HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA- SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya serta menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam aspek sifat, sikap, minat dan kepribadian sosial anak dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap penting untuk dikembangkan karena sebagai dasar untuk. perkembangan sosial selanjutnya (Maulana, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. khusus. Soemantri menyatakan bahwa istilah tunagrahita digunakan untuk

MENGENAL DAN MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI MELALUI POLA ASUH ORANG TUA DAN GURU

KORELASI ANTARA POLA KEPEMIMPINAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 03 WONOREJO JATIYOSO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri,

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

prestasi saat ini siswa cenderung dituntut oleh pihak sekolah untuk memenuhi target pencapaian prestasi, sehingga mereka cenderung jenuh terhadap

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN PANTAN KABUPATEN TANA TORAJA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di dalam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

Menumbuhkan Kemandirian Anak

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR DITINJAU DARI PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA PADA ANAK SULUNG DAN ANAK BUNGSU SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

DESKRIPSI PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B DI TK ASYIYAH BUSTANUL ATFAL HUIDU UTARA KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya yang dalam perkembangannya akan mengalami suatu perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah dan menguji penyelesaian masalah secara sistematis. mampu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan.

HUBUNGAN POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI DI TK NEGERI PEMBINA 2 KOTA JAMBI

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perbedaan persepsi dan sikap terhadap pengalaman, sehingga

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan masa paling awal dalam rentang. anak prasekolah dipusatkan untuk menjadi manusia sosial, belajar bergaul

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemandirian yang dimiliki oleh setiap manusia berawal dari masa anak anak. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif

P U R W A N T I N I A53B111049

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni serta menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

POLA INTERAKSI GURU DALAM MEMOTIVASI ASPEK SOSIAL ANAK

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : Danang Danu Suseno J 210.060.087 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya (Tjandraningtyas, 2004). Istilah kemandirian pada anak umumnya dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Apakah itu memakai baju sendiri, menalikan sepatunya sendiri tanpa harus tergantung pada bantuan orang lain (Hogg & Blau, 2004). Kemandirian anak harus dibina sejak usia dini, seandainya kemandirian anak diusahakan setelah anak besar, kemandirian itu akan menjadi tidak utuh. Secara alamiah anak sudah mempunyai dorongan untuk mandiri atas dirinya sendiri. Mereka terkadang lebih senang untuk bisa mengurus dirinya sendiri daripada dilayani. Sayangnya orang tua sering menghambat keinginannya dan dorongan untuk mandiri. Kemandirian yang diajarkan pada anak sejak dini akan membuatnya dapat mengatur waktu kegiatannya sendiri dan membuat anak terbiasa menolong orang lain serta lebih bisa menghargai orang lain (Sidharto & Izzaty, 2004).

Seorang anak yang mempunyai rasa mandiri akan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan dapat mengatasi kesulitan yang terjadi. Disamping itu anak yang mempunyai kemandirian akan memiliki stabilitas emosional dan ketahanan yang mantap dalam menghadapi tantangan dan tekanan (Rohilah, 2010). Menjadi mandiri bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh dengan tiba-tiba. Hal ini memerlukan proses panjang yang harus dimulai sejak usia dini. Kunci kesuksesan seorang anak menjadi individu yang mandiri sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pola asuh orang tua. Oleh sebab itu orang tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri (Wahyuni, 2001). Tugas yang harus diselesaikan pada masa balita menurut Erikson adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orang tuanya terdapat suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu. Oleh karena itu kemandirian pada anak sangat diperlukan karena dengan kemandirian, anak bisa menjadi lebih bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemandirian secara normal akan cenderung lebih positif di masa depannya. Anak yang mandiri cenderung berprestasi karena dalam

menyelesaikan tugas tugasnya anak tidak lagi tergantung pada orang lain. Sehingga anak bisa lebih percaya diri. Anak yang mandiri yakin, jika ada resiko, ia mampu untuk menyelesaikannya tanpa bantuan dari orang lain. Dengan begitu anak akan tumbuh menjadi orang yang mampu untuk berfikir serius dan berusaha untuk menyelesaikan sesuatu yang menjadi targetnya. Demikian juga di lingkungan keluarga dan sosial, anak yang mandiri akan mudah menyesuaikan diri. Ia akan mudah untuk diterima oleh anak-anak dan teman-teman di sekitarnya (Zimmer & Collins, 2003). Sidharto dan Izzaty (2004) berpendapat bahwa anak-anak yang tidak mandiri akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan kepribadiannya sendiri. Jika hal ini tidak segera teratasi, anak akan mengalami kesulitan pada perkembangan selanjutnya. Anak akan susah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak yang tidak mandiri juga akan menyusahkan orang lain. Anak-anak yang tidak mandiri cenderung tidak percaya diri dan tidak mampu menyelesaikan tugas hidupnya dengan baik. Akibatnya, prestasi belajarnya bisa mengkhawatirkan. Anak-anak seperti ini senantiasa bergantung pada orang lain; misalnya mulai dari persiapan berangkat sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah, sampai dalam pola belajarnya. Dalam persiapan berangkat sekolah, misalnya, anak selalu ingin dimandikan orang lain, dibantu berpakaiannya, minta disuapi, buku dan peralatan sekolah harus disiapkan orang lain, termasuk harus selalu diantar ke sekolah. Ketika belajar di rumah, mereka mungkin mau, asalkan

semua dilayani; misalnya anak akan menyuruh orang lain untuk mengambilkan pensil, buku, dan sebagainya. Baumrind dalam Ubaedy (2009) membagi pola asuh orang tua menjadi tiga yakni otoriter, permisif, dan demokratis. Dampak gaya pengasuhan orang tua akan berbeda terhadap kemandirian anak. Melalui pengasuhan orang tua, terutama orang tua yang demokratis, anak diharapkan dapat mengembangkan kemandiriannya dengan baik. Dalam penelitian Baumrind menunjukkan bahwa pola pengasuhan demokratis sangat mendukung perkembangan kemandirian (healthy autonomy) pada anak, sedangkan dua gaya pengasuhan lainnya yaitu pola pengasuhan otoriter dan permisif bersifat negatif terhadap kemandirian anak. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo, didapatkan hasil observasi terhadap 10 orang anak, bahwa 6 orang anak terlihat mandiri. Misalnya ketika waktu makan, mereka mempersiapkan alat makan sendiri dan mengambil makanan sendiri sementara 4 orang anak terlihat kurang mandiri dan ketika makan lebih senang disuap oleh orang tuanya. Setelah dilakukan wawancara dengan 10 orang tua anak tersebut, 6 dari orang tua yang anaknya tampak aktif dan lebih mandiri mengatakan bahwa mereka membiasakan anak untuk melakukan atau memilih sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anak misalnya berpakaian sendiri, pakai sepatu sendiri atau belajar makan sendiri dan kadang-kadang mereka mengajak anak untuk melakukan hal-hal kecil dalam membantu pekerjaan rumah. Sementara 4

orang tua dari anak yang tampak kurang aktif dan kurang mandiri, mereka mengatakan bahwa mereka jarang melibatkan anak dalam memilih atau melakukan sesuatu, hal yang berkaitan dengan anak lebih banyak ditentukan oleh orang tua dan ketika anak-anak merengek-rengek meminta sesuatu, dari pada anak rewel, orang tua cenderung menuruti apa yang diinginkan oleh anak. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia Pra-sekolah Di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemandirian Anak Usia Pra-sekolah Di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia prasekolah Di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus : a. Untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua siswa di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. b. Untuk mengetahui gambaran kemandirian pada anak prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti Dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dan mengetahui kaitan antara teori dengan penerapan di masyarakat. b. Bagi institusi pendidikan Memberikan data tentang berbagai tipe pola asuh dalam hubungannya dengan kemandirian pada anak, sehingga dapat dijadikan dasar dalam membuat kurikulum pembelajaran khususnya pada anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru TK Sebagai referensi metode pembelajaran yang tepat dalam memberikan pendidikan pada siswa TK.

b. Bagi perawat Sebagai dasar untuk memberikan masukan kepada orang tua mengenai pola asuh dan kemandirian pada anak. c. Bagi orang tua Memberi masukan pada orang tua dalam menerapkan pola asuh yang tepat, sehingga anak dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih mandiri. E. Keaslian Penelitian Dari hasil penelusuran penulis, penelitian mengenai Hubungan Antara Pola Asuh Ibu Dengan Kemandirian Anak Usia Prasekolah Di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo belum pernah diteliti sebelumnya. Adapun beberapa penelitian yang pernah diteliti antara lain : 1. Lina (2008), meneliti tentang Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dan Kemandirian Dengan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Pada Remaja. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 320 siswa dari 1216 total siswa. Variabel independent dalam penelitian ini adalah pola asuh demokratis dan kemandirian sedangkan variabel dependent adalah kemampuan menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dan kemandirian dengan kemampuan menyelesaikan masalah. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis

dengan kemampuan menyelesaikan masalah. Semakin tinggi pola asuh demokratis maka akan semakin tinggi pula kemampuan menyelesaikan masalah. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan kemampuan menyelesaikan masalah. Semakin tinggi kemandirian maka akan semakin tinggi pula kemampuan menyelesaikan masalah. 2. Patmawati (2007), meneliti tentang Perbedaan Kemandirian Belajar Ditinjau Dari Persepsi Anak terhadap Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Sulung Dan Anak Bungsu Di SMA Islam Sudirman Ambarawa. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswasiswi SMA Islam Sudirman Ambarawa berjumlah 68 siswa dengan menggunakan purposive sample, yaitu berdasarkan ciri-ciri yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah persepsi tentang pola asuh orang tua, anak sulung dan anak bungsu serta variabel dependennya adalah kemandirian belajar. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa kemandirian belajar siswa apabila ditinjau dari pola asuh orang tua dan urutan kelahiran menunjukkan ada perbedaan kemandiriannya dalam belajar. Sedangkan kemandirian belajar siswa apabila dari pola asuh orang tua menunjukkan ada perbedaan kemandirian dalam belajarnya yang didukung juga bahwa dengan pola asuh orang tua yang demokratis

menunjukkan lebih tinggi kemandirian dalam belajarnya dibandingkan dengan pola asuh orang tua yang otoriter maupun permisif. 3. Yuniara (2009), meneliti tentang Penyesuaian Diri Dan Pola Asuh Orang Tua Yang Memiliki Anak Retardasi Mental. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 3 orang. Dalam penelitian ini variabel independennya adalah penyesuaian diri dan variabel dependennya adalah pola asuh orang tua yang memiliki anak retardasi mental. Dari hasil penelitian didapatkan hasil yaitu penyesuaian diri orang tua yang memiliki anak retardasi mental dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berada dalam diri individu dan faktor ekstern adalah faktor di luar individu. Faktor ekstern adalah orang-orang terdekat subjek dalam lingkungan keluarga dan orang-orang disekitar subjek, yaitu tetangga, anggota keluarga, suami. Hal yang membedakan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel penelitian, subyek penelitian, dan lokasi penelitian. Variabel dalam penelitian ini menggunakan pola asuh orang tua sebagai variabel independent dan kemandirian anak prasekolah sebagai variabel dependent. Subyek dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah dan orang tua murid yang bersangkutan. Lokasi penelitian di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo.