SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN 2012M / 1433 H

dokumen-dokumen yang mirip
PROBLEMATIKA PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI GAMPONG LHOK SEUNTANG KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR. Skripsi. Diajukan Oleh : J A S M A N I

ANALISIS KETERLAKSANAAN PENILAIAN BERBASIS KTSP DI MTsN MODEL IDI KABUPATEN ACEH TIMUR S K R I P S I A F R I L A NIM :

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1436 H

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP NEGERI 5 LANGSA SKRIPSI.

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK (Studi Kasus MTsS Harapan Mutyara Seruway) SKRIPSI

Skripsi. Diajukan Oleh : HILDA AYU NANDA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2013 M / 1434 H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M / 1436 H

PENINGKATAN AKHLAK SISWA MELALUI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI SMP NEGERI 13 LANGSA. Skripsi. Diajukan Oleh : S O M A N

POLA KERJASAMA MADRASAH DENGAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA (SUATU STUDI PADA MIN GEUDUBANG ACEH KECAMATAN LANGSA BARO) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

IMPLEMENTASI SUPERVISI PENDIDKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 3 KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG. Skripsi. Diajukan Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun mental dalam diri manusia. Sehingga dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

Skripsi. Diajukan Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M / 1436 H

ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 1436 H / 2015M

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 1433 H/2012 M

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. 1

BAB I PENDAHULUAN. Anak dalam Islam adalah sebagai makhluk ciptaan Allah swt. yang. berkedudukan mulia dan dalam keluarga dia memiliki kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia makhluk yang dikarunia akal dan hati oleh Allah SWT.

BAB I. Pendahuluan. dimulai dari rumah tangga hendaknya dapat dilanjutkan kepada hal-hal yang positif. Para

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/ 1435 H

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar dan merupakan tujuan pertumbuhan. Dengan demikian, tujuan

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT.Renaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm 94

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA SMP NEGERI 4 KEJURUAN MUDA S K R I P S I. Diajukan Oleh: DEWI YUNITA SARI

PENERAPAN STRATEGI NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 5 LANGSA.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan komplek dikarenakan adanya. saling tukar menukar informasi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendukung utama bagi tercapainya negara yang berkualias adalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

FENOMENA KENAKALAN SISWA DI SMA SWASTA JAYA LANGSA

PROBLEMATIKA DAN SOLUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK NEGERI 1 LANGSA SKRIPSI. Diajukan Oleh : AZHARI

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

RIWAYAT HIDUP PENULIS. 1. Nama Lengkap : Asih Nor Zahidah. 2. Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin, 22 September 1993

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

SKRIPSI. Diajukan Oleh : SANTI

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan rendahnya disiplin diri, barangkali para remaja menganggap banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhlaq merupakan suatu praktik dalam kehidupan sehari-hari,

Diajukan oleh LESTARI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

FENOMENA PEMISAHAN ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PEMBELAJARAN DITINJAU DARI SEGI PANDANGAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. bermatabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

PENGARUH PERGAULAN BEBAS TERHADAP PERKEMBANGAN AKHLAK ANAK DI DESA SUNGAI LIPUT KAB. ACEH TAMIANG SKRIPSI. Di Ajukan Oleh: DESI EMELIA

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi pada saat ini seseorang. jawab dalam tantangan zaman. Oleh karena itu, hal ini merupakan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE RESITASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN FIQH TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH

RESPON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBERLAKUAN KURIKULUM 2013 DI MTsN LANGSA. Skripsi. Diajukan Oleh :

STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2013 M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQUR AN HADIST MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DI MTsS BUSTANUL HUDA KOTA LANGSA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

Transkripsi:

URGENSI MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN ACEH TIMUR SKRIPSI Diajukan Oleh : MAHLIAWATI Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Jurusan/Prodi : Tarbiyah /PAI NIM : 110704492 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN 2012M / 1433 H

Telah Dinilai OlehPanitia Sidang Munaqasyah Skripsi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Zawiyah Cot Kala Langsa, Dinyatakan Lulus dan Diterima Sebagai Tugas Akhir Penyelesaian Program Studi (S-1) Dalam Ilmu Syariah Pada Tanggal : Langsa, DI LANGSA, 24 November 2014 DEWAN PENGUJI SKRIPSI Ketua, Sekretaris, YUSAINI, MPD SYAMSUL RIZAL, M.Si Anggota, Anggota, Dr. SULAIMAN IBRAHIM, MA MAHYIDDIN, S.Ag, MA Mengetahui : Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa Dr. ZULKARNAINI. MA Nip. 19670511 199002 1 001

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah suatu yang penting bagi kehidupan manusia, bahkan bisa dikatakan hal yang paling penting sebagai akal kehidupan manusia. Ini dikarenakan, meskipun manusia mempunyai intelektualitas yang tinggi, namun jika tidak di imbangi dengan akhlak yang mulia, maka yang muncul hanyalah sifat-sifat yang tidak baik dari diri manusia tersebut. Akhlak jugalah yang membedakan antara manusia dengan binatang, jadi apabila manusia tidak mmpunyai akhlak yang mulia mungkin manusia tersebut akan bisa lebih buruk dari pada hewan. 1 Di zaman globalisasi ini, kriminalitas kerap kali terjadi dimana-mana, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, perkelahian, penganiaan, pemakai narkoba, free seks, dan sebagainya seolah menjadi pemandangan yang biasa dan hampir setiap hari menjadi tontonan yang menghiasi televisi dan juga surat kabar di Indonesia. Sungguh hal yang sangat ironis dan memperhatikan, apalagi jika dilihat bahwa Indonesia adalah negara yang paling banyak kaum muslimnya di seluruh dunia. 2 Berbagai fenomena perilaku tersebut juga berpengaruh terhadap peserta didik, yang pada dewasa ini seperti tawuran, penyalah gunaan obat-obatan terlarang dan piskotropika, perilaku seksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian, gagal UAN dan 1 Musliadi, Usaha-usaha Guru Agama Islam Dalam Menanggulangi Kemerotan Ahklak Siswa, ini adalah skripsi di STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Tahun 2013, dan tidak di Publikasikan, h. 6. 2 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perpekstif Perubahan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 12. 1

lain sebagainya, menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab dan memecahkan berbagai persoalan tersebut diatas. Hal ini mengindifikasikan perlu adanya upaya pendekatan selain proses pembelajaran guna memecahkan berbagai masalah tersebut. Upaya tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan yang dilakukan di luar situasi proses pembelajaran. 3 Terhadap makhluk lainnya sesuai dengan suruhan dan larangan Al-Qur an dan Dalam dunia pendidikan, ahklak menjadi masalah yang mendapatkan perhatian yang lebih banyak disorot. Hal itu dikarenakan akhlak adalah cerminan manusia, apabila akhlaknya baik, tentu saja melahirkan perbuatan manusia yang baik, baik terhadap Allah, diri sendiri, ataupun Hadist. Proses pembelajaran di dalam kelas memiliki waktu yang terbatas. Di satu sisi pendidik (guru) dituntut untuk menyampaikan pengetahuan seluas-luasnya kepada peserta didik. Di sisi lain, sesuai fungsinya sebagai pembimbing, guru pun dituntut untuk membantu memecahkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Merupakan hal yang amat sulit apabila keduanya dilakukan pada saat bersamaan ketika melakukan proses pembelajaran guna membantu peserta didik memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. 4 Bimbingan yaitu suatu proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri. sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak 3 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 2. 4 Ibid., h. 4.

secara wajar. Sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahgian hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan secara optimal sebagai makhluk sosial. 5 Sedangkan konseling, tidak mudah untuk menjawab pertanyaan ini, palagi jika jawaban itu harus dapat diterima dan memuaskan sebagaimana istilah bimbingan. Istilah konseling pun sering mengalami perubahan dan perkembangan. 6 Menurut Maclean, dalam sherzer dan Stone, konseling yaitu suatu proses yang terjadi dalam hubungan antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih yang berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecah-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi. 7 Dalam Undang-Undang No. 20/ 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (6) ditegaskan bahwa konselor termasuk ke dalam kategori pendidik. Berdasarkan undang-undang di atas secara eksplisit menunjukkan bahwa konselor adalah pendidik yang tugas utamanya: pertama, mewujudkan suasana belajar, dan kedua, mewujudkan suasana pembelajaran. 8 Suasana yang dimaksudkan adalah kondisi yang terjadi pada diri klien yang menjalani proses konseling. Suasana belajar yang ekfektif pada diri klien 5 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 2. 6 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.99. 7 Ibid., h. 100. 8 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah..., h. 105.

dapat diwujudkan melalui proses konseling yang efektif. Proses pembelajaran (proses konseling) merupakan kondisi yang secara dinamis, strategis dan langsung dikembangkan oleh konselor terhadap klien. Untuk bisa mewujudkan proses konseling (proses pembelajaran) yang efektif, konselor (terlebih konselor profesional) dituntut untuk menguasai kompetensi (keterampilan) yang mendukung profesinya. Perlunya aqidah akhlak sebagai panduan dan diterapkan kedalam program bimbingan konseling agar dapat memperbaiki nilai-nilai aqidah akhlak siswa, serta menanamkan nilai-nilai rohani yang dapat dijadikan sebagai motivasi/spirit agar siswa lebih sadar akan tingkah laku yang baik dan benar untuk dilakukan. Masalah bimbingan dan konseling hingga sekarang ini masih belum tuntas dihadapi oleh pendidik karena lingkungan era globalisasi yang mempengaruhi siswa kurang berperilaku baik dan malas belajar segingga hasil belajarnyapun menurun. Hal ini berkaitan dengan salah satu lembaga di SMP Negeri 1 Sungai Raya yang mana masih sering siswanya keluar pada saat jam pelajaran, dan aqidah akhklak peserta didik masih dinilai kurang baik. Untuk itu, pentingnya mata pelajaran aqidah akhlak diterapkan terhadap program bimbingan konseling untuk menanggulangi dan memecahkan masalah yang ada di sekolah terutama masalah siswa. Permasalahan yang dihadapi para siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun, hal ini disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak terletak di luar sekolah.

Disinilah dirasakan pentingnya layanan bimbingan konseling disamping kegiatan pengajaran. 9 Namun upaya bimbingan konseling pada saat ini tidak cukup mampu menanggulangi kenakalan remaja, hal ini dirasakan pada sekolah SMP 1 Sungai Raya dimana anak didik kerap kali mendapat panggilan guru bimpen untuk mendapatkan pengarahan dan nasihat, namun untuk menghadapi penyakit sosial yang semakin meningkat perlu adanya suatu tambahan pada bimbingan konseling. Hal ini memerlukan suatu pemikiran bagaimana merumuskan bentuk penanggulangan yang afektif. 10 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil melakukan penelitian yang berjudul, Urgensi Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Sungai Raya Kab. Aceh Timur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam hal ini dapat diambil beberapa rumusan masalah antara lain: 1. Bagaimanakah mata pelajaran Aqidah Akhlak penting dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Sungai Raya Kab. Aceh Timur? 9 Fatimah, Manajemen Pembelajaran Aqidah Ahklak Dalam Membentuk Ahklaqul Karimah Siswa di MTsN Langsa, ini adalah skripsi di STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Tahun 2013, dan tidak di Publikasikan, h. 6 10 Musliadi, Usaha-usaha Guru Agama Islam Dalam Menanggulangi Kemerotan Ahklak Siswa, ini adalah skripsi di STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Tahun 2013, dan tidak di Publikasikan, h. 6.

2. Bagaimanakah guru bimpen mengkombinasikan mata pelajaran Aqidah Aqidah Akhlak dalam bimbingan dan konseling? 3. Bagaimana dampak mata pelajaran aqidah ahklak terhadap bimbingan konseling di SMP 1 Sungai raya Kab. Aceh Timur? C. Penjelasan Istilah Sebelum melanjutkan lebih lanjut, ada sebaiknya penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan, baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya, karena setiap kata dan istilah mempunyai arti yang tertentu dan dapat meragukan seseorang sehingga menimbulkan pengertian yang berlainan dengan objek pembahasan, adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah : 1. Urgensi Urgensi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti mendesak sekali pelaksanaannya, sangat penting (gawat, mendesak, memerlukan tindakan segera). 11 Urgensi yang penulis maksud di sini adalah urgensi pelajaran Aqidah Akhlak terh dap pelaksanaan bimbingan dan konseling kepada siswa. 2. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Mata pelajaran Aqidah Akhlak dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yaitu pendidikan dengan melalui ajaran Agama Islam yaitu berupa bimbingan dan arahan terhadap anak didik. Untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan 2005), h. 579. 11 WJS Poerwadarrminta, Kamus Bahasa Umum Indonesia, (Surabaya : Mitra Pelajar,

bimbingan, pengajaran dan latihan untuk mengkaji dan meneliti aspek perilaku dan perbuatan manusia. Ia menilai dari segi baik atau buruknya perbuatan itu, apa yang patut dan apa yang tidak patut dilakukan oleh seseorang. Jika ajaran akhlak diabaikan, maka kesempurnaan hidup seorang mukmin tidak akan tercapai baik di dunia maupun di akhirat. 12 Pelajaran akidah akhlak yang penulis maksudkan disini adalah pendidikan Aqidah Akhlak yang diajarkan kepada siswa di SMP Negeri 1 Sungai Raya Kab. Aceh Timur. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan merupakan laksana yang berarti umpama, misalkan, seperti, dan sebagainya. Bila kata laksana diberi awalan pe dan akhiran an maka menjadi pelaksanaan yang artinya perbuatan usaha yang dilaksanakan untuk mencapai rencana atau teori tertentu. 13 Pelaksanaan yang penulis maksudkan di sini adalah pentingnya guru Aqidah Akhlak mengadakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling lebih ketat untuk menanggulangi dan memecahkan masalah yang ada di sekolah terutama masalah siswa. 4. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling terdiri dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Di sini penulis akan membahasnya satu persatu demi tercapainya maksud dan tujuan yang akan dicapai. Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang 12 Ibid., h. 271. 13 WJS Poerwadarrminta, Kamus Bahasa Umum Indonesia,..., h. 177.

dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencaapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. 14 Secara etimologis, istilah konseling berasal dari Bahasa latin, yaitu consilium yang berarti dengan atau bersaama yang dirangkai dengan menerima atau memahami. Sedangkan dalam bahasa Aglo-Saxon, istilah konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan atau menyampaikan. 15 Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseling dibantu untuk memahami diri sendiri, ya masa depan yang dapat keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia diciptakan dengan menggunakan potensi yang dimikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseling dapat belajar bagaimana memecahkan masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. 16 D. Tujuan Penilitian Sebagaimana layaknya suatu usaha mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Begitu pula dengan pembahasan karya tulis ini. Berdasarkan rumusan 14 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan,..., h. 2. 15 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.99. 16 Ibid.,

yang terdapat pada penulisan skripsi ini, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pentingnya mata pelajaran aqidah akhlak dalam pelaksanaan bimbingan konseling di SMP Negeri 1 Sungai Raya Kab.. Aceh Timur. 2. Untuk mengetahui strategi apa saja yang digunakan guru bimpen di SMP Negeri 1 Sungai Raya menggunakan Aqidah Akhlak dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. 3. Untuk mengetahui dampak yang diperoleh dari hasil mata pelajaran aqidah ahklak terhadap bimbingan konseling. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penitian yang penulis lakukan adalah : 1. Sebagai sumbangan bagi dunia Kepustakaan khususnya Jurusan Tarbiyah Prodi PAI di STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. 2. Memberi informasi kepada penulis serta pembaca mengenai urgensi mata Pelajaran Aqidah Akhlak terhadap Bimbingan Konseling 3. Diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat menjadi pegangan atau pedoman bagi guru bimpen mengenai urgensi mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap bimbingan konseling. F. Studi Pustaka Mata pelajaran Aqidah Ahklak merupakan salah satu pelajaran pokok untuk mendidik dan membina tingkah laku dan moral anak didik atau siswa. Di

setiap sekolah mata pelajaran aqidah ahklak selalu dimasukkan kedalam mata pelajaran inti, terutama di sekolah agama. Mata pelajaran Aqidah Ahklak telah banyak dikaji dalam karya-karya ilmiahkhususnya skripsi. Namun belum ada yang mengetengahkan kombinasi mata pelajaran aqidah ahklak kedalam bimbingan konseling, di antara skripsi yang membahas mata pelajaran Aqidah Ahklak misalnya karya mariani, musliadi, dan fatimah, ketiganya dari Jurusan Tarbiyah STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. Dari hasil penulisan itu, adapun dari penulisan itu Mariani menilai bahwa mata pelajaran aqidah ahklak merupakan pembinaan atau arahan terhadap siswa yang diberikan disekolah, hanya saja fokus dari pembahasan terletak pada adanya siraman-siraman rohani yang diberikan oleh guru pendidik setiap mengajar. Analisis yang digunakan berupa tinjauan dari segi ahklak yang ditampilkan oleh siswa dilihat dari perkembangan tingkah laku siswa setiap hari disekolah. Musliadi dalam skripsinya mengetengahkan usaha-usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap kemerosotan ahklak siswa, yang membahas langkanglangkah apa saja yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi tingkah laku siswa yang merosot. Selanjutnya Fatimah hanya membahas manajemen pembelajaran aqidah ahklak dalam membentuk ahklaqul karimah, disini fatimah hanya membahas managemen dan pengarahan pembelajaran aqidah ahklak skripsi terhadap siswa, sehingga terbentuk ahklaqul karimah. Ketiga skripsi ini hanya membahas pola dalam memberikan mata pelajaran aqidah ahklak. 17 17 Musliadi, Usaha-usaha Guru Agama Islam Dalam Menanggulangi Kemerotan Ahklak Siswa, ini adalah skripsi di STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Tahun 2013, dan tidak di Publikasikan.

Mutia rahmadani dalam skripsinya pengaruh aqidah ahklak terhadap perubahan moral anak didik di SMP Negeri 7, ia menilai bahwa aqidah ahklak ini sebagai suatu ajaran yang mengajarkan cara untuk medekatkan diri kepada Allah SWT, di samping sebagai suatu ajaran pemngarahan serta binaan, ia juga meninjau pada segi faedah pembelajaran aqidah ahklak tersebut yang ditimbulkan dari adanya pengajaran mata pelajaran aqidah ahklak tersebut dan dianalisis. 18 Penelitian di atas menurut hemat penulis memang membahas tentang mata pelajaran aqidah ahklak, kendatipun demikian, pembahasannya masih bersifat umum. Sehingga mata pelajaran aqidah ahklak merupakan salah satu pelajaran inti di setiap sekolah terutama sekolah agama yang hanya dimaknai melalui sudut pandang pelajaran semata. Sedangkan sudut pandang demikian sesungguhnya bukanlah kekeliruan, tetapi belum mencukupi manakala pemaknaan tersebut diarahkan pada konteks pembinaan, dimana relevansi antar penyampaianpenyampaian mata pelajaran Aqidah ahklak yang ada belum mampu merubah pola tingkah laku anak didik. Sepanjang penulis ketahui, belum ada pembahasan mengenai mata pelajaran aqidah ahklak yang dikombinasikan secara khusus kedalam bimbingan konseling, sehingga kajian mengenai urgensi mata pelajaran aqidah ahklak terhadap bimbingan konseling yang akan diketengahkan dan dibahas di sini bukanlah sebuah peniruan. Karena itu, penulisan ini berbeda dengan penulisan tersebut. 18 Mutia rahmadani, Pengaruh Aqidah Ahklak Terhadap Perubahan Moral Anak Didik di SMP Negeri 7, ini adalah skripsi di STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Tahun 2013, dan tidak di Publikasikan.