BAB I PENDAHULUAN. tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saham, dengan pembagian dividen atau perolehan capital gain (Mahfoedz. dan Naim, 1996 dalam Purbandari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan kesejahteraan shareholder (pemegang saham). Banyak pemegang

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar bagi perusahaan-perusahaan agar dapat bersaing secara ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju membuat para pelaku ekonomi semakin mudah dalam mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2012) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate governance telah menjadi topik bahasan utama dalam. bisnis global seiring dengan meningkatnya kompleksitas dan tekanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengertian LQ Kriteria Indeks LQ Daftar Perusahaan Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan laporan keuangan untuk pihak pihak yang berkepentingan seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan dalam menjual saham yaitu untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Keberadaan suatu entitas bisnis bukan hanya untuk mencari keuntungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

kepada 10 direksi remunerasi sebesar Rp 67,6 miliar dan 6 komisaris sebesar Rp 17,5 miliar. Porsi bonus ini di bawah 1 persen dari laba 2012.

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis informasi yang terbatas, maka tujuan pelaporan akuntansi

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kajian mengenai Corporate Governance meningkat dengan pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Nilai pasar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai perusahaan,

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN. meneliti mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Tatakelola Perusahaan ( Corporate Governance) memilki peran yang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan keagenan merupakan kontrak antara pemilik perusahaan (principal)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Peranan bank yang utama yaitu memobilisasi dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak bermunculan pesaing-pesaing baru didalam dunia usaha. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan selain memaksimalkan laba adalah memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global berdampak bagi negara Indonesia. Oleh karena itu perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembalian investasi baik dalam bentuk pendapatan dividen (dividend yield)

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tekanan persaingan di antara pemain pasar yang ada dan new entrants,

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi disebut juga aktivitas jasa yang mempunyai fungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mencari sumber-sumber dana yang efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( Mayangsari 2009 dalam Indahningrum dan Ratih 2009)

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB 1 PENDAHULUAN. kredibilitas yang dijunjung tinggi, mempunyai kualitas bagus dan harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah laba, karena laba mengandung informasi potensial yang

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate. tarif pajak terhadap dividend payout ratio (DPR) perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 8 tentang Pasar Modal Tahun 1995, pasar

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan atas usaha yang dijalankannya. Tujuan-tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan (Keown et al, 2011). Hal tersebut selaras dengan tujuan para investor yaitu memperoleh return yang maksimal dari dana yang diinvestasikan baik berupa capital gain ataupun dividen (Masdupi dan Ningsih, 2015). Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah dua hal yang ingin dicapai perusahaan, tetapi dua tujuan tersebut merupakan tujuan yang berlawanan. Menurut Suwardjono (2005) keberlanjutan usaha (going concern) merupakan harapan perusahaan di masa depan. Disisi lain perusahaan harus membagikan dividen untuk mensejahterakan para pemegang saham. Perkembangan perusahaan menuju pada tingkat yang lebih besar memberi inspirasi kepada perusahaan untuk membuat suatu strategi pengelolaan perusahaan, dimana pemilik perusahaan harus berani mengambil langkah untuk menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada pihak yang ahli dan profesional. Pihak manajemen diyakini sebagai ahli dan profesional dalam perusahaan, yang diharapkan mampu menetapkan strategi dan tindakan atau keputusan yang tepat agar perusahaan tetap survive 1

2 dengan laba yang diharapkan sehingga kemakmuran pemilik perusahaan menjadi maksimal (Sari, 2015). Pemisahan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan menimbulkan agency problem antara pemegang saham dan manajer. Manajemen sebagai agen (perantara) pemegang saham harus mengambil keputusan on the best of interest of stockholders. Kenyataannya karena kurangnya penghasilan tambahan dan gaji mereka sering kali bertindak untuk kepentingan mereka sendiri tanpa memperdulikan kekayaan para pemegang saham (Keown et al, 2011). Masalah kebijakan dividen berkaitan dengan masalah keagenan. Salah satu pihak yang menentukan kebijakan dividen adalah manajer. Perusahaan sebaiknya menetapkan kebijakan dividen yang rendah agar memiliki sumber dana internal yang relatif lebih murah jika dibandingkan dengan pendanaan melalui utang atau emisi saham baru. Kenyataannya, manajer juga terlibat dalam kepemilikan saham sehingga terkadang menginginkan return dalam bentuk dividen yang tinggi. Penentuan kebijakan dividen harus dilakukan secara bijak karena masing-masing alternatif keputusan akan memiliki risiko (Nuringsih, 2005). Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2001). Menurut Gautama dan Haryati (2014) kebijakan dividen dapat diukur dengan menggunakan Dividend Payout

3 Ratio (DPR), yaitu presentase dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang berasal dari keuntungan bersih perusahaan. Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki berbagai indeks saham, salah satunya adalah indeks Kompas 100. Ambarwati dan Stephanus (2014) menyatakan indeks Kompas 100 dibentuk hanya dari 100 saham perusahaan dengan mempertimbangkan faktor likuiditas, kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham tersebut. Berdasarkan data yang diolah dari Indonesia Stock Exchange (IDX) 2012-2014 dapat dipaparkan bahwa pembayaran dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang termasuk dalam indeks Kompas 100 tidak stabil diantaranya adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Tingkat Pembayaran Dividen Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014 Tahun No. Nama Perusahaan 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 1. Astra Internasional Tbk. 45,03 45,04 45,59 2. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 30,00 30,01 25,00 3. Gudang Garam Tbk. 38,35 35,56 28,67 4. Indofood Sukses Makmur Tbk. 49,81 49,80 49,72 5. United Tractor Tbk. 53,57 53,25 64,95 Sumber: Ringkasan Perusahaan Tercatat (www.idx.co.id) Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai DPR pada beberapa perusahaan yang termasuk dalam indeks Kompas 100 masih mengalami flukluasi pada setiap tahunnya. Penurunan pembayaran dividen tersebut menjadi menarik untuk diteliti karena kontradiktif dengan kenaikan laba bersih perusahaan pada tahun penurunan pembayaran dividen dengan tahun

4 sebelumnya. Salah satu contoh kontradiksi mengenai nilai laba bersih dan tingkat pembayaran dividen adalah nilai laba bersih Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tahun 2013 sebesar Rp 9,06 triliun naik menjadi Rp 10,83 triliun pada 2014, namun pembayaran dividen menurun sebesar 5,01%. Gudang Garam Tbk menghasilkan laba bersih senilai Rp 4,07 triliun pada tahun 2012 naik menjadi Rp 4,38 triliun pada tahun 2013, disisi lain terjadi penurunan dividen sebesar 2,79%. Pemaparan di atas mengindikasi bahwa adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan (fenomena gap) mengenai kinerja perusahaan indeks Kompas 100 yang diukur dari kebijakan dividen perusahaan. Fenomena di atas sesuai dengan hasil uji empiris yang dikemukakan dalam Sugiarto (2009) dimana secara umum tidak didapati kesinambungan pembagian dividen dari waktu ke waktu. Nilai DPR yang berfluktuasi akan menimbulkan masalah. Masalah yang timbul sebagai akibat dari nilai pembayaran dividen yang tidak stabil yaitu perusahaan akan kehilangan daya tariknya di pasar modal yang berakibat para investor tidak percaya terhadap kinerja perusahaan sehingga mereka akan menghindari untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Ketidakpercayaan investor terhadap perusahaan dapat dijelaskan dengan konsep corporate governance. Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan dan merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

5 pemegang kepentingan ekstern dan intern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka (Forum Corporate Governance in Indonesia, 2000). Adanya corporate governance dalam perusahaan maka fungsi corporate governance adalah sebagai alat yang memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan (Mustikaningrum, 2011). Dharmastuti (2013) menyatakan bahwa peran dari corporate governance adalah mengurangi biaya keagenan dan untuk menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham dengan fokus dan tanggung jawab monitoring dewan direksi dan fungsi manajemen pada senior eksekutif. Hastuti dan Suhendah (2015) menyatakan pensubtitusian investor manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit merupakan tiga indikator penerapan Good Corporate Governance (GCG). Selain dewan komisaris, dewan direksi merupakan organ yang tidak bisa dipisahkan dalam penerapan mekanisme GCG dalam sebuah perusahaan (Effendi, 2009). Kepemilikan manajerial merupakan gambaran besarnya kepemilikan saham oleh manajemen yaitu dewan komisaris dan dewan direksi dinyatakan dalam satuan prosentase (Ikbal dkk, 2011). Ketika pihak manajemen memiliki saham perusahaan, maka manajemen merasa memiliki perusahaan sehingga setiap kebijakan yang dilakukan ditujukan untuk meningkatkan nilai pemegang saham. Kepemilikan manajerial merupakan wujud penyelarasan tujuan antara pihak manajemen dan pemegang saham.

6 Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa kepemilikan institusional merupakan mekanisme GCG yang dapat mengendalikan konflik keagenan. Pihak institusi akan memantau secara profesional perkembangan investasinya maka tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan (Murwaningsari, 2009). Nurulita (2015) menyatakan bahwa dewan direksi dibentuk untuk mencapai pengelolaan yang profesional, profitabel, penuh daya saing dan mandiri yang berlandaskan moral serta kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan dan strategi yang akan dilakukan perusahaan baik jangka pendek ataupun jangka panjang (Kusdiyanto dan Kusumaningrum, 2015). Jumlah dewan direksi mempunyai pengaruh terhadap kontrol perusahaan. Sesuai dengan literatur tentang corporate governance, jumlah dewan direksi yang kecil dapat mengkomunikasikan masalah dan melakukan koordinasi anggota dengan lebih efektif dibandingkan dengan jumlah dewan direksi yang lebih besar. Salah satu bagian inti dari sistem corporate governance adalah para pemegang saham, mereka secara tidak langsung berperan dalam proses pengambilan keputusan perusahaan dengan cara memilih anggota dewan direksi dan secara efektif dapat mengurangi biaya agensi (Mansourinia et al, 2013).

7 Keberadaan komite audit dalam perusahaan sangat penting dan strategis dalam menjaga kredibilitas penyusunan laporan keuangan, memonitor terlaksananya sistem pengawasan, dan pengendalian manajemen serta terlaksananya mekanisme GCG (Isti adah, 2015). Maka dapat dikatakan bahwa komite audit dibentuk sebagai bentuk proses pengendalian intern perusahaan yang diharapkan mampu meningkatkan efektivitas perusahaan. Dewan komisaris dalam mewujudkan efisiensi pekerjaannya mendelegasikan tanggungjawabnya kepada dewan komite audit. Terkait dengan proses monitoring laporan keuangan, maka diharapkan mampu memberikan proteksi terbaik dalam menjaga kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena proses monitoring laporan keuangan dan aktivitas audit dilakukan oleh komite audit (Davidson et al, 2005 dalam Restuningdiah, 2011). Komite audit adalah organ perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang yang dibentuk oleh dewan komisaris. Komposisi komite audit minimal terdiri dari tiga orang dimana jumlah anggota komite audit yang berasal dari komisaris independen minimal satu orang yang merangkap ketua dan paling sedikit satu orang dari anggota harus memiliki keahlian di bidang keuangan (Makhdalena, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa proporsi komite audit mempunyai berpengaruh terhadap proses monitoring dan audit laporan keuangan serta pengambilan keputusan perusahaan.

8 Penjelasan di atas mengindikasi pentingnya mekanisme corporate governance terhadap masalah keagenan. Gray dan Radebaugh (2009) dalam Bukhori dan Raharja (2012) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance terdiri dari 2 (dua) mekanisme yaitu mekanisme internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol terhadap keputusan tersebut. Pertama adalah struktur mekanisme pengendalian internal perusahaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam mekanisme internal ini adalah agent dan principal yang terdiri komposisi board of directors dan executive manajer di dalam perusahaan. Kedua adalah struktur mekanisme pengendalian eksternal. Struktur mekanisme pengendalian external terdiri dari stakeholder yang berkepentingan dan berhubungan dengan perusahaan antara lain pasar modal, pasar uang, dan regulator. Struktur mekanisme pengendalian eksternal merupakan mekanisme pengendalian yang dibentuk pihak dari luar perusahaan. Penelitian Sari dan Budiasih (2016) serta Kartika dan Suarjaya (2015) menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Masdupi dan Ningsih (2015) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

9 Mansourinia et al. (2013) menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap kebijakan dividen, hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian Subramaniam dan Devi (2011). Selanjutnya penelitian Nimer et al. (2012) membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antar komite audit dengan kebijakan dividen, hasil tersebut sangat kontradiktif dengan hasil penelitian Jiraporn et al. (2011) menyatakan bahwa komite audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. Semua hasil penelitian terdahulu di atas menunjukkan hasil yang tidak konsisten satu sama lain (research gap). Hal tersebut menjadi dasar pemikiran yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh kepemilikan perusahaan, pengelolaan perusahaan, dan kebijakan dividen. Adapun proksi kepemilikan perusahaan adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Pengelolaan perusahaan diproksikan dengan jumlah dewan direksi dan proporsi komite audit. Pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mekanisme corporate governance yang dipaparkan ke dalam dua jenis mekanisme internal perusahaan yaitu kepemilikan perusahaan dan pengelolaan perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam indeks Kompas 100. Pemilihan perusahaan indeks Kompas 100 sebagai objek penelitian karena perusahaan yang termasuk didalamnya adalah perusahaan yang

10 mempunyai likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar yang besar, dan kinerja fundamental yang baik. Selain itu indeks Kompas 100 terdiri dari berbagai macam sektor usaha, sehingga mampu menggambarkan reaksi pasar secara keseluruhan. Periode penelitian juga lebih up to date dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DEWAN DIREKSI, DAN KOMITE AUDIT TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Empiris Pada Perusahaan Indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015? 2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015?

11 3. Bagaimana pengaruh dewan direksi terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015? 4. Bagaimana pengaruh komite audit terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015? 5. Bagaimana pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dan komite audit terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan guna menjawab beberapa pertanyaan penelitian (research question) dalam perumusan masalah yang telah dijabarkan. Beberapa tujuan yang terkait yang terkait dengan pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. 2. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015.

12 3. Untuk mengetahui pengaruh dewan direksi terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. 4. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. 5. Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dewan direksi, dan komite audit terhadap kebijakan dividen pada perusahaan indeks Kompas 100 di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2015. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berdampak pada pengembangan ilmu akuntansi keuangan yakni sebagai referensi atau masukan yang dapat memberikan informasi baik teoritis maupun empiris kepada pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan dividen.

13 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pihak Manajemen Perusahaan dan Pemegang Saham Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang hubungan masalah keagenan dan aplikasinya terhadap kebijakan dividen perusahaan. b. Bagi Investor Hasil penelitian ini memberikan informasi kebijakan dividen dapat digunakan untuk menilai perusahaan yang tercermin dalam kepemilikan perusahaan dan pengelolaan perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan investasi. c. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan keputusan kebijakan dividen. d. Bagi Akademisi dan Praktisi Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dan acuan untuk penelitian selanjutnya.