BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

Sememi dr. Lolita Riamawati NIP

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PT. RUMAH SAKIT...No. T E N T A N G KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

PANDUAN PENOLAKAN PELAYANAN ATAU PENGOBATAN RSIA NUN SURABAYA 1. LATAR BELAKANG

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB III TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. professional perawat yaitu advokasi (Potter, 2005). Penelitian di. Ireland oleh O Connor and Kelly (2005) menunjukkan bahwa

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

TINJAUAN TEORITIS. peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prospek Implementasi UU SJSN dan UU BPJS Dalam Perlindungan Konsumen

KOMPETENSI NERS BERBASIS. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

KOMPETENSI PERAWAT R. NETY RUSTIKAYANTI

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

TELAAH KOMPETENSI DIII KEPERAWATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : 096/SK-Dir/RSB-A/II/2016

PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN & KELUARGA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI. Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Informed Consent INFORMED CONSENT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

I. KLASIFIKASI PELANGGARAN ETIK KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SARASWATI 1. Tanggung jawab perawat/bidan terhadap pasien (individu, keluarga dan masyarakat )

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

Kata kunci : tingkat pengetahuan hak dan kewajiban pasien atas informasi medis. Kepustakaan : 17 ( )

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA NOMOR : SK/KEH/RSPB/I/2014 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT PRASETYA BUNDA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO /SK-DIR/RSIA-CI/VIII/2014 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN (INFORMED CONSENT)

Kode Etik Profesi. Ade Sarah H., M.Kom

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Undang Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (PROFESI NERS) SIKAP

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN HUKUM PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Apakah landasan dari informed consent?

vii DAFTAR WAWANCARA

SEKSI 100 A. PRINSIP-PRINSIP DASAR ETIKA PROFESI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

GOOD MEDICAL PRACTICE

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

Etika dan Moral dalam Bidang Kebidanan

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK BIDAN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KEC. LAKUDO KAB. BUTON TENGAH

KONSEP HUKUM DALAM KEPERAWATAN

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Seperti kita ketahui bahwa masalah kesehatan bukanlah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Teori Proses perkembangan dalam keperawatan memerlukan sebuah pengetahuan dan keterampilan untuk berbagai peran professional dan tanggung jawab perawat. Salah satu peran professional perawat yaitu advokasi. Dalam perannya sebagai advokasi pasien, perawat juga melindungi pasien itu sendiri, melindungi hak pasien, dan menyediakan pertolongan dalam pernyataannya yang tegas tentang hak pasien jika hal itu dibutuhkan. Dalam menjalankan perannya sebagai perawat advokasi, perawat harus memperhatikan kepercayaan dan kebudayaan pasien. Contohnya perawat dapat menyediakan tambahan informasi untuk pasien saat pasien mencoba untuk memutuskan menerima atau menolak sebuah tindakan keperawatan, atau perawat dapat membantu dengan berkomunikasi dengan keluarga pasien. Perawat dapat juga mempertahankan hak pasien dalam sebuah jalur yang umum dengan mengutarakan sebuah kebenaran pada pihak yang berwenang atau bertindak saat terjadi konflik membahayakan yang menyangkut hak pasien. (Potter, 2005) 6

7 2.2. Hak-hak dan Kewajiban Pasien 2.1.1. Hak Pasien Perlindungan hak pasien juga tercantum dalam pasal 31 dan 32 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yaitu: Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; a) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; b) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; c) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; d) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; e) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; f) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;

8 g) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit; h) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; i) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; j) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; k) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; l) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya; m) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit; n) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;

9 o) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; p) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan q) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.1.2. Kewajiban Pasien Adapun kewajiban pasien pada pasal 31 Bab 4 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, yang berbunyi: 1). Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah sakit atas pelayanan yang diterimanya, 2)Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien di atur dengan peraturan menteri. 2.3. Pengertian Persepsi Persepsi adalah seperangkat proses yang dengannya kita mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapancerapan indrawi yang kita terima dari stimuli lingkungan.

10 Keberadaan ilusi-ilusi persepsi menunjukkan apa yang kita serap (lewat organ-organ indra) tidak selalu sama dengan apa yang kita mengerti (di dalam pikiran kita). Pikiran kita harus memberikan data indrawi yang di milikinya dan memanipulasi informasi tersebut untuk menciptakan representasi representasi mental tentang objek-objek sifat-sifat maupun hubungan-hubungan spesial lingkungannya. Persepsi melibatkan kognisi tingkat tingggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik. Kekonstanan persepsi muncul ketika persepsi kita mengenai sebuah objek masih tetap sama meskipun pencerapan proksimal kita tentang objek distal berubah. Karateristik fisik dari objek distal mungkin tidak berubah. Namun, karena kita bisa menghadapi secara efektif dunia eksternal, maka sistem persepsi kita nampaknya memiliki sejumlah mekanisme yang dapat menyesuaikan persepsi dengan stimulus proksimal tersebut. Oleh karena itulah, persepsi kita masih tetap konstan meskipun pencerapan proksimal berubah. (Robert, Otto, & Maclin, 2007).

11 2.4. Tinjauan Penelitian 2.4.1. Advokasi perawat di Finlandia Dalam penelitiannya di Finlandia Vaartio, Leino- Kilpi, Suominen & Puukka (2008) tentang prosedur manajemen nyeri, menemukan hasil bahwa advokasi menempati tempat sebagai salah satu proses keperawatan dalam hubungan pasien dengan perawat melalui peran perawat mengidentifikasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatan nyeri. Namun, sebagian advokasi bergantung pada identifikasi peran perawat sendiri: dalam konteks perawatan nyeri tampaknya merupakan faktor penting dalam keputusan untuk mendukung atau tidak. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa advokasi menjadi bagian yang penting dalam proses keperawatan. Advokasi merupakan bagian integral dari proses asuhan keperawatan. 2.4.2. Advokasi di Rwanda Dalam penelitian di Rwanda, Pavlish, Ho, & Rounkle (2012) menghasilkan pembelajaran etnografi mengenai hak manusia dengan memindahkan sebuah populasi di Rwanda untuk memperdebatkan hukum yang berlandaskan peran advokasi sosial perawat. Strategi

12 advokasi dalam hak manusia termasuk kepekaan, partisipasi, perlindungan, sistem pemerintahan yang baik, dan pertanggung jawaban. Dengan mengangkat pendekatan pada hak- hak yang mendasar untuk perawat advokasi memberikan kontribusi untuk agenda kesehatan yang meliputi lebih dari hubungan sosial, akses yang wajar dalam memberikan kesempatan, dan gaya hidup sehat untuk semua orang. 2.4.3. Advokasi Perawat di Iran. Dalam penelitian di Iran oleh Negarandeh, Oskouie, Ahmadi, Nikravesh & Hallberg (2006) menunjukkan bahwa perawat diidentifikasi tidak memiliki kekuatan, membutuhkan dukungan, hukum kode etik dan motivasi, komunikasi yang terbatas, advokasi yang berisiko, ketidakcukupan waktu untuk berinteraksi dengan pasien dan keluarga menjadi halangan untuk advokasi. Adapun faktor-faktor yang memfasilitasi perawat untuk bertindak sebagi advokat bagi pasien, ditemukan juga bahwa ada hubungan perawat dan pasien, yaitu mengenali kebutuhan pasien, perawat bertanggung jawab, dokter sebagai rekan kerja, serta pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat bisa berpengaruh dalam mengambil peran advokasi.

13 2.4.4. Advokasi Perawat di Arlington Dalam penelitian di Arlington Hanks 2010 yang hasilnya memberikan tanggapan untuk menjelaskan pentingnya peran advokasi keperawatan khusus dan menyediakan persiapan informasi awal untuk tindakan advokasi dan dukungan kerja menurut laporan perawat. Kesimpulannya data yang dihasilkan memberikan dasar untuk memeriksa dukungan dari lingkungan kerja untuk advokasi keperawatan lebih lanjut atas tindakan advokasi perawat, dan menjelaskan bagaimana perawat advokasi mengikuti keinginan pasien mengenai perawatannya. Selain itu, hasilnya dapat digunakan dalam pendidikan, meningkatkan keterampilan advokasi, dan inisiatif keselamatan. (Hanks, 2010) 2.4.5. Advokasi Perawat di Canada Dalam penelitian di Canada oleh Thrasher (2002) ditunjukkan bahwa penalaran filosofis dan teori keperawatan harus digunakan untuk memvalidasi dan mengarahkan praktek langsung. Jika perawatan diri dan kesejahteraan yang diinginkan sebagai tujuan, maka tujuan filosofis dari praktisi perawat harus menjadi perlindungan dan promosi kesehatan terhadap perawatan diri dan otonomi advokasi bagi pasien.

14 Praktisi perawat dapat membantu mengarahkan kesehatan di masa depan dan perubahan dalam profesi keperawatan. 2.4.6. Advokasi Perawat Di USA Dari hasil penelitian Bu & Jezewski di USA (2007), sebuah teori mid - range dari advokasi pasien muncul selama proses mensintesis dan menganalisis literatur advokasi. Tiga inti atribut dari konsep advokasi pasien diidentifikasi: (1) menjaga otonomi pasien, (2) bertindak atas nama pasien, dan (3) memperjuangkan keadilan sosial dalam penyediaan kesehatan. Mereka menggambarkan peran perawat advokasi pasien baik ditingkat macro dan microsocial. Anteseden advokasi pasien terjadi baik ditingkat makro dan mikro-sosial dan panggilan untuk peran advokasi perawat dalam sistem kesehatan. Konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku perawat advokasi tidak hanya positif dapat mempengaruhi pasien, tetapi juga dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi perawat yang mengambil tindakan untuk mengadvokasi pasien.