN INTERNAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 1500 METER PADA KLUB INDONESIA MUDA ATLETIK JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

PENYUSUNAN PROGRAM LATIHAN PEKAN OLAHRAGA MAHASISWA NASIONAL (POMNAS) XI PALEMBANG, Oktober 2009

Journal of Sport Sciences and Fitness

PENGARUH LATIHAN SIRKUIT TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA PUTRI. Jurnal. Oleh. Ramandhani Ardi Pratiwi

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A.

PERBEDAAN PENGARUH METODE PENGAJARAN DIRECT DAN INDIRECT TERHADAP HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DITINJAU DARI BODY MASS INDEX

Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; Vol. 14 No. 3 Tahun

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

PENERAPAN MODEL PELATIHAN ANAEROBIK DALAM UPAYA MENURUNKAN KELEBIHAN BERAT BADAN DAN MENINGKATKAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA ATLET JUDO BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB III METODE PENELITIAN

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

Idris Mohamad mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga ; Drs. Ahmad Lamusu, S.Pd M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan dan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN HAND SPRING

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS METODE MELATIH FISIK PENCAKSILAT. No. Revisi : 00 Tgl. Mar 10 Hal 1 dari 3

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

HUBUNGAN ANTARA PANJANG TUNGKAI DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRI KELAS VIII SMP

Transkripsi:

PERBEDAAN PENGARUH RASIO KERJA ISTIRAHAT LATIHAN INTERVAL ANAEROB DAN KAPASITAS AEROB TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA (Studi Eksperimen Rasio Kerja Istirahat 1: 10, 1:15 dan 1: 20 pada Atlet Putra SMP Kabupaten Temanggung) Oleh : Ratna Kumala Setyaningrum ABSTRACT The study is aimed at find out: (1) The difference of effect on anaerobic interval practice with break rasio of 1:10, 1:15 and 1:20 to the speed of 100 meter sprint, (2) The difference of effect on the amount of aerobic capacity during practice to the speed of 100 meter sprint, (3) The interaction between the rasio difference of practice-break in anaerobic interval practice and aerobic capacity to the speed of 100 meter sprint. The study uses an experimental method which contains three variabels, i.e. manipulative free variabel (practice method), attributive variabel (aerobic capacity), and bound variabel (the speed of 100 meter sprint). The design of the study is the factorial 3x3. The sample used in this study is all 100 meter sprint male athletes in SMP Kabupaten Temanggung year 2011, as many as 40. The sample collection was conducted by purposive random sampling. The data of aerobic capacity was obtained by a Multistage Fitness Test, while the 100 meter sprint speed was measured by a 100 meter sprint test. The data was analyzed using ANAVA technique. Prior to using ANAVA test, a sample normality test (Lilliefors test with α = 0.05) and a variance homogeneity test (Bartlet test with α = 0.05) was conducted. The results of the study show that: (1) There are many differences about anaerob interval exercise by rasio 1:10, 1:15 and 1:20 to increase the result the fast running 100 m. F (count) = 7.88 > F (table) = 4.15. The effect of anaerob interval exercise 1:15 more better than 1:20 and 1:10, the value is 1.20, for low aerobic capacity more better use rasio 1:20. (2) There are many differences effect between the higher aerob capacity, medium aerobic capacity for the result the fast running 100 m. F (count) = 6.56 > F (table) = 4.15. The increasing product the fast running 100 m, the higher aerob capcity are more better than the sample who have medium or lower aerob capacity. (3) There are many interaction between rasio difference of practice- Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 59

break in anaerobic interval practice and aerobic capacity to the speed of 100 meter sprint. F (count) = 3.30 > F (table) = 4.15. Keyword :Work and Rest Ratio, Anaerobic Interval Exercise, and Aerobic Capacity, Speed of 100 Meter. A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup berkembang di Indonesia. Pengertian atletik sendiri adalah aktifitas jasmani yang kompetitif dapat diadu, meliputi beberapa nomor lomba yang terpisah berdasarkan kemampuan gerak dasar manusia seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar. Gerakan-gerakan dalam atletik merupakan dasar bagi cabang olahraga lain, karena hampir semua cabang olahraga membutuhkan adanya kekuatan, kecepatan, kelentukan dan daya tahan, yang semuanya terdapat dalam atletik. Oleh karena itu tidak berlebihan jika atletik disebut ibu dari semua cabang olahraga (mother of sport). Keberhasilan pencapaian prestasi tidak lepas dari program latihan yang diberikan. Perencanaan program latihan yang cermat dan efisien menjadi faktor pendukung selain teknik yang benar. Diantaranya adalah menentukan intensitas latihan, penyelarasan waktu kerja dan istirahat serta penyusunan program latihan yang efektif dan efisien yang mengarah pada tercapainya tujuan latihan. Usaha untuk mencapai prestasi atletik, khususnya lari 100 meter diperlukan berbagai pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat tentang faktor-faktor yang menentukan dan menunjang prestasi lari 100 meter. Lari 100 meter termasuk dalam nomer lari jarak pendek. Edward L. Fox, Richard W. Bower and Merle L. Foss (1988 : 207) mengemukakan bahwa aktifitas fisik dalam olahraga adalah intermitten, artinya suatu aktifitas yang terdiri dari interval kerja (work interval) dan interval istirahat (rest interval). Seperti yang telah dikemukakan di atas, program latihan yang tepat untuk Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 60

meningkatkan kecepatan lari 100 meter adalah latihan interval. Metode latihan interval adalah metode latihan dimana atlet secara bergantian melakukan aktifitas antara aktifitas kerja atau interval kerja (work interval) dan interval istirahat (rest interval). Sistem energi utama yang digunakan pada saat lari 100 meter adalah sistem energi anaerob, sedangkan pada saat istirahat adalah sistem energi aerob. (Merle L. Foss & Steven J. Keteyian, 1998:44) Berdasarkan sistem energi utama, waktu pelaksanaan kerja merupakan dasar untuk penyusunan interval kerja dan interval istirahat. Beberapa unsur atau elemen penentu dalam latihan interval perlu dipertimbangkan. Brent Russhal & Frank S. Pyke (1992:215) mengemukakan bahwa pemulihan sama pentingnya dengan kerja. Latihan untuk meningkatkan kecepatan lebih banyak membutuhkan waktu istirahat. Tujuannya adalah untuk mencapai pemulihan energi yang maksimal (recovery maksimal) sedangkan untuk melatih ketahanan, perbandingan antara aktifitas kerja dan istirahatnya dapat lebih sedikit atau singkat. Oleh karena itu, jika perbandingan waktu kerja dan istirahat tidak sesuai, akan mengubah latihan kecepatan menjadi latihan ketahanan atau sebaliknya. Brent S. Rushall & Frank S. Pyke (1992:210) mengemukakan bahwa lari interval jarak pendek dengan rasio kerja-istirahat 1 : 3 hingga 1 : 5 adalah untuk meningkatkan daya tahan anaerob. Brent S. Rushall & Frank S. Pyke (1992:270) juga mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kecepatan adalah dengan berlari 6 15 detik, dengan intensitas 100% dan lama istirahat 1-2 menit. Akan tetapi bila kita melihat siapa dan program latihan apa yang diberikan, tentu perbandingan rasio kerja-istirahat bisa berlainan. Pada penelitian ini, sampel merupakan pelari jarak pendek pemula, sehingga bila menggunakan perbandingan rasio kerja-istirahat 1:3 dan 1:5, pemulihan energi berlangsung terlalu cepat. Kemampuan atlet untuk menyelesaikan program latihan dipengaruhi oleh kapasitas aerob yang dimiliki. Penentukan perbandingan rasio kerja-istirahat Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 61

dilihat dari tingkat kapasitas aerobnya. Semakin baik kapasitas aerob maka akan semakin cepat peoses pemulihannya. Demikian pula sebaliknya jika kapasitas aerobnya rendah, maka akan membutuhkan proses yang lebih lambat. Oleh karena itu pemberian latihan pada tiap atlet perlu mempertimbangkan kondisi fisik, terutama kapasitas aerob. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa perbandingan latihan interval anerob dengan rasio kerja-istirahat 1:10 lebih baik dibandingkan rasio kerja 1:5 dalam pencapaian kecepatan lari 100 meter. Akan tetapi dengan rasio 1:10 ternyata masih menimbulkan terbentuknya asam laktat. Apabila aktifitas (latihan interval) dilakukan terus menerus maka akan terjadi penimbunan asam laktat yang mengakibatkan kelelahan. Berdasarkan analisis penelitian tersebut, peneliti mencoba mengkaji kembali pengaruh latihan interval anaerob dengan rasio istirahat lebih banyak, yaitu 1:10, 1:15 dan 1:20 terhadap kecepatan lari 100 meter. Dengan demikian penelitian ini akan mengkaji mengenai perbedaan pengaruh rasio kerja-istirahat dalam latihan interval anaerob dan kapasitas aerob terhadap kecepatan lari 100 meter. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh latihan interval anerob dengan rasio kerjaistirahat 1:10, 1:15 dan 1:20 terhadap kecepatan lari 100 meter? 2. Adakah perbedaan pengaruh kapasitas aerob tinggi, sedang dan rendah dalam latihan interval anaerob terhadap kecepatan lari 100 meter? 3. Adakah interaksi antara perbedaan rasio kerja-istirahat dalam latihan interval anaerob dengan kapasitas aerob terhadap kecepatan lari 100 meter? C. Pembahasan Masalah 1. Lari Cepat 100 Meter a. Pengertian Lari Cepat 100 Meter Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 62

Lari 100 meter merupakan salah satu nomor lari cepat dalam cabang olahraga atletik. A. Hamid S. N.. (2000:49) mengemukakan pengertian lari cepat (sprint) adalah Semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang ditempuh. Pelaksanaan lari 100 meter membutuhkan semua unsur kesegaran jasmani yang ada dalam tubuh, yaitu kecepatan, kekuatan, kelincahan, keseimbangan, kelentukan, koordinasi, ketahanan kardiovasculer dll. b. Teknik Lari 100 Meter Ada 3 (tiga) unsur-unsur teknik penting dalam lari 100 meter, yaitu (1) Teknik start, (2) Teknik lari, dan (3) Teknik melewati garis finish. Sedangkan menurut Gerry A. Carr (1997:13) adalah (1) Start yang baik, (2) Reaksi yang cepat, (3) Akselerasi yang baik, (4) Mempertahankan kecepatan selama mungkin, dan (5) Teknik lari yang efisien. Unsur-unsur di atas menjadi satu bagian yang saling berkaitan untuk dapat memperoleh catatan waktu yang baik. c. Unsur Fisik Lari 100 Meter Kemampuan fisik merupakan unsur penting untuk menunjang penampilan pelari dalam suatu perlombaan. Penampilan pelari saat perlombaan sangat bergantung pada kesegaran jasmani atau kondisi fisik yang dimiliki oleh pelari. Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Nossek (1982:19) membagi kondisi fisik menjadi tiga kualifikasi yang bersifat dasar, yaitu : (1) Kecepatan (speed), (2) Kekuatan (strength) dan (3) Ketahanan (endurance). Sedangkan Depdiknas (2000:53-58) membagi kesegaran jasmani menjadi 2 (dua), yaitu komponen yang berhubungan dengan kesehatan (daya tahan jantung-paru, daya tahan otot, kekuatan otot, tenaga ledak otot, dan kelentukan) dan komponen yang Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 63

berhubungan dengan keterampilan (kecepatan, keseimbangan, kecepatan reaksi, koordinasi, dan komposisi tubuh). d. Sistem Energi Utama Lari 100 Meter Setiap melakukan aktifitas tubuh membutuhkan energi. Semakin berat aktifitas yang dilakukan, akan semakin besar pula energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Merle L. Foss & Steven J. Keteyian (1998:18) mendefinisikan bahwa energi adalah kapasitas atau kemampuan untuk melakukan pekerjaan. Energi ini berupa senyawa energi yang dikenal dengan adenosine trifosfat (ATP). Proses-proses pembetukan ATP menurut Soekarman (1991:9), melalui (1) Sistem ATP-PC (fosfagen), (2) Sistem asam laktat dan (3) Sistem aerobic. Estimasi waktu dan energi yang digunakan untuk melakukan aktiftas adalah (1) ATP : 1 detik, (2) ATP-PC : aktifitas antara 15-20 detik, (3) ATP-PC-LA : aktifitas antara 20 detik 2 menit dan (4) Sistem aerob (oksigen): aktifitas lebih dari 2 menit. Lari 100 meter dilakukan dengan intensitas yang maksimal, dengan waktu kurang dari 15 detik. Oleh karena itu sistem energi yang digunakan adalah ATP-PC. Sistem ATP-PC atau sistem fosfagen merupakan sumber energi utama untuk aktifitas yang berintensitas sangat tinggi, seperti lari 100 meter. Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff (2009:22) mengemukakan bahwa : Pengisian kembali cadangan fosfagen biasanya merupakan sebuah proses yang sangat cepat, dengan 70 % pemulihan ATP yang terjadi dalam waktu sekitar 30 detik dan pemulihan sempurna dalam latihan terjadi selama 3 sampai 5 menit. Pemulihan PC memakan waktu lebih lama dengan 2 menit untuk pemulihan 84%, 4 menit untuk pemulihan 89 % dan 8 menit untuk yang sempurna. Pemulihan fosfagen terjadi sebagian besar melalui metabolisme aerobik. Akan tetapi, sistem Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 64

glikolisis mungkin juga menyumbang pada pemulihan kumpulan fosfagen setelah latihan yang berintensitas tinggi. 2. Latihan Interval Anaerob Latihan kecepatan lari 100 meter perlu memperhatikan rasio antara kerja-istirahat dengan tujuan memberikan waktu untuk tubuh kembali pada kondisi yang prima. Jenis latihan yang efektif untuk meningkatkan kecepatan adalah latihan interval anaerob. Latihan interval (interval training) merupakan serangkaian kerja ( latihan ) yang diulang-ulang yang diselingi dengan periode istirahat. Edward L. Fox & D. Mathew (1981:247) menyatakan latihan interval merupakan latihan yang diantara sesi pengulangannya diselingi dengan periode istirahat. Sedangkan anaerob adalah jenis aktifitas pada lari 100 meter. Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff (2009:21) mengemukakan bahwa kecepatan dapat ditingkatkan dengan latihan sprint jarak pendek (20-80 m) dengan intensitas tinggi (90%-100%) dengan diselingi waktu istirahat yang panjang disetiap pengulangan (3-5 menit) dan disetiap set (6-8 menit). a. Rasio Waktu Kerja dan Waktu Istirahat pada Latihan Interval Perbandingan (rasio) antara periode kerja dan istirahat dalam latihan interval ikut menentukan hasil latihan. Penentuan rasio kerja dan rasio istirahat yang salah dapat mengubah latihan kecepatan menjadi latihan daya tahan. Prinsip dapam latihan kecepatan adalah kerja/latihan (lari) dilakukan dengan kecepatan maksimal. Untuk memulihkan kembali ATP dan PC yang telah habis, maka perlu istirahat yang cukup untuk dapat mencapai pemulihan sempurna (recovery maksimal). Pengisisn kembali cadangan fosfagen biasanya merupakan sebuah proses cepat, dengan 70% pemulihan ATP yang terjadi dalam waktu sekitar 30 detik dan pemulihan yang sempurna yang terjadi dalam latihan selama 3 sampai 5 menit (Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff, 2009:22). Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 65

Sedangkan untuk PC memakan waktu lebih lama, yaitu 2menit untuk pemulihan 84%, 4 menit untuk pemulihan 89% dan 8 menit untuk pemulihan sempurna. Tabel 1. Rasio kerja dan istirahat (Tudor O. Bompa & G. Gregory Haff, 2009:93) Sistem Energi Waktu Kerja Rata-rata (s) Rasio Kerja-Istirahat ATP-PC Glikolisis Cepat Glikolisis cepat dan lambat Metabolisme Oksidatif 5 10 15 30 60 180 180 1:12-1:20 1:3 1:5 1:3 1:4 2:1 1:3 Pengacu pada pendapat di atas bahwa latihan untuk meningkatkan kecepatan termasuk dalam latihan berintenstas tinggi. Sehingga proses pemulihan energi harus dilakukan secara sempurna untuk menghindari timbulnya asam laktat. b. Pemulihan (recovery) Recovery (pemulihan) atau regenerasi merupakan sebuah proses multifaktor yang menuntut pelatih dan atlet memahami susunan fisiologis atlet, pengaruh fisiologis dari pelatihan dan intervensi rekoveri dang pengaruh dari memadukan strategi pelatihan dengan konsep pemulihan. Selama aktivitas (latihan) berlangsung, terjadi konsep hutang oksigen (oxygen debt), artinya tingginya konsumsi oksigen selama pemulihan mencerminkan penggantian oksigen yang dipinjam pada saat beraktivitas atau mengisi kembali cadangan glikogen segera setelah beraktivitas. Latihan interval anaerob pada latihan kecepatan 100 meter termasuk dalam kategori aktivitas dengan intensitas yang tinggi. Oleh karena itu, pemulihannya pun membutuhkan oksigen yang besar pula. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 66

c. Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1:10 Latihan interval dengan rasio kerja-istirahat 1:10, artinya adalah perbandingan 1 untuk waktu kerja dan 10 untuk waktu istirahat. Program latihan yang digunakan untuk melatih kecepatan lari 100 meter adalah latihan lari interval dengan menempuh jarak 20 sampai 80 meter. Waktu yang dicapai untuk menempuh jarak 80 meter adalah 12.30 detik, maka waktu istirahatnya adalah 123 detik. Dengan periode istirahat 123 detik, energi ATP-PC pelari baru pulih sebesar 68.3 % dari recovery maksimal, yaitu 3 menit sampai 5 menit. Karena ATP-PC belum pulih 100%, sedangkan aktifitas berlangsung terus menerus, maka energi tidak dapat untuk mensuplai ke dalam otot secara maksimal. Hal ini memungkinkan terjadinya akumulasi LA. d. Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1:15 Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-isirahat 1:15, yaitu perbandingan 1 waktu kerja dan 15 untuk waktu istirahat. Pada saat pelaksanaan program latihan lari interval dengan jarak 80 meter, waktu yang dicapai adalah 12.30 detik, maka waktu istirahat yang tersedia adalah 185 detik. Waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali energi ATP-PC. Periode istirahat pada latihan interval anaerob dengan rasio 1:15 dalam rancangan penelitian ini cukup panjang, yaitu 185 detik. Ini berarti pemulihan ATP-PC sedah mencapai 100%. Dengan pemulihan ATP-PC yang maksimal akan atlet dapat melakukan latihan interval dengan kecepatan maksimal. e. Latihan interval anaerob dengan rasio kerja-istirahat 1:20 Latihan interval anaerob dengan rasio kerja 1:20, artinya adalah 1 untuk kerja dan 20 untuk istirahat. Bila waktu yang diperlukan untuk latihan lari interval 80 meter adalah 12.30 detik, maka waktu istirahat yang diperoleh adalah 246 detik. Walaupun masih masuk dalam batas Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 67

recovery maksimal, rasio ini dinilai terlalu lama pada periode istirahat. Ini memungkinkan kembalinya otot pada kondisi awal, sehingga harus melakukan perenggangan lagi sebelum memulai latihan. 3. Kapasitas Aerob Kapasitas aerob dapat diartikan sebagai kapasitas aerobik maksimal, power aerobic, fitness aerobic, VO 2 maks, daya tahan kardiorespirasi (jantungparu) atau daya tahan umum. Kapasitas aerob merupakan kemampuan tubuh untuk mengambil O 2 (paru-paru), mengedarkan (jantung dan pembuluh darah) dan memanfaatkan (otot) O 2. Keterkaitan kapasitas aerob dalam program latihan adalah menetukan berapa kemampuan atlet untuk menerima beban latihan. Semakin tinggi kapasitas aerob atlet, maka akan dapat melewati latihan dengan baik, karena ia dapat melakukan latihan sekaligus pemulihan dengan waktu yang lebih cepat. D. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Tes Lari 100 Meter Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Metode dan Tingkat Kapasitas Aerob Perlakuan Latihan interval anaerob Dengan rasio 1 : 20 Latihan interval anaerob Tingkat Kapasitas Aerob Tinggi Sedang Rendah Tinggi Statistik Hasil Tes Awal Hasil Tes Akhir Peningkatan Jumlah 56.97 52.29 4.68 Rerata 14.24 13.07 1.17 SD 0.32 0.04 0.29 Jumlah 56.32 53.51 2.81 Rerata 14.08 13.38 0.70 SD 0.29 0.47 0.22 Jumlah 56.64 50.79 5.85 Rerata 14.16 12.70 1.46 SD 0.37 0.30 0.18 Jumlah 56.59 50.51 6.08 Rerata 14.15 12.63 1.52 SD 0.23 0.24 0.26 Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 68

Dengan rasio 1 : 15 Latihan interval anaerob dengan rasio 1 : 10 Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah Jumlah 56.55 51.95 4.60 Rerata 14.14 12.99 1.15 SD 0.25 0.22 0.16 Jumlah 58.23 54.52 3.71 Rerata 14.56 13.63 0.93 SD 0.17 0.60 0.47 Jumlah 56.74 52.23 4.41 Rerata 14.19 13.08 1.10 SD 0.23 0.35 0.55 Jumlah 56.88 54.29 2.59 Rerata 14.22 13.57 0.65 SD 0.46 0.60 0.14 Jumlah 56.67 54.79 1.88 Rerata 14.17 13.70 0.47 SD 0.31 0.25 0.11 2. Pengujian Hipotesis Tabel 3. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi Rata-rata perlakuan 1 37.23 A 2 1.43 B 2 1.19 Ab 4 1.56 Kekeliruan 27 2.44 Total 36 43.84 Keterangan: JK : Jumlah kuadrat dk : Derajat kebebasan RK : Rata-rata jumlah kuadrat F o : Harga F observasi F t : Harga F tabel pada α = 0.05 A B dk JK RJK F 0 F t 37.23 0.71 0.56 0.39 0.09 7.88* 6.56* 4.30* : Kelompok latihan senam aerobik : Kelompok anggota sanggar senam berdasarkan klasifikasi Body Mass Index 4.15 AB : Interaksi antara kelompok latihan senam aerobik dengan Body Mass Index * : Tanda signifikan pada α = 0.05. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 69

E. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan interval anaerob dengan rasio kerja istirahat 1 : 20, 1 : 15 dan 1 : 10 dalam peningkatan kecepatan lari 100 meter. Pengaruh latihan interval dengan rasio kerja istirahat 1 : 15 merupakan rasio kerja istirahat yang paling baik di antara ketiga rasio di atas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rasio kerja istirahat 1:20 lebih baik dibandingakan rasio rasio kerja istirahat 1:10. 2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara kapasitas aerob tinggi, sedang dan rendah terhadap kecepatan lari 100 meter. Peningkatan kecepatan lari 100 meter atlet yang memiliki kapasitas aerob tinggi lebih baik dibandingkan atlet yang memiliki kapasitas aerob sedang dan rendah. 3. Terdapat interaksi yang signifikan antara perbedaan rasio kerja istirahat pada latihan interval anaerob dan kapasitas aerob terhadap hasil kecepatan lari 100 meter. DAFTAR PUSTAKA Bompa. 1990. Theory dan Methodology of Training. Kendall/Hant: IOWA of University. Bompa, Tudor O. & G. Gregory Haff. 2009. Periodizaion Theory and Methodology of Training. Australia: Human Kinetis. Carr, Gerry A. 1997. Atletik untuk Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan Kesehatan Olahraga bagi Pelatih Olahragawan Pelajar. Jakarta: Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. Foss, Merle L. & Steven J. Keteyian. 1998. Fox s Physiological Basic for Exercise and Sport. IOWA: Dubuque Illionis Beston, Massachusets Bur Ridge. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 70

Fox, Edward L. & Mathew, D. 1981. The Physiological Basic of Physical Education and Athletis. Philadelpia: Saunders Colege Publishing. Fox, Edward L. 1984. Sport Physiology, 2 nd Publishing. edition. Tokyo: Saunders Colege Fox, Edward L., Bower, R. W. & Foss, M. L. 1988. The Physiological Basic of Physical Education and Atletics. Philadelphia: Saunders Colege Publishing. Fox, Edward L., Bower, R. W. & Foss, M. L. 1993. The Physiological Basic for Exercise and Sport. Dubuque: WCD Brown Benchmark Publisher. Hadisasmita, Yusuf dan Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta : Dirjendikti Jakarta. Hamid, A. 2000. Teori dan Praktek Atletik. Surakarta: Depdikbud UNS. Harsono. 1988. Choaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Choaching. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjendikti. Hidayat, Imam. 1997. Biomekanika Bandung. FPOK Bandung http://www.koni.or.id/files/documents/journal/1.%20prinsip%20prinsip%20lat IHAN%20Oleh%20Dikdik%20Zafar%20Sidik.pdf diakses tanggal 2 Oktober 2011 BIODATA PENULIS Nama Pendidikan : Ratna Kumala Setyaningrum, S. Pd,. M.Or. : S1 Program Studi Penjaskesrek (JPOK UNS) S2 Program Studi Ilmu Keolahragaan Pasca Sarjana (UNS) Menjadi dosen pada jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan, FKIP UTP Alamat Kantor : FKIP UTP Surakarta. Jln, Walanda Meramis no. 34 Cengklik Surakarta. Telp. (0271) 854188. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319 Vol. 12 No. 2 Tahun 2012 71