BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan disajikan tabel-tabel yang menggambarkan

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR. v. DAFTAR ISI.ix. DAFTAR SKEMA... xii. DAFTAR TABEL xiii. DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya, terutama kebutuhan interpersonal dan emosional. Selain bertumbuh secara

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai status intimacy pada pria homoseksual di X Bandung dengan

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang muncul biasanya pada area sosial, emosi, kognisi, dan fungsi

ABSTRAK Studi Kasus mengenai Status Intimacy pada Istri yang Memiliki Anak Autistik di Pondok Terapi X, di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dirinya adalah seorang homoseksual. Hal ini karena di Indonesia masih banyak

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. struktur nilai dan norma-norma pada masyarakat. Salah satunya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

Abstrak. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya disebut juga dengan mahluk sosial, karena. membutuhkan keberadaan individu lain untuk mendukung kelangsungan

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

Judul...i. Pengesahan Pembimbing...ii. Abstrak...iii. Kata Pengantar...iv. Daftar Isi...vii. Daftar Tabel...xi. Daftar Bagan...xii

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

Special dedication for Papa, mama, mba ivie dan Adhitya Agusta Sembiring

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

II. TEMAN DEKAT A. PERTANYAAN UMUM TENTANG TEMAN DAN SAHABAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perkembangan Sepanjang Hayat

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN TEORI. memiliki arti innermost, deepest yang artinya paling dalam. Intimacy

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DALAM LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI PACARAN YANG SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB III TEMUAN PENELITIAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting mempengaruhi kesehatan psikologis suatu individu. Ketika individu

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4. Hasil dan Pembahasan. Profil responden disajikan untuk memberikan gambaran dan juga analisa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

DAFTAR ISI. ABSTRAK iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI.vi DAFTAR BAGAN ix DAFTAR TABEL..x DAFTAR LAMPIRAN..xi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB 5 Simpulan, Diskusi, dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan,

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL. LEMBAR PENGESAHAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah..

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF ATRIBUT PADA MAHASISWA S1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SARAH F FATHONI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

Transkripsi:

58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN 4.1.1. Gambaran responden Pada bagian ini akan disajikan tabel-tabel yang menggambarkan responden penelitian. Tabel 4.1. tabel persentase responden berdasarkan usia Usia Jumlah Persentase 30 21 47.72% 31 10 22.72% 32 7 15.90% 33 4 9.09% 34 1 2.27% 35 1 2.27% Total 44 100.00% Dari hasil penelitian terhadap 44 orang karyawati bank X Bandung yang belum menikah terdapat 47.72% responden yang berusia 30 tahun, 22.72% berusia 31 tahun, dan 15.90% berusia 32 tahun. Sisanya menyebar pada usia 33-35 tahun. Tabel 4.2. Tabel persentase responden berdasarkan lamanya masa berpacaran Masa Pacaran Jumlah Persentase 1 tahun 1 tahun 11 bulan 8 18.19% 2 tahun 2 tahun 11 bulan 15 34.09% 3 tahun 3 tahun 11 bulan 4 9.10% 4 tahun 4 tahun 11 bulan 6 13.63% 5 tahun ke atas 11 25% Total 44 100.00% Melihat dari lamanya masa pacaran yang telah dijalin, persentase terbesar berada pada masa pacaran 2 tahun 2 tahun 11 bulan yaitu 34.09% dan persentase yang cukup besar juga terdapat pada masa pacaran 5 tahun ke atas yaitu 25%.

59 Tabel 4.3. Tabel persentase responden berdasarkan pengalaman berpacaran Pengalaman berpacaran Jumlah Persentase 1 kali 18 40.91% 2 kali 6 13.64% 3 kali 15 34.11% 5 kali 3 6.82% > 5 kali 2 4.55% Total 44 100.00% Melihat dari pengalaman berapcaran, persentase terbesar berada pada pengalaman berpacaran 1 kali yaitu 40.91% dan pengalaman berpacaran 3 kali yaitu 34.11%. 4.1.2. Hasil penelitian Berdasarkan pengolahan data penelitian terhadap jawaban kuesioner reponden menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.4. Tabel Status Intimacy NO STATUS INTIMACY Jumlah PERSENTASE 1 Isolate 0 0 % 2 Stereotyped Relationship 0 0 % 3 Pseudointimate 0 0 % 4 Merger Uncommitted 1 2.3 % 5 Merger Committed 11 25 % 6 Pre intimate 8 18.2 % 7 Intimate 24 54.5 % Persentase tertinggi status intimacy responden berada pada status Intimate (54.5%) dan persentase terendah adalah Merger Uncommitted (2.3%). Disamping itu, terdapat juga karyawati Bank X yang berstatus Merger Committed (25%) dan Preintimate (18.2%). Dan dari hasil penelitian ini, ternyata tidak ada seorangpun dari antara karyawati Bank X yang berstatus Isolate, Stereotyped dan Pseudointimate.

60 Tabel 4.5. Tabel Persentase berdasarkan 9 aspek dalam intimasi Komitmen Komunikasi Aspek Taraf Jumlah Persentase 35 Orang 79.5% 9 Orang 20.5% 0 0% Perhatian dan kasih sayang Pengetahuan akan sifat-sifat pasangan Perspective taking Kekuasaan dan pengambilan keputusan Mempertahankan minat-minat pribadi Penerimaan terhadap keterpisahan dari pasangan Ketergantungan terhadap pasangan 39 Orang 5 Orang 0 40 Orang 4 Orang 0 11 Orang 32 Orang 1 Orang 28 Orang 14 Orang 2 Orang 31 Orang 13 Orang 0 25 Orang 17 Orang 2 Orang 25 Orang 19 Orang 0 10 Orang 34 Orang 0 88.6% 11.4% 0% 90.9% 9.1% 0% 25.0% 72.7% 2.3% 63.6% 31.8% 4.5% 70.5% 29.5% 0% 56.8% 38.6% 4.5% 56.8% 43.2% 0% 22.7% 77.3% 0% Dalam melihat status intimacy karyawati bank X, perlu diperhatikan sembilan aspek yang terkandung di dalamnya. Mengingat keberadaan sembilan aspek tersebut sangat menentukan status yang terbentuk dalam diri setiap individu. Dengan melihat data hasil penetian tampak hal-hal sebagai berikut : Terdapat 79.5% dari responden yang memiliki derajat komitmen pada taraf tinggi, 88.6% memiliki derajat komunikasi pada taraf tinggi, 90.9% memiliki derajat parhatian dan kasih sayang pada taraf tinggi, 63.6% memiliki derajat perspective taking pada taraf tinggi, 70.5% memiliki derajat kekuasaan dan pengambilan keputusan pada taraf tinggi, 56.8% mampu mempertahankan minat-minat pribadi dalam

61 derajat yang tinggi, 56.8% mampu menerima keterpisahan dari pasangan dalam derajat yang tinggi. Terdapat pula 77.3% responden memiliki derajat yang sedang dalam hal ketergantungan terhadap pasangan, dan 72.7% memiliki pengetahuan akan sifat pasangan dalam derajat yang sedang. 4.2. PEMBAHASAN Hasil penelitian terhadap 44 orang karyawati bank X yang berusia 30-35 tahun yang saat ini sedang menjalani hubungan berpacaran diketahui persentase terbesar status intimacy adalah status Intimate (54.5%), dan presentase terkecil adalah Merger Uncommitted (2.3%). Dan terdapat pula yang berstatus Merger Committed (25%) dan Preintimate (18.2%). kan tidak ada seorangpun dari responden yang berstatus isolate, stereotyped dan pseudointimate (0%). Melihat fakta tersebut, tampak bahwa lebih dari separuh karyawati bank X telah mampu menjalin relasi yang mendalam dan terbuka dengan pasangannya serta mampu menjalin relasi yang bertahan lama dan disertai dengan komitmen terhadap pasangannya. (Tabel 4.4) Status intimacy mayoritas karyawati Bank X Bandung adalah intimate (54,5%), hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat lebih dari separuh responden yang mampu mencapai status tersebut. kan sisanya (45,5%) belum mampu mencapai status intimate. Hal tersebut dapat disebabkan oleh lamanya masa pacaran yang dijalin, dimana mayoritas responden berpacaran selama 2 tahun 2 tahun 11 bulan (34,1%) sehingga masih diperlukan proses untuk saling menyesuaikan diri, mengenal keinginan dan pribadi diri sendiri serta pasangan,

62 disamping itu diperlukan pula keinginan dari dua belah pihak untuk melakukan komitmen jangka panjang dalam hubungan yang sedang dijalin. (Lampiran 11) Dalam melihat status intimacy individu, Orlofsky (1993) melihat dua aspek yang sangat penting dalam menentukan status yang mungkin terbentuk dalam diri setiap individu yaitu aspek komitmen dan kedalaman relasi, yang dapat dicapai salah satunya dengan komunikasi. Ketujuh aspek lainnya berfungsi sebagai penunjang yang juga dapat turut menentukan status intimacy individu. kan Robert J. Sternberg (1993 dalam Santrock, 1997) memiliki pandangan bahwa cinta pada dasarnya terdiri atas dua tipe yang diistilahkan sebagai intimasi dan komitmen. Menurut pandangannya, intimasi diartikan dengan adanya perasaan emosional yang hangat, kedekatan dan mampu saling berbagi dalam hubungannya. kan komitmen adalah kemampuan menghargai suatu hubungan dan kemampuan untuk menjaga hubungan meskipun sedang mengalami masalah. Berkaitan dengan pandangan tersebut dan juga dengan mengacu pada masa perkembangan dewasa awal serta ditinjau dari segi usia yang sudah matang dan berada pada tahap usia yang umumnya sudah memasuki jenjang pernikahan, maka diharapkan para karyawati bank X yang berusia antara 30 35 tahun ini mampu mencapai status intimate, yaitu mampu membentuk relasi yang mendalam dan terlibat dalam suatu relasi yang bertahan lama dan disertai dengan komitmen jangka panjang terhadap pasangannya. Status intimacy karyawati bank X berusia 30-35 tahun yang umumnya berada pada status intimate ini perlu juga memperhatikan sembilan aspek yang terkandung di dalamnya, mengingat keberadaan sembilan aspek tersebut sangat

63 menentukan status yang terbentuk dalam diri setiap individu. Cukup tingginya persentase karyawati bank X yang berada pada status intimate diharapkan disertai oleh kemampuan karyawati bank X untuk bisa melibatkan diri dengan pasangan dan sudah memiliki rencana masa depan, merasa ingin mengenal pasangannya sebaik dirinya sendiri serta mengutamakan kualitas dari hubungan, mampu melakukan komunikasi serta merasa nyaman dalam berbagi dengan pasangan, termasuk mampu mengekspresikan rasa marah maupun perhatian secara terbuka terhadap pasangan. Selain itu juga harus mampu menyayangi pasangannya secara sungguh-sungguh dan memiliki pengetahuan yang kaya akan sifat-sifat pasangan sebagai individu yang unik dan spesial. Disamping itu, diharapkan pula untuk dapat melihat sudut pandang pasangan yang mungkin berbeda dan menilai pandangan tersebut. Dalam hal kekuasaan dan pengambilan keputusan, tidak mengkontrol salah satu pihak melainkan dapat saling mengambil nilai positif yang menguntungkan dua pihak. Dalam hal mempertahankan minatminat pribadi, mampu untuk tetap mempertahankan minat pribadi sambil tetap memperhatikan kebutuhan dan keinginan pasangan. Dalam hal keterpisahan dari pasangan, mampu berdiri sendiri bahkan mampu mendukung pasangan untuk mandiri. Dalam hal ketergantungan terhadap pasangan, mampu bersikap objektif yaitu mampu menempatkan diri dengan baik dalam hubungan dengan pasangan (Orlofsky, 1993). Berdasarkan fakta yang berhasil dihimpun 79.5% karyawati bank X Bandung memiliki komitmen yang tinggi terhadap pasangannya dan 88.6% mampu berkomunikasi dalam derajat yang tinggi dengan pasangannya. (Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran 1 dan 2) fakta-fakta

64 tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara fakta dengan teori yang diungkapkan oleh Orlofsky, 1993. Secara spesifik berbicara mengenai komitmen, Lerner & Hultsch (1983) mengatakan individu dewasa awal pada umumnya mampu menjalin relasi heteroseksual yang hangat dan terarah pada komitmen jangka panjang, hal ini dapat dilihat dari data penelitian mengenai komitmen sebagai berikut: terdapat 79.5% karyawati bank X yang memiliki derajat komitmen pada taraf tinggi, 20.5% memiliki komitmen pada taraf sedang, dan tidak ada seorang pun yang memiliki komitmen pada taraf rendah (tabel lampiran 1). Hal ini menunjukkan, hampir sebagian besar karyawati bank X Bandung menunjukkan komitmen jangka panjang dalam hubungannya, walaupun demikian ternyata masih cukup banyak karyawati bank X Bandung yang belum melibatkan komitmen jangka panjang dalam hubungannya. Keseluruhan fakta yang berhasil dihimpun mengenai komitmen menunjukkan bahwa dalam hubungan yang terjalin antara karyawati bank X Bandung dengan pasangannya memiliki komitmen jangka panjang, namun berbeda derajatnya. Perbedaan derajat yang dimaksud adalah kualitas dan durasi hubungan yang dijalin. Karyawati bank X dengan komitmen yang tinggi memiliki rencana masa depan dan mampu untuk melibatkan emosi dalam hubungannya, namun karyawati bank X dengan tingkat komitmen sedang memiliki perasaan yang bertentangan mengenai rencana masa depan atau dapat dikatakan keterlibatannya dengan pasangan bersifat ambivalen serta merasa bahwa dalam menjalin hubungan tidak diperlukan pemikiran yang mendalam. Hal ini mungkin terjadi karena pengalaman berpacaran yang sebagian besar baru satu

65 kali berpacaran (40.9%) sehingga dapat mempengaruhi kualitas dari komitmen yang berhasil dicapai.(tabel lampiran 12). Dalam suatu hubungan antara dua orang individu yang menjalin relasi berpacaran, keberadaan komitmen dalam hubungannya sangatlah penting. Apalagi bila mengingat usia individu yang berdasarkan tahapan perkembangan sudah mencapai tahap dewasa awal yang dapat dikatakan cukup matang untuk menjalin relasi jangka panjang yang disertai komitmen. Berdasarkan fakta yang berhasil dihimpun, terdapat 95.8% karyawati bank X Bandung berstatus intimate memiliki komitmen yang tinggi terhadap pasangannya. kan yang memiliki komitmen pada taraf sedang hanya 4.2% (tabel lampiran 1), dan tidak ada yang memiliki komitmen pada taraf rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas karyawati bank X telah memenuhi tugas tahap perkembangan dewasa awal yaitu mampu menjalin relasi jangka panjang serta memberikan komitmen dalam relasi yang dijalinnya. Komitmen yang tinggi dalam suatu hubungan berkaitan pula dengan kemampuan karyawati bank X untuk mengambil keputusan dalam hubungannya secara memadai. Hal ini dapat dilihat bahwa 91.7% karyawati bank X yang berstatus intimate memiliki kekuasaan dan pengambilan keputusan yang juga berada pada taraf tinggi. Hal ini dapat menunjukkan bahwa karyawati bank X Bandung mampu untuk saling menghargai dan mengambil keputusan yang adil bagi kedua belah pihak dalam arti tidak mengontrol pasangan atau membiarkan pasangan mengontrol dan memutuskan berbagai hal demi kepentingan salah satu pihak. (tabel lampiran 6)

66 Kemampuan karyawati bank X memberikan komitmen yang tinggi terhadap pasangannya juga berkaitan dengan kemampuan karyawati bank X untuk mempertahankan minat-minat pribadi. Hal ini dapat dilihat bahwa 62.5% karyawati bank X yang berstatus intimate mampu mempertahankan minat-minat pribadinya dalam derajat yang tinggi meskipun telah memiliki pasangan, dan hanya 37.5% yang berada dalam taraf sedang (tabel lampiran 7). Hal ini menunjukkan bahwa karyawati bank X menyadari akan kebutuhan pribadi serta kepentingan pasangan, yang dapat dikatakan bahwa karyawati bank X Bandung memiliki komitmen yang tinggi terhadap hubungan yang dijalin karena mereka mampu untuk menyeimbangkan antara keinginan untuk tetap melakukan minatminat pribadi namun tetap memperhatikan kebutuhan dan kepentingan pasangan dalam hubungannya. Komitmen juga berkaitan dengan kecenderungan karyawati bank X untuk tergantung kepada pasangannya. Dari data penelitian terdapat 95.8% karyawati bank X yang berstatus intimate memiliki derajat ketergantungan terhadap pasangan dalam taraf sedang, dan hanya 4.2% karyawati bank X berstatus intimate yang memiliki derajat ketergantungan yang tinggi terhadap pasangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawati bank X Bandung mampu menempatkan diri dengan baik dalam hubungannya dengan pasangan sehingga mengetahui saat kapan harus mandiri atau tergantung pada pasangannya. (tabel lampiran 9) Dari hasil tabulasi silang antara status intimacy dengan aspek perspectivetaking diperoleh hasil bahwa karyawati bank X berstatus intimate memiliki derajat perspective-taking yang tinggi (88.3%) dan hanya 16.7% yang memiliki

67 derajat perspective-taking yang sedang.(tabel lampiran 5) Hal ini menunjukkan bahwa karyawati bank X telah mampu untuk melihat dan menghargai sudut pandang pasangan yang mungkin berbeda dengan dirinya, sehingga hal tersebut dapat memampukan mereka untuk menghadapi resiko-resiko yang mungkin muncul dalam hubungannya yang berkaitan dengan masalah prinsip dan sudut pandang yang berbeda. Komunikasi yang mendalam dalam suatu hubungan juga sangat penting peranannya, karena komunikasi merupakan hal yang pokok dalam suatu hubungan, khususnya dengan pasangan. Apabila hubungan dengan pasangan tidak disertai dengan komunikasi yang timbal balik maka tidak akan terjalin hubungan yang sehat. Mayoritas karyawati bank X Bandung (88.6%) memiliki derajat komunikasi yang barada pada taraf tinggi, sedangkan yang berada pada taraf sedang hanya 11.4%..(Tabel lampiran 2) Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Orlofsky (1993) bahwa status intimate dapat tercapai bila disertai keterbukaan dalam komunikasi Karyawati bank X yang berstatus intimate pada umumnya mampu untuk membangun suatu hubungan dengan intensitas komunikasi yang mendalam, yang artinya mampu untuk bersikap terbuka dan ekspresif terhadap pasangannya. Komunikasi yang mendalam ini cukup selaras dengan penghayatan diri sebagian besar karyawati bank X berstatus intimate yang menghayati dirinya sebagai orang yang terbuka untuk mengungkapkan berbagai hal kepada pasangan serta terbuka terhadap masukan dari pasangan ( 37.5%).(Tabel lampiran 14)

68 Komunikasi yang cukup mendalam dan terbuka ini berkaitan pula dengan kemampuan karyawati bank X untuk memberikan perhatian dan kasih sayang secara memadai kepada pasangannya. Hal ini dapat dilihat bahwa secara keseluruhan 90.9% karyawati bank X telah mampu memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap pasangannya dalam taraf yang tinggi. Secara khusus 91.7% karyawati bank X yang berstatus intimate mampu memberikan perhatian dan kasih sayang dalam derajat yang tinggi dan hanya 8.3% yang memberikan perhatian dan kasih sayang dalam derajat yang sedang.(tabel lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa karyawati bank X mampu mengkomunikasikan perasaannya dalam bentuk memperhatikan dan menyayangi pasangan dengan sungguh-sungguh dan tidak memiliki perasaan yang bertentangan mengenai hal tersebut. Hal tersebut juga tampak pada data penunjang penelitian ini (tabel lampiran 14), bahwa dalam pemilihan pasangan, karyawati bank X yang sedang menjalin hubungan berpacaran ini 40.9% cenderung bersikap terbuka untuk mengungkapkan berbagai hal kepada pasangan dan juga terbuka untuk menerima masukan dari pasangan. Selain itu, sebagian besar (61.4%) responden memaknakan dirinya mandiri dalam hubungan dengan pasangan. Kemampuan karyawati bank X untuk mengenal sifat sifat pasangannya secara memadai juga cukup penting. Dapat dilihat bahwa 72.7% karyawati bank X berstatus intimate memiliki pengetahuan akan sifat-sifat pasangan yang berada pada taraf sedang, 25% pada taraf tinggi, dan 2.3% berada pada taraf rendah.(tabel lampiran 4) Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas karyawati bank X belum cukup mengenal kelebihan dan kekurangan pasangan serta belum

69 menemukan keunikan pasangan. Keterbatasan pengetahuan karyawati bank untuk mengenal pasangannya dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karyawati bank mengenai kelanjutan hubungannya.

70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Status intimacy sebagian besar karyawati yang belum menikah di Bank X Bandung adalah intimate (54.5%). 2. Aspek-aspek yang berada pada derajat yang tinggi dalam status intimacy individu adalah aspek komitmen (79.5%), komunikasi (88.6), perhatian dan kasih sayang (90.9%), perspective-taking (63.6%), kekuasaan dan pengambilan keputusan (70.5%), mempertahankan minat-minat pribadi (56.8%), dan penerimaan terhadap keterpisahan dari pasangan (56.8%). 3. Aspek-aspek yang berada pada derajat yang sedang dalam status intimacy individu yaitu aspek pengetahuan akan sifat-sifat pasangan (72.7%) dan ketergantungan terhadap pasangan (77.3%). 4. Dalam melihat status intimacy individu, tampak indikasi bahwa tingginya aspek komitmen mempunyai hubungan yang cukup erat kaitannya untuk mencapai status intimacy yang intimate. 5.2. SARAN Dengan melihat hasil yang didapatkan dari penelitian ini, maka penulis memberikan beberapa saran : 1. Kaum wanita khususnya wanita bekerja dapat memakai hasil penelitian ini sebagai informasi dalam menjalin hubungan dengan pasangan, agar relasi

71 yang dijalin lebih terbuka sehingga mampu untuk mengenal kelebihan dan kekurangan pasangan, hangat dan juga disertai dengan komitmen jangka panjang. 2. Konselor keluarga dapat memakai hasil penelitian ini sebagai informasi dalam melakukan konseling terhadap wanita dan pasangannya, agar lebih mengetahui status intimacy dirinya dan bagaimana membina hubungan yang hangat dan mendalam dengan pasangannya. 3. Bagi rekan-rekan yang bermaksud melanjutkan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk meneliti mengenai hubungan status intimacy dengan kemampuan berkomitmen pada wanita karir sehingga dapat diketahui bagaimana hubungan antara kedua hal ini. 4. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk meneliti hubungan antara lamanya masa berpacaran dengan status intimacy individu pada pria dan wanita.