BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. pasang bagi. Metode Pembelajaran ini merupakan metode untuk menunjukkan. dan mendorong siswa bekerja bersama secara informal.

BAB II KAJIAN TEORI. sama lain. Dalam uraian ini dapat berkenalan dengan beberapa perumusan

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Tinjauan Tentang Aktivitas Belajar. a. Aktivitas Belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN TEORETIS. sebagai a plan method, or series of ectivities designed to echieves a particular

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai a plan method, or series of ectivities designed

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB II KAJIAN TEORIE. Langkah-langkah permainan kategori: dengan subjek pada judul baris. 1. Kategori Gigi Ompong Dentin Magnet Menarik

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN TEORI. Fathurrohman dan Sutikno juga menjelaskan bahwa metode adalah cara atau. kata mengajar sendiri berarti memberi pelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange. a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

BAB II KAJIAN TEORI. mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. 1 Aktivitas belajar dapat

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan untuk mengkaji permasalahan. itu. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut manusia akan melahirkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II KAJIAN TEORI. dan mental siswa selama proses pembelajaran. Jika siswa sudah terlibat secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) tugas utama yaitu memprediksi, mengamati, dan memberikan penjelasan.

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN TEORI. diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis. 3 Jadi, siswa dituntut. mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II KAJIAN TEORI. otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, yang ada

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

BAB II KAJIAN TEORI. Hisyam Zaeni menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian Kemampuan Mengelola Proses Pembelajaran. oleh peserta didik, semakin tinggi kualitas proses belajar-mengajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

Alit Verfitasari Aryaningrum Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Sumarni Elda SD Negeri 024 Tarai Bangun Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyono (dalam Aunurrahman 2011:9) mengemukakan bahwa aktivitas artinya

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Keaktifan Belajar Sebelum penulis membahas tentang keaktifan belajar, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian belajar. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 1 Selanjutnya belajar merupakan proses perubahan perilaku pada diri sendiri berkat adanya interaksi individu dengan lingkungan. Sedangkan keaktifan belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan sedemikian rupa agar menciptakan peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. 2 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang menghasilkan perubahan sebagai peningkatan dalam kecakapan, sikap, pemahaman, keterampilan dan daya pikir dalam interaksi dengan lingkungannya. Hisyam Zaini menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. 1 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 2 2 Hartono, PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan, (Pekanbaru: Zanafa Publishing, 2008), hlm. 11 9

10 Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti siswa yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. 3 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar berhubungan dengan penggunaan kemampuan otak siswa dalam usaha menemukan ide pokok materi yang sedang dipelajari, selain itu keaktifan belajar siswa menyangkut cara mencari solusi pemecahan persoalan dan mengapresiasikannya kedalam kehidupan sehari-hari. Keaktifan belajar itu banyak sekali macamnya. Sehingga para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam keaktifan tersebut. Beberapa diantaranya dikemukakan oleh Paul D Dierich dalam Zakiah Daradjat yang membagi kegiatan belajar kedalam 8 kelompok yaitu: 4 a. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya; b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, interview, diskusi, dan sebagainya; c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato, ceramah, dan sebagainya; 3 Hisyam Zaini, Ibid 4 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 138

11 d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, dan sebagainya; e. Drawing activities, seperti menggambarkan, membuat garfik, peta, patron, dan sebagainya; f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya; g. invities, seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan, dan sebagainya; h. Emotional activities, seperti menaruh minat, gembira, berani, tenang, gugup, kagum dan sebagainya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paul B Diedrich dalam Oemar Hamalik, aktivitas mencakup kegiatan jasmani dan rohani yang dapat dilakukan di sekolah yang meliputi: 5 a. Kegiatan-kegiatan visual, contohnya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati orang bermain, dan lain-lain; b. Kegiatan-kegiatan lisan, contohnya: mengemukakan suatu fakta atau saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, interupsi; c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, contohnya: mendengarkan suatu cerita; 172 5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm.

12 d. Kegiatan-kegiatan menulis, contohnya: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan lain-lain; e. Kegiatan-kegiatan mengggambar, contohnya: menggambar, membuat grafik, peta, pola, dan lain-lain; f. Kegiatan-kegiatan metric, contohnya: melakukan kegiatan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, berkebun, dan lain-lain; g. Kegiatan-kegiatan mental, contohnya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, membuat keputusan, dan lain-lain; h. Kegiatan-kegiatan emosional, contohnya: minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Selanjutnya Mohammad Uzer Usman menyatakan keaktifan siawa dalam belajar meliputi: 6 a. Keaktifan visual seperti membaca, menulis, eksperimen, dan lain-lain. b. Keaktifan lisan seperti bercerita, tanya jawab, dan bernyanyi c. Keaktifan mendengarkan seperti mendengarkan ceramah, pidato, dan lain-lain. d. Keaktifan bergerak seperti atletik dan lain-lain. 6 Mohammad Uzer Usman, Upaya Optimalisasi KBM, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1976), hlm. 76

13 Hampir sama dengan pendapat sebelumnya, Muhammad Uzer Usman membagi keaktifan siswa ke dalam keaktifan visual, lisan, mendengarkan dan bergerak. Akan tetapi pada prinsipnya kekatifan itu terdiri dari dua kategori, yaitu kekatifan jasmani dan rohani. Selanjutnya Mc Keachie dalam J.J Hasibuan mengemukakan tujuh dimensi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terjadi keaktifan belajar siswa. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah: 7 a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan belajar mengajar; b. Tekanan pada aspek afektif pengajaran; c. Partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar; d. Penerimaan ( acceptance) guru terhadap perbuatan atau kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan salah sama sekali; e. Kekohesifan kelas sebagai kelompok; f. Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah; g. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk mengulangi masalah pribadi siswa, baik yang tidak maupun yang berhubungan dengan pelajara. 2009). Hlm. 7-8 7 J.J Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

14 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa indikator keaktifan belajar siswa adalah: a. Siswa aktif membaca materi pelajaran; b. Siswa aktif mengajukan pertanyaan; c. Siswa aktif mengemukakan pendapat; d. Siswa aktif mendengarkan guru menyampaikan materi pelajaran; e. Siswa aktif melakukan percobaan; f. Siswa aktif memecahkan masalah; g. Siswa berani mengemukakan pendapat. 2. Ilmu Pengetahuan Alam Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. 8 Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak 8 Muhammad Uzer Usma, Upaya Optimalisasi KBM, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 4

15 lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk inkuri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. 9 Salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran IPA yang diajarkan di Sekolah Dasar, khususnya di kelas V adalah pokok bahasan mengenai benda dan sifatnya. 3. Metode Inkuiri Suchman Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. 10 Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Berdasarkan pengertian ini metode inkuiri adalah suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk bertanya, memeriksa, atau menyelidiki sesuatu. yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri. 9 Ibid, hlm. 100 10 Trianto, Op. Cit, hlm. 166

16 Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan lebih menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selanjutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentatif. Pembelajaran dengan metode inkuiri Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternatif untuk prosedur pengumpulan data. Inilah yang membedakan antara metode inkuiri Suchman dengan metode inkuiri umum. Dalam melaksanakan metode inkuiri Suchman, ada enam tahapan atau enam langkah yang dapat ditempuh, 11 yaitu: 1. Menyajikan pertanyaan atau masalah: Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok 2. Membuat hipotesis: Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan. 3. Merancang percobaan: Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesusai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan 11 Ibid, hlm. 170

17 4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi: Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan 5. Mengumpulkan dan menganalisis data: Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul 6. Membuat kesimpulan: Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan Disamping memiliki keunggulan, model pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan, yaitu sulit untuk mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. B. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang keaktifan belajar telah banyak diteliti oleh penelitipeneliti sebelumnya. Setelah penulis melakukan peninjauan ke perpustakaan, penulis membaca dan mempelajari beberapa karya ilmiah sebelumnya, penulis menemukan penelitian yang relevan dengan masalah yang akan penulis teliti, diantaranya adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Hayati dengan judul Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Materi Pencemaran Lingkungan pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SD Negeri 034 Kampar. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Berdasarkan hasil penelitian selama tiga siklus, dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri dapat meningkatkan kemampuan murid memahami

18 materi pencemaran lingkungan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN 034 kampar. Hal ini ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar murid memahami materi pencemaran lingkungan dalam setiap siklus yaitu: siklus I (42,85%), siklus II (64,28%), siklus III (89, 28%), dimana ketuntasan belajar sebelum tindakan hanya mencapai 32,14%. 12 2. Penelitian yang dilakukan oleh Artati dengan judul Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari Pekanbaru. Penelitian ini menyatakan bahwa hasil yang dicapai dalam meningkatkan minat belajar siswa adalah 88,57%, minat belajar dikategorikan tinggi. 13 Dari penelitian yang telah dilakukan tersebut, terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaannya ialah sama-sama melakukan penelitian terhadap kekatifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri. Sedangkan perbedaannya adalah penulis akan meneliti keaktifan belajar dengan menggunakan metode inkuiri yang telah dimodifikasi oleh Suchman yaitu metode inkuiri Suchman. 12 Sri Hayati, Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Memahami Materi Pencemaran Lingkungan pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SD Negeri 034 Kampar, Skripsi, (Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau, 2010) 13 Artati, Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Inkuiri Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari Pekanbaru, Skripsi, (Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau)

19 C. Kerangka Berfikir Diduga, penerapan metode Inkuiri Suchman ini dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 017 Tanjung Alai Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keaktifan belajar adalah suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuan, bukan pasif yang hanya menerima pelajaran dari guru. Untuk membangun keaktifan belajar siswa tersebut perlu menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan mengarah pada keaktifan belajar siswa. Metode dalam pembelajaran sangat berguna, baik oleh guru maupun oleh siswa. Bagi guru, metode dapat dijadikan sebagai pedoman dan acuan untuk bertindak secara sistematis dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Bagi siswa metode dapat mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran dan untuk membuat siswa aktif selama mengikuti proses belajar mengajar. Dalam mata pelajaran IPA terdapat materi-materi yang menuntut keaktifan siswa, karena materi itu dilakukan melalui percobaan-percobaan. Untuk itu guru harus selektif dalam memilih metode yang akan digunakan. Salah satu metode yang tepat adalah metode inkuiri Suchman. Metode inkuiri Suchman tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Metode inkuiri menitik beratkan

20 kepada keaktifan siswa didalam proses pembelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator didalam proses pembelajaran, dan tidak menjadikannya guru sebagai satu-satunya sumber belajar. D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri 017 Tanjung Alai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi benda dan sifatnya dapat ditingkatkan melalui metode inkuiri Suchman. E. Indikator Keberhasilan 1. Indikator Kenerja a. Aktivitas guru Aktivitas guru dalam menerapkan langkah-langkah metode inkuiri Suchman adalah sebagai berikut : 1) Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam kelompok 2) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

21 3) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan 4) Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan 5) Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul 6) Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan b. Aktivitas siswa Aktivitas siswa dalam penerapan metode inkuiri Suchman adalah sebagai berikut : 1) Siswa mengidentifikasi masalah dan siswa duduk berdasarkan kelompok yang telah ditentukan 2) Siswa memberikan pendapat untuk membentuk hipotesis 3) Siswa menentukan langkah-langkah dan mengurutkan langkahlangkah untuk dilakukan dalam percobaan 4) Siswa melakukan percobaan 5) Siswa melalui perwakilan kelompok menyampaikan hasil percobaan yang telah dilakukan 6) Siswa membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. 2. Indikator Hasil Indikator hasil dalam penelitian ini adalah indikator keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA yaitu: a. Siswa aktif memperhatikan guru menyampaikan materi pelajaran

22 b. Siswa aktif bertanya dan memberikan pendapat kepada guru atau teman kelompok c. Siswa aktif dalam memecahkan masalah atau pertanyaan yang diberikan d. Siswa aktif mengikuti diskusi dalam kelompok e. Siswa aktif mencatat hasil percobaan yang telah dilakukan f. Siswa membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan Keaktifan belajar siswa ditentukan dari aktivitas belajar secara individu dan aktivitas secara klasikal. Secara individu siswa dikatakan aktif apabila siswa memperoleh rata-rata nilai 65, sedangkan secara klasikal siswa dikatakan berhasil apabila keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA minimal 70% dari jumlah siswa. 14 14 Wardani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2003), hlm. 15