BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menerima pembuktian secara induktif, didefenisikan ke unsur-unsur yang didefenisikan, ke aksioma atau postulat dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini. Ilmu yang memiliki pengaruh yang besar untuk memacu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

dalam pembelajaran matematika mencakup pemahaman konsep, penalaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam menguasai pelajaran matematika. Belajar matematika berarti. bermanfaat jika konsep dasarnya tidak dipahami.

BAB II KAJIAN TEORI. apa yang harus kita kerjakan untuk menyelesaikannya. 1 Jika suatu masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia ilmiah, berpikir adalah hal yang biasa digunakan terutama

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. aspek penalarannya. Risnawati mengutip pendapat Johnson dan Rising yang. logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika siswa lebih

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika adalah suatu kegiatan untuk memperoleh. matematika sebaiknya dimulai dari masalah-masalah kontekstual atau

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, 2010), Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), 2.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran, setiap sekolah harus mengacu pada nilainilai. membimbing siswa baik dalam memahami konsep pelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. keliru, karena untuk mencapai suatu pola pikir yang baik membutuhkan proses

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. diketahui atau pernah dialami oleh siswa di kehidupannya. Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia ( id-ego super ego)

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kelangsungan hidupnya sehari-hari. Bicara mengenai matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ike Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keilmuan lainnya. Manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan akan dapat dicapai dengan. mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar sampai ke Sekolah Menengah Atas, baik itu lembaga pendidikan di bawah naungan Departemen Pendidikan maupun Departemen Agama. Menurut Ruseffendi yang dikutip oleh Risnawati bahwa matematika adalah bahasa simbolis, ilmu dedukatif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefenisikan ke unsur-unsur yang didefenisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. 1 Matematika bisa membuat kita berfikir secara logis dan ilmu pengetahuan bisa berkembang dengan cepat. Pembelajaran matematika merupakan sarana yang digunakan untuk dapat membentuk siswa menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berfikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah. 2 Kita mengetahui bahwa matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk dirinya sendiri, akan tetapi ilmu yang juga bermanfaat bagi ilmu-ilmu lain. Matematika selalu ada dalam segala bidang ilmu dan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, matematika menjadi mata pelajaran yang sangat penting untuk dikuasai dengan baik oleh setiap siswa di setiap jenjang pendidikannya. h. 89 1 Risnawati, Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru: Suska Press, 2008, h. 2 2 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 1

2 Pentingnya pembelajaran matematika tercermin pada tujuan Pendidikan Nasional mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas yang tercantum dalam Kurikulum 2006. Tujuan Pendidikan Matematika adalah: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemamapuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengkombinasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 3 Salah satu kecakapan atau kemahiran metematika yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah juga merupakan salah satu aspek penilaian hasil belajar, sebagaimana menurut Rozi Fitriza, penilaian hasil belajar matematika meliputi 5 aspek, yaitu: pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan koneksi. 4 Oleh karena itu, jelaslah bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan penunjang hasil belajar, sehingga jika siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik maka hasil belajarnya akan baik pula. Namun, pada kenyataannya di lapangan terdapat masalah 3 Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, 2006 4 Rozi Fitriza, Penilaian Berbasis Kelas (Classroom Assessment) Dalam Pembelajaran Matematika, berbentuk makalah yang diseminarkan di UIN SUSKA RIAU, Pekanbaru: 2009, h. 7-8

3 dalam pembelajaran matematika yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Berikut hasil wawancara peneliti dengan guru matematika kelas VIII SMP Tri Bhakti Pekanbaru yaitu ibu Nova Ermalia, S.Pd. dikatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa disekolah ini masih rendah, adapun gejala-gejala rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa tidak bisa menjawab soal-soal cerita yang berbeda langkah-langkahnya dengan contoh soal yang diberikan guru. 2. Sebagian besar siswa kurang mampu untuk membahasakan masalah matematika ke dalam bahasa yang dapat mereka pahami. 3. Sebagian besar siswa masih salah dalam penafsiran masalah matematika. 4. Sebagian besar siswa masih kesulitan memilih prosedur atau operasi yang tepat untuk menyelesaikan masalah matematika Berdasarkan pengamatan peneliti, proses pembelajaran yang dilakukan di SMP Tri Bhakti Pekanbaru yaitu mengajarkan atau menerangkan meteri pelajaran kemudian dilanjutkan dengan pemberian contoh soal dan diakhiri dengan memberikan latihan soal dan Pekerjaan Rumah (PR). Guru juga mendorong siswa untuk bertanya jika ada materi pelajaran yang belum mereka pahami. Pembelajaran tersebut kurang efektif karena pembelajaran lebih bertumpu kepada guru sehingga siswa kurang aktif dan siswa cepat lupa terhadap pelajaran, disebabkan siswa hanya menerima saja bukan menemukan, memahami dan memecahkan masalah matematika tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dan pembaharuan dalam pembelajaran

4 matematika sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa bisa lebih baik. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kemampuan pemecahan masalah matetematika siswa tersebut, salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan mampu membuat siswa semangat serta aktif berfikir dalam proses pembelajaran. Salah satu metodenya yaitu menggunakan metode resitasi. Resitasi merupakan salah satu cara menyajikan pengajaran dengan cara guru memberikan tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan siswa harus dapat mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan kepadanya. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi dalam bentuk menjawab soal-soal, dimana siswa dituntut aktif berfikir untuk mencari penyelesaian dari soal-soal tersebut. 5 Pada kesempatan ini peneliti mencoba mengkolaborasikan metode resitasi dengan model pembelajaran Treffinger. Model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah secara kreatif. Model treffinger dapat menjadikan siswa belajar kreatif, dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan ingin mendapatkan bahan yang dipelajarinya. Disamping itu dalam proses belajar kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses berfikir ke bermacam-macam arah dan menghasilkan berbagai alternative penyelesaian) dan proses berfikir konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal). 6 Model pembelajaran Treffinger selalu diawali dengan keaktifan siswa dalam menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika. 7 Pembelajaran model Treffinger ini lebih ditekankan pada penguasaan konsep-konsep matematika dari pada 5 Risnawati, Op. Cit., h. 128 6 Conny Semiawan, Dkk. Memupuk Bakat dan Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: Gramedia, 2004, h.172 7 Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, h. 176

5 keterampilan berhitung, sehingga keterampilan berfikir seperti kemampuan pemecahan masalah dapat lebih berkembang. Setiap siswa dapat berfikir kreatif untuk menemukan berbagai alternative dalam memecahkan masalah dan mengemukakan gagasan yang diperolehnya. Pembelajaran Treffinger diharapkan lebih maksimal jika dikolaborasikan dengan metode pemberian tugas atau resitasi, dimana siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada LKS, kemudian siswa harus mampu mempertanggungjawabkan penyelesaian soal-soal tersebut kepada siswa yang lain, dengan demikian diharapkan dapat berpengaruh terhadap kemampuan matematika siswa terutama kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam belajar. Berdasarkan paparan di atas peneliti berasumsi bahwa dengan penggunaan metode resitasi dalam model pembelajaran Treffinger berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Metode Resitasi dalam Model Pembelajaran Treffinger terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Tri Bhakti Pekanbaru. B. Penegasan Istilah Untuk menyamakan persepsi, maka berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam karya ilmiah ini, istilah yang dimaksud adalah: 1. Metode Resitasi adalah salah satu cara menyajikan pengajarn dengan cara guru memberikan tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah

6 ditentukan dan siswa harus dapat mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan kepadanya. 8 2. Model Pembelajaran treffinger Model Pembelajaran Treffinger merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah secara kreatif. Model treffinger dapat menjadikan siswa belajar kreatif, dalam belajar kreatif siswa terlibat secara aktif dan ingin mendapatkan bahan yang dipelajarinya. Disamping itu dalam proses belajar kreatif digunakan proses berfikir divergen (proses berfikir ke bermacam-macam arah dan menghasilkan berbagai alternative penyelesaian) dan proses berfikir konvergen (proses berfikir yang mencari jawaban tunggal). 9 3. Pemecahan masalah matematika Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat menguasai matematika. Menurut Holmes yang dikutip Darto, pemecahan masalah dalam matematika adalah proses menemukan jawaban dari suatu pernyataan yang terdapat dalam suatu cerita, teks, tugas-tugas dan situasi dalam kehidupan sehari-hari. 10 Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud disini adalah kecakapan siswa dalam menyelesaikan persoalan matematika yang berbentuk soal cerita, yang membutuhkan langkah penyelesaian terperinci secara satu 8 Risnawati, Op.Cit., h. 128 9 Conny Semiawan, Dkk. Loc. Cit 10 Darto, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education Di SMP N 3 Pangkalan Kuras, Pekanbaru: Thesis UNRI, Tidak diterbitkan, 2008, h. 9

7 persatu (diketa hui, ditanya, penyelesaian), sehingga diperoleh penyelesaiannya. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasakan latar belakang masalah dan gejala-gejala yang telah peneliti kemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: a. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah b. Kemampuan matematika siswa dalam pembelajaran masih belum maksimal c. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru bidang studi matemetika masih belum maksimal. 2. Batasan Masalah Untuk lebih terarahnya apa yang dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah yang dibahas. Titik fokus penelitian ini membahas tentang penerapan metode resitasi dalam model pembelajaran Treffinger terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu pada sub pokok bahasan kubus dan balok di kelas VIII SMP Tri Bhakti Pekanbaru Tahun 2013/2014. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara siswa yang

8 mengikuti pembelajaran dengan penerapan metode resitasi dalam model pembelajaran Treffinger dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional di kelas VIII SMP Tri Bhakti Pekanbaru tahun 2013/2014? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan metode resitasi dalam model pembelajaran Treffinger dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional di kelas VIII SMP Tri Bhakti Pekanbaru Tahun 2013/2014. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat jadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah. b. Bagi guru matematika Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran matematika di kelas VIII SMP Tri Bhakti Pekanbaru.

9 c. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi/pengetahuan bagi peneliti yang selanjutnya dalam ruang lingkup yang lebih luas. d. Bagi siswa Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas VIII SMP Tri Bhakti Pekanbaru.