ANALISIS KESESUAIAN PARAMETER PERAIRAN TERHADAP KOMODITAS TAMBAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN PIDIE JAYA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EKOLOGI TELUK CIKUNYINYI UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Analisis Kesesuaian Lokasi dan Data Spasial Budidaya Laut berdasarkan Parameter Kualitas Perairan di Teluk Lasongko Kabupaten Buton Tengah

FORMASI SPASIAL PERAIRAN PULAU 3S (SALEMO, SAGARA, SABANGKO) KABUPATEN PANGKEP UNTUK BUDIDAYA LAUT Fathuddin dan Fadly Angriawan ABSTRAK

PEMETAAN SEBARAN SPASIAL KUALITAS AIR UNSUR HARA PERAIRAN TELUK LAMPUNG

J. Aquawarman. Vol. 2 (1) : April ISSN : Karakteristik Oksigen Terlarut Pada Tambak Bermangrove Dan Tambak Tidak Bermangrove

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

Journal Of Aquaculture Management and Technology Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman

ANALISIS DAYA DUKUNG PERAIRAN BERDASARKAN KUALITAS AIR TERHADAP PELUANG BUDIDAYA ABALON (Haliotis sp.) DI PERAIRAN KUTUH, BALI

MASPARI JOURNAL Juli 2017, 9(2):85-94

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KATA PENGANTAR. Jatinangor, 22 Juli Haris Pramana. iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

MANAJEMEN KUALITAS AIR

Kandungan Klorofil-a Fitoplankton di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Bab V Hasil dan Pembahasan

Rofizar. A 1, Yales Veva Jaya 2, Henky Irawan 2 1

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

Jurnal Geodesi Undip April 2014

ABSTRAK. Kata Kunci :Kesesuaian Perairan, Sistem Informasi Geografis (SIG), Keramba Jaring Apung KJA), Ikan Kerapu

Studi Sebaran Parameter Fisika Kimia di Perairan Porong Kabupaten Sidoarjo Gabella Oktaviora Haryono, Muh. Yusuf, Hariadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOMA, Desember 2011 ISSN: Vol. 13, No. 2, Hal

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

PENDAHULUAN karena sungai-sungai banyak bermuara di wilayah ini. Limbah itu banyak dihasilkan dari

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kejernihan dan Salinitas Perairan Tambak setelah Penambahan Rumput Laut, Sargassum plagyophyllum dan Ekstraknya. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

Junaidi M. Affan. Jurusan Budidaya Perairan, Gedung Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

KEANEKARAGAMAN DAN DOMINANSI PLANKTON DI ESTUARI KUALA RIGAIH KECAMATAN SETIA BAKTI KABUPATEN ACEH JAYA

Amonia (N-NH3) Nitrat (N-NO2) Orthophosphat (PO4) mg/l 3 Ekosistem

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KRITERIA LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DI PULAU GILI GENTING, MADURA

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

Parameter Oseanografi pada Calon Daerah Kawasan Konservasi Perairan Laut Kabupaten Luwu Utara

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perubahan Konsentrasi Oksigen Terlarut dan ph Perairan Tambak setelah Penambahan Rumput Laut Sargassum Plagyophyllum dan Ekstraknya

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN TAMBAK DI KABUPATEN PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

Maspari Journal, 2014, 6 (1), 32-38

Dominansi Makrozoobenthos di Kawasan Kuala Pidie Kecamatan Kota Sigli Kabupaten Pidie

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN I-1

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat

TINJAUAN KANDUNGAN BOD 5 (BIOLOGYCAL OXYGEN DEMAND), FOSFAT DAN AMONIA DI LAGUNA TRISIK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

Depik, 1(1):78-85 April 2012 ISSN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF

Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

The Vertical Profile of Phosphate on the Baru Lake in Buluh Cina Village Siak Hulu Subdistrict Kampar District. Oleh. Abstract

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

PENGARUH APLIKASI KONSORSIUM MIKROBA PENITRIFIKASI TERHADAP KONSENTRASI AMONIA (NH3) PADA AIR TAMBAK KASUS : DI DESA GRINTING KABUPATEN BREBES

Transkripsi:

ANALISIS KESESUAIAN PARAMETER PERAIRAN TERHADAP KOMODITAS TAMBAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI KABUPATEN PIDIE JAYA Farhan Ramadhani, Syahrul Purnawan*, T. Khairuman Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. *Email korespendensi: syahrulpurnawan@unsyiah.ac.id ABSTRACT The study aimed to determine the suitability of fishponds in Pidie Jaya, the research was done using GIS spatial analysis method, where the water parameter samples were collected from 20 sampling points, the samples were taken within the river or flow water beside the fishpond. There were 5 parameters measured included salinity, ph, dissolved oxygen, water visibility, and nitrate contents. The analysis was done using kriging interpolation, reclassification, and overlay analysis using weighted overlay. Analysis based on 4 suitability criteria, very suitable, suitable, less suitable, and not suitable. The results of this analysis are that the fishponds fall into very suitable and suitable criteria. Of the total of ±1842 Ha fishponds, 2.37% covering ±43.76 Ha is classified as very suitable, and 97.63% covering ±1798.23 Ha classified as suitable. Results show that Pidie Jaya is good choice for low cost aquaculture ponds with a little treatment for nitrates. Key words: Pidie Jaya; fishpond; GIS; suitability analysis; weighted overlay. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan tambak berdasarkan kualitas perairan di pesisir Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis spasial Sistem Informasi Geografis (SIG), sampel parameter perairan dikumpulkan dari 20 titik sampling pada saluran tambak. Parameter perairan yang diukur meliputi 5 parameter kunci yang sangat berpengaruh terhadap komoditas tambak, meliputi salinitas, ph, oksigen terlarut, kecerahan air dan kandungan nitrat. Langkah analisis dilakukan menggunakan ordinary kriging, reclassify, dan weighted overlay. Tingkat kesesuaian lahan dibagi kedalam 4 kelas, yaitu sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai. Didapatkan 2 tingkat kesesuaian yaitu kelas sangat sesuai sebesar 2.37% (±43.76 Ha) dan kelas sesuai sebesar 97.63% (±1798.23 Ha) dari total keseluruhan luas tambak seluas ±1842 ha. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tambak di Kabupaten Pidie Jaya sesuai untuk usaha pertambakan dengan sedikit perlakuan terhadap nitrat. Kata kunci: Pidie Jaya; kesesuaian lahan; perairan tambak; SIG; weighted Overlay. 160

PENDAHULUAN Kabupaten Pidie Jaya memiliki luas lahan tambak produktif sekira ±1842 Ha yang terbentang di sepanjang pinggiran ±32.0544 km garis pantai serta menutupi sekitar 2% terestrialnya. Wilayah pesisir Pidie Jaya sangat berpotensi untuk dilakukan budidaya tambak karena secara topografis memiliki rerata persen kelerengan yang rendah. Djurjani (1998) menyatakan bahwa lahan dengan kemiringan antara 0-1% memudahkan dalam pengelolaan air di tambak sehingga biaya operasional relatif lebih murah. Kualitas air merupakan faktor kunci dari keberhasilan sebuah usaha pertambakan (Anggoro, 1983; Eddy, 1991). Analisis kesesuaian parameter perairan terhadap komoditas budidaya perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuaiannya terhadap komoditas yang dibudidayakan (Purnawan et al., 2015; Radiarta et al., 2004). Sistem Informasi Geografis (SIG) melalui metode analisis overlay telah mampu mendukung pengukuran kelayakan suatu lahan sehingga dapat digunakan untuk menganalisa kelayakan lahan tambak berdasarkan sebaran parameter perairannya. Metode SIG digunakan dalam penelitian ini untuk memberikan gambaran spasial terhadap kesesuaian lingkungan perairan dalam kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Pidie jaya. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di seluruh kecamatan pesisir Kabupaten Pidie Jaya. Sampel diukur di perairan sekitar pertambakan dengan 20 titik sampling (Gambar 1) untuk mewakili seluruh Kabupaten Pidie Jaya. Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data parameter alami perairan tambak yang tidak rentan perubahan berupa salinitas, ph, oksigen terlarut, kecerahan air dan kandungan nitrat, data tersebut diambil hanya dengan satu kali perulangan disertai 3 pengulangan pada setiap lokasinya. Data sekunder merupakan data pendukung untuk melakukan analisis spasial berupa batas administrasi dan data tambak Kabupaten Pidie Jaya yang diperoleh dari instansi pemerintahan terkait. Tingkat Kesesuaian Kesesuaian parameter perairan terhadap komoditas tambak terbagi ke dalam empat tingkatan pada setiap parameternya, yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai (TS). Tingkatan kesesuaian tersebut ditentukan berdasarkan kesesuaian parameter terhadap udang windu karena merupakan salah satu komoditas terbanyak dan memiliki range kesesuaian paling sempit diantara komoditas lainnya. Secara keseluruhan tingkatan kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 1. Setiap parameter juga dibobotkan berdasarkan besar kecilnya pengaruh yang disebabkan terhadap komoditas tambak. 161

Tabel 1. Tingkat kesesuaian parameter perairan Parameter [bobot] S1 S2 S3 TS ph [20] 8 8.5 7,5-8; 8,5-9 5 7,5; 9-10 < 5; > 10 Oksigen Terlarut(mg/l) [25] 5 7 4-5; 7-8 3 4; 8 10 < 3; > 10 Salinitas (ppt) [25] 15 25 10-15; 25-30 5-10; 30-35 < 5; > 35 Nitrat (NO3) [20] 0.9-3.5 0.3-0.9;3.5-4.5 0.01 0.3; 4.5-5 <0,01;> 5 Kecerahan [10] 0.3-0.4 0.2-0.3; 0.4-0.5 0.1-0.2; 0.5-0.6 <0.1; > 0.6 Sumber : Hasil Modifikasi dari SK KepMen KLH 115/2003, SK Men DKP No.34/Men/2002, Effendi (2003), Hartoko (2007), dan Zweig (1999). Gambar 1. Peta Lokasi Pengukuran Sampel Parameter Perairan Analisis Spasial Analisis spasial dalam penentuan kesesuaian lahan terbagi ke dalam tiga tahapan yaitu tahap interpolasi, tahap reklasifikasi dan tahap overlay. Tahapan interpolasi merupakan tahapan pendugaan nilai parameter perairan tambak di seluruh Kabupaten Pidie Jaya berdasarkan data sampel yang telah di ukur pada 20 titik, teknik interpolasi yang digunakan adalah ordinary kriging. Tahapan reklasfikasi merupahan tahap pengelompokan nilai setiap parameter di seluruh perairan tambak Kabupaten Pidie Jaya kedalam tingkatan kesesuaiannya. Tahapan overlay merupakan tahap 162

analisis kesesuaian lahan yang dilakukan software dengan membandingkan tingkat kesesuaian dari kelima parameter dengan mempertimbangkan bobot pengaruh dari masing-masing parameter tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran Komoditas Tambak Komoditas yang dibudidayakan pada tambak di kabupaten pidie jaya terdiri dari udang windu, udang vaname, bandeng, udang dan bandeng, serta lain-lainnya. Komoditas yang dikelompokkan dalam kelas lain-lain tersebut adalah komoditas yang jumlahnya kecil dari beberapa jenis komoditas seperti mujair, nila, kepiting dan sebagainya. Sebaran komoditas pada setiap kecamatan di Kabupaten Pidie Jaya berbeda antara satu dan lainnya, lebih lanjut mengenai sebaran komoditas dapat dilihat pada Tabel 2. Nama Kecamatan Tabel 2. Sebaran jenis komoditas pada setiap kecamatan Jenis Komoditas (petak tambak) Luas Tambak Udang Udang Udang (Ha) dan Bandeng windu vaname Lainlain Belum terdata bandeng Bandar Baru 1111,93 959 41 - - - 454 Panteraja 70,59 41 75 - - - 5 Trienggadeng 181,41-91 - - 27 33 Meureudu 91,30 9 24 80 34 13 2 Meurah Dua 60,78-5 108-1 62 Ulim 218,05 53 172 29 53 15 69 Jangkabuya 98,41 118 4 61 3 1 7 Distribusi Kualitas Air Sebaran kualitas air di seluruh Kabupaten Pidie Jaya didapatkan dari hasil interpolasi data kualitas air yang dikoleksi secara in situ. Data hasil pengukuran yang memiliki koordinat dan telah dirata-ratakan pada software spreadsheet kemudian dikonversi ke dalam bentuk ekstensi data spasial sehingga dapat dilakukan interpolasi menggunakan software pemprosesan data SIG. Proses ini menjadikan setiap lokasi memiliki nilai parameter perairannya (Gambar 2). Distribusi setiap parameter kualitas air pada perairan tambak di Kabupaten Pidie Jaya dapat dijelaskan sebagai berikut: Distibusi salinitas Berdasarkan hasil interpolasi, didapatkan Distribusi salinitas di Kabupaten Pidie Jaya berkisar antara nilai terendah 7,28 ppt yang terdapat pada Kecamatan Bandar Baru dan Jangka Buya dan nilai tertinggi 20,46 ppt yang terdapat pada Kecamatan Bandar Baru dan Pante Raja. Perbedaan distribusi salinitas pada setiap wilayah dapat dipengaruhi oleh keberadaan muara yang baik untuk pasokan air laut namun memiliki pasokan air tawar yang rendah sehingga akumulasi kadar salinitas tinggi dan pasokan air tawar yang tinggi pada saluran tambak memiliki jarak saluran yang jauh dari muara besar. Distribusi ph 163

Nilai ph tertinggi adalah 7,92 yang terdapat pada Kecamatan Jangka Buya dan nilai terendah sebesar 7,48 pada Kecamatan Tringgadeng dan Pante Raja. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari nilai yang terukur dari lapangan. Adapun perbedaan nilai ph dapat dipengaruhi oleh faktor alami seperti respirasi dan fotosintesis serta faktor manusiawi seperti pengelolaan pakan yang buruk (Wetzel, 1983). Distribusi oksigen terlarut (DO) Izzati (2012) menyatakan bahwa konsentrasi oksigen ditentukan oleh keseimbangan antara produksi dan konsumsi oksigen dalam ekosistem. Oksigen diproduksi oleh komunitas autotrof melalui proses fotosintesis dan dikonsumsi oleh semua organisme melalui pernafasan. Nilai DO paling tinggi sebesar 8,40 terdapat di Kecamatan Bandar Baru, dan nilai terendah sebesar 4,19 terdapat di Kecamatan Meurah Dua. Perbedaan sebaran nilai DO pada perairan tambak sangat erat kaitannya dengan tinggi maupun rendahnya aktifitas fotosintesis yang terjadi di perairan tersebut. Perairan yang memiliki aktifitas fotosintesis fitoplankton yang tinggi akan memiliki kandungan DO yang tinggi sedangkan perairan dengan aktifitas fotosintesis rendah akan memiliki kandungan oksigen yang rendah. Distribusi kecerahan perairan Kecerahan dibutuhkan oleh organisme untuk mendapatkan respon terhadap cahaya (Laevastu dan Hayes, 1981). Tinggi maupun rendahnya tingkat kecerahan suatu perairan disebabkan jumlah partikel tersuspensi pada perairan tersebut, semakin banyak partikel tersuspensi akan semakin menurunkan tingkat kecerahan suatu perairan, begitu juga sebaliknya. Wilayah pesisir sangat rentan terhadap jumlah partikel tersuspensi karena memiliki arus yang lemah sehingga terjadi akumulasi (Purnawan et al., 2012; Cholik et al., 1995). Berdasarkan hasil interpolasi didapatkan sebaran nilai kecerahan antara yang paling tinggi sebesar 0,32 m di Kecamatan Bandar Baru, Pante Raja dan Trienggadeng serta nilai paling rendah yaitu 0,18 m yang terdapat di Kecamatan Ulim dan Jangka Buya. Distribusi nitrat Nilai nitrat umumnya ditemukan dalam nilai yang tinggi pada lokasi penelitian. kadar nitrat sangat erat kaitannya dengan kandungan limbah organik yang umumnya mengandung protein seperti sisa pakan yang terakumulasi. Lebih lanjut, tambak yang melakukan pemupukan nitrat akan meningkatkan kadar nitrat di perairan (Rozak, 1997). Nilai nitrat tertinggi sebesar 12,00 yang terdapat di Kecamatan Jangka Buya dan nilai terendah sebesar 1,80 yang terdapat di Kecamatan Trienggadeng. Hasil interpolasi memiliki tingkat error yang diukur langsung oleh software dengan membandingkan nilai hasil prediksi terhadap nilai awal yang diinput. Tingkat error tertinngi terdapat pada parameter salinitas air yang mencapai ±6,25%. Tahapan analisis spasial dilanjutkan dengan tingkat presisi mencapai ±93.75%. Lebih lanjut, Peterson (2007) menyatakan bahwa kelebihan geostatistical analyst adalah dapat langsung mengetahui nilai error. Untuk mendapatkan nilai standar error pada hasil kriging maka nilai hasil kriging dibandingkan dengan nilai data input kemudian dirata-ratakan dari seluruh perbandingannya. Hasil Reklasifikasi Proses reklasifikasi menghasilkan tingkat kesesuaian pada setiap parameter perairan yang diinterpolasi, tingkat kesesuaian dapat tergolong kedalam kelas S1 (Sangat Sesuai) hingga kelas TS (Tidak Sesuai) pada setiap data parameter 164

berdasarkan tabel tingkat kesesuaian yang telah dibahas pada metode penelitian. Berdasarkan hasil reklasifikasi diperoleh tingkat kesesuaian yang berbeda pada masing-masing parameter sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3. Analisis Kesesuaian Proses analisis kesesuaian parameter perairan tambak yang membandingkan kelima parameter berdasarkan bobot pengaruhnya terhadap komoditas tambak. Proses ini menghasilkan dua tingkat kesesuaian lahan yaitu S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai), seperti yang terlihat pada Gambar 4. Gambar 2. Distribusi Parameter Kualitas Air 165

Gambar 3. Peta Tingkat Kesesuaian parameter Gambar 4. Peta Hasil Analisis Kesesuaian Parameter Perairan Tambak 166

Gambar 5 menunjukkan sebaran kesesuaian tambak pada daerah Pidie Jaya. Terdapat 53 petak tambak yang termasuk ke dalam kelas sangat sesuai (S1) dengan luas sekira ±43,67 Ha. Nilai tersebut setara dengan 2,3% luasan tambak yang ada di Pidie Jaya. Sementara 2561 petak tambak lainnya termasuk dalam kelas sesuai (S2) dengan luas sekira ±1798,23 Ha, atau sekitar 97,63% luasan tambak di Pidie jaya. Gambar 5. Peta sebaran sebaran kesesuaian tambak Kabupaten Pidie Jaya Hasil analisa ini menunjukkan tambak di Kabupaten Pidie Jaya secara keseluruhan tergolong baik untuk dimanfaatkan sebagai lahan budidaya. Kadar nitrat perairan yang cenderung tinggi perlu menjadi perhatian khusus untuk kelangsungan hidup komoditas tambak. Perlu beberapa perlakuan sehingga kadar nitrat alami pada perairan dapat di toleransi oleh komoditas yang dibudidayakan pada tambak. Perlakuan tersebut dapat berupa kontrol pada saat pemberian pakan agar tidak berlebihan, sehingga mengakibatkan terjadinya endapan sisa pakan yang dapat menyebabkan kadar nitrat lebih meningkat. Lebih lanjutnya, Badjoeri (2008) juga menyatakan bahwa, pemberian bakteri nitrifkasi pada tambak udang windu mampu menjaga kestabilan konsentrasi amonia dan nitrit, sehingga konsentrasinya masih berada pada batas aman untuk budidaya udang. Pemberian bakteri nitrifhi sebagai agen bioremediasi ke dalam perairan tambak udang dapat berpengaruh positif terhadap perbaikan kualitas air tambak udang windu. KESIMPULAN Dari hasil penelitian Analisis Kesesuaian Parameter Perairan Terhadap Komoditas Tambak Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) Di Kabupaten Pidie Jaya, maka dapat disimpulkan bahwa tambak di seluruh Kabupaten Pidie Jaya memiliki tingkat kesesuaian sangat sesuai sekira 2,37% mencakup ±43,67 Ha dan sesuai sekira 97,63% mencakup ±1798,23 Ha dari luas keseluruhan tambak seluas ±1832,47 Ha. 167

DAFTAR PUSTAKA Anggoro, S. 1983. Permasalahan Kesuburan Perairan bagi Peningkatan Produksi Ikan di Tambak. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Badjoeri, M. 2008. Penggunaan Bakteri Nitrifikasi Untuk Bioremediasi dan Pengaruhnya Terhadap Konsentrasi Amonia dan Nitrit Di Tambak Udang. Jurnal Oseanologi dan Limnologi Indonesia, 34 (2): 261-278. Cholik, F.A., Sudradjat, P.T. Imanto. 1995. Peluang agribisnis budidaya laut di Kawasan Timur Indonesia, dalam Prosiding temu usaha pemasyarakatan teknologi keramba jaring apung bagi budidaya laut. A. Sudradjat, W. Ismail, B. Priono, Murniyati, dan E. Pratiwi (Eds). Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Perikanan. Jakarta. Hal 136-156. Djurjani, 1998. Konsep Pemetaan. PUSPICS-Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. Eddy, M. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. Third Edition. McGraw-Hill Publishing Co. New York. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hartoko, A., L.L. Widowati. 2007. Aplikasi Teknologi Geomatik Kelautan Untuk Analisa Kesesuaian Lahan Tambak Di Kabupaten Demak. Indonesian Journal of Marine Science, 12 (4) 43-72. Izzati, M. 2012. Perubahan Konsentrasi Oksigen Terlarut dan ph Perairan Tambak Setelah Penambahan Rumput Laut Sargassum Plagyophyllum. Laboratorium Jurusan Biologi, FMIPA UNDIP, Semarang. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor: Kep.34/Men/2002 Tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air Menteri Negara Lingkungan Hidup. Peterson, M.P. 2007. The Principles of Geostatistical Analysis. University of Nebraska. Omaha. Purnawan, S., I. Setiawan, Marwantim. 2012. Studi sebaran sedimen berdasarkan ukuran butir di perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Depik, 1(1):31-36. Purnawan, S., M. Zaki, T.M. Asnawi, I. Setiawan. 2015. Studi penentuan lokasi budidaya kerapu menggunakan keramba jaring apung di perairan Timur Simeulue. Depik, 4(1): 40-48 Radiarta, I.N., A. Saputra, B. Priono. 2004. Pemetaan kelayakan lahan untuk pengembangan usaha budidaya laut di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5):19-32. Rozak, A. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI. Jakarta. Wetzel, R.G. 1983. Limnology. 2 nd Edition; Saunders College Publishing, Philadelphia. 858 p. Zweig, R.D. 1999. Source Water Quality for Aquaculture: A Guide for Assessment. Washington D.C. The World Bank. 168