BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEGUNAAN MAGNET PADA KEHIDUPAN SEHARI-HARI

MEDAN MAGNET OLEH: ANDI SULIANA (15B08050) Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNM 2016

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer.

KEMAGNETAN. Magnet. Dapat dibedakan menjadi. Cara membuat bentuk Cara membuat

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

KEMAGNETAN. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPA berasal dari kata sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. Sains

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?

MAGNETISME 2.1 Pengertian Magnet

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GAYA DAN GERAK Oleh : Sahir, S.Pd Guru Kelas SDN Karangsambung 01

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Galvanometer. 1. Cara / Prinsip Kerja, Fungsi dan Komponen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

Standar Kompetensi : 5.Memahami hubungan antara gaya, gerak dan energi, serta fungsinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan konsep IPA yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 3. KEMAGNETAN DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETLatihan Soal 3.1

LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : KADEK BELA PRATIWI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI. IPA mempelajari tentang bagaimana cara mencari

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

Inisiasi 3 (MAGNET LISTRIK)

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

47. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Via Ulfah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar,

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA SD

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan poengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Proses pembelajarannya menekannkan pada poemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA di arahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu pesrta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA(Harsono, 1993) diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. 2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. 3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung 4

5 pada kecepatan yang berbeda. Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar Sains tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan kedalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scintientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri yang difalitasi oleh guru). 2.1.2 Pengertian Hasil Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui

6 belajar. Namun demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Syah, Muhibbin (1997: 91-92) menyatakan bahwa hasil belajar juga dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu secara kuantitatif, institusional, dan kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek insitusional atau kelembagaan menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam angka-angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman dan penafsiran siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan definisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah mengikuti program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakiakt IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Dalam segi produk, siswa diharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehahri-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

7 demikian, hasil belajar hasil belajar yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk, proses, dan sikap ilmiah. Contoh dalam materi gaya magnet, dimensi produk yang akan diperoleh siswa adalah pemahaman konsep tentang pengertian gaya, macam-macam gaya, dan pengaruh gaya terhadap benda. Dari dimensi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuan tentang berbagai macam jenis gaya dan mampu mengkomunikasikan gagasan tentang pengaruh gaya magnet terhadap bentuk benda dan gerak benda. Serta siswa juga diharapkan dapat menerapkan konsepkonsep tentang gaya magnet dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan dari dimensi sikap ilmiah yang akan diperoleh siswa meliputi sikap ingin tahu mengenai berbagai macam gaya magnet dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan berbagai macam permasalahan tentang gaya magnet dan pengaruhnya terhadap benda. 2.1.3 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Tujuan mata pelajaran IPA di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang termuat di dalam standar isi (Permendiknas 22 / 2006) adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

8 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP / MTS. 2.1.4 Pengertian Magnet dan Gaya Magnet Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai medan magnet. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesian. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di wilayah Turki) dimana terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut. Pada saat ini suatu magnet adalah materi yang mempunyai suatu medan magnet. Materi tersebut bisa berupa magnet tetap atau magnet tidak tetap. Magnet yang sekarang ini adalah magnet buatan. Magnet selalu memiliki dua kutub, yaitu kutub utara (North/N) dan kutub selatan (South/S). Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap memiliki dua kutub. Magnet dapat menarik benda lain. Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Berdasarkan sifat magnetnya benda dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Feromagnetik (benda yang dapat ditarik kuat oleh magnet) Conth: besi, nikel, baja dan kobal. 2. Paramagnetik (benda yang dapat ditarik magnet dengan lemah) Contoh: platina dan aluminium. 3. Diamagnetik (benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet) Contoh: seng dan bismut. Ciri-ciri magnet : 1. Dapat menarik logam tertentu. 2. Gaya tarik terbesar berada pada kutubnya. 3. Selalu menunjukkan arah Utara dan Selatan bila digantung bebas. 4. Memiliki dua kutub. 5. Tarik menarik bila tak senama. 6. Tolak menolak bila senama.

9 Cara membuat magnet dapat dilakukan dengan menggunakan 3 cara, yaitu : gosokan, induksi, dan aliran listrik / elektromagnetik. 1. Cara gosokan adalah membuat magnet dengan cara menggosok-gosokkan magnet pada besi atau baja yang akan kita jadikan magnet buatan. Lakukan dengan searah, minimal 60 kali. Gambar 2.1 Membuat magnet dengan cara digosok 2. Cara induksi adalah cara membuat magnet dengan mendekatkan magnet terhadap benda logam yang akan dijadikan magnet. Setelah beberapa saat benda logam tersebut akan menjadi magnet. Gambar 2.2 Membuat magnet dengan cara induksi 3. Cara aliran listrik adalah magnet yang dibuat dengan menggunakan arus listrik / elektromagnetik Gambar 2.3 Membuat magnet dengan cara elektromagnetik

10 Berbagai bentuk magnet buatan adalah sebagai berikut : Jarum U Batang Silinder/Tabung Ladam Gambar 2.4 Berbagai bentuk magnet Pada kehidupan sehari-hari magnet banyak berguna untuk keperluan antara lain : 1. Papan catur agar buah catur tidak mudah jatuh atau terguling. 2. Untuk menempatkan hiasan pada almari es atau mobil. 3. Speaker (pengeras suara) untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. 4. Ujung obeng biasa dibuat menjadi magnet untuk memudahkan mengambil dan memasang sekrup. 5. Ujung gunting untuk memudahkan mengambil jarum. 6. Pengunci kotak pensil dan almari es. 7. Kompas untuk mengetahui arah mata angin dan selalu menunjukkan arah utara selatan. Kutub utara magnet bumi berada di sekitar kutub selatan bumi, sedangkan kutub selatan magnet bumi berada di sekitar kutub utara bumi. Antara kutub utara magnet bumi dengan kutub selatan bumi tidak berhimpit. Akibat hal tersebut maka bila kita melihat kompas menunjukkan arah selatan, ini berarti tidak menunjuk persis arah selatan. Penyimpangan ini membentuk sudut yang disebut sudut deklinasi. Apabila kita membawa kompas dari katulistiwa menuju kutub bumi, maka kompas itu akan condong ke bawah atau ke atas. Kecondongan itu karena tertarik oleh kutub magnet bumi. Sudut yang dibentuk dari kecondongan kompas terhadap arah horisontal disebut dengan sudut inklinasi.

11 2.1.5 Penerapan Pendekatan Explicit Instruction dalam Pembelajaran IPA Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Adapun gambaran umum atau ciri-ciri dari model pembelajaran langsung (Explicit Instruction) dalam Kardi dan Nur (2000: 3) adalah sebagai berikut : 1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedural penilaian belajar. 2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. 3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Menyiapkan dan memotivasi siswa. Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran IPA tentang Gaya magnet dan pengaruhnya. 2. Menyampaikan tujuan, siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran IPA tentang gaya magnet dan pengaruhnya, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran IPA tentang Gaya Magnet dan Pengaruhnya. 3. Presentasi dan Demonstrasi, guru melaksanakan presentasi atau demosntrasi pengetahuan dan ketrampilan. Kunci keberhasilan kegiatan demonstrasi ialah tingkat kejelasan demonstrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi yang efektif.

12 4. Mencapai kejelasan, hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar. 5. Melakukan demonstrasi, siswa melaksanakan demonstrasi bersama dengan kelompoknya tentang magnet. 6. Mencapai pemahaman dan penguasaan. Untuk menjamin agar siswa akan mengamati dan memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti. Guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga benar. 7. Berlatih, agar dapat mendemostrasikan sesuatu dengan benar, diperlukan latihan yang intensif, dan memperhatikan aspek-aspek penting dari ketrampilan atau konsep yang didemonstrasikan. 8. Memberikan latihan terbimbing. Salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep atau ketrampilan pada situasi yang baru. Model belajar mengajar bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar. 2.1.6 Pendekatan Explicit Instruction Pendekatan Explicit Instruction atau pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah (Arends, 1997). Istilah lain yang biasa dipakai untuk menyebutkan model pembelajaran langsung yakni diantaranya training model, active teaching model, mastery teaching, dan explicit instruction. Adapun gambaran umum atau cirri-ciri dari model pembelajaran langsung (Explicit Instruction) dalam Kardi dan Nur, 2000 : 3 adalah sebagai berikut :

13 1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedural penilaian belajar. 2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran. 3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil. Membahas masalah belajar, para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural (Marx dan Winne, 1994, dalam Kardi & Nur, 200 : 4). Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan lembaga tertinggi, dan anggotanya ditetapkan untuk jabatan selama lima tahun. Sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara pemilihan dan penetapan anggota MPR. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan, tujuan, dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Fase persiapan dan motivasi ini kemudian diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang ketrampilan tertentu. Pelajaran itu termasuk juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau ketrampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997: 3) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan

14 pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan. Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau ketrampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Kelebihan pendekatan Explicit Instruction adalah sebagai berikut : 1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya. 2. Semua siswa aktif atau terlibat dalam pembelajaran. Kekurangan pendekatan Explicit Instruction adalah sebagai berikut : 1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama. 2. Hanya untuk mata pelajaran tertentu. Sintaks model pembelajaran langsung disajikan dalam 5 tahap, seperti ditunjukkan pada label berikut ini : Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan Fase 3 Membimbing pelatihan Fase 4 Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan persiapan Tabel 2.1 Sintaks Model Explicit Instruction Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pembelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Guru mendemonstrasikan ketrampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan. Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

15 2.2 Pengertian Alat Peraga Alat peraga ialah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik (KBBI 1988 : 21). Alat peraga ialah alat yang digunakan untuk memberi bentuk atau rupa tentang suatu pengertian agar pengertian itu mudah ditangkap dan dipahami (Bagian Proyek Pendidikan Pancasila 1993 : 59). Alat peraga atau Media Pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar ( muhammad Ali 1992 : 89). Alat peraga atau Media Pendidikan adalah alat metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi educatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Rustiyah 1986 : 61). Dari beberapa pengertian tentang alat peraga, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa alat peraga ialah suatu alat yang digunakan untuk membantu dalam mendidik atau mengajar, sehingga materi yang diajarkan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak didik secara efektif. Pengertian alat peraga IPA Alat peraga IPA yaitu suatu alat yang digunakan untuk membantu dalam mengajar khusus mata pelajaran IPA sehingga apa yang diajarkan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak didik. 2.3 Kajian Hasil Penelitian Dalam penelitian ini yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang telah dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperoleh dari belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau hasil ujian. Solusi pendekatan Explicit Instruction adalah Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pelajaran yang selalu menanamkan konsep melalui praktek. Dari praktek itulah diharapkan siswa mengalami sendiri. Dengan menggunakan model demonstrasi melalui pendekatan explicit instruction diharapkan siswa lebih aktif dan kreatif dalam

16 belajar dan disiplin dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga tumbuh rasa senang terhadap pelajaran IPA semakin baik. Dari hasil kajian teori di atas, pembelajaran IPA di SD bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai alamiah para siswa serta mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang maha Esa dan guru merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan pembelajaran IPA di SD. Oleh karena itu, sebagai guru kita dituntut mempunyai kemampuan untuk dapat menyampaikan bahan pembelajaran IPA pada siswa dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Indikator aktifitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa beraktifitas dalam pembelajaran, pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui demonstrasi dengan pendekatan explicit instruction. Untuk mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik atau disebut tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa. Guru memberi respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung karena tanpa mengetahui hasilnya, latihan tidak banyak memberikan manfaat bagi pembelajaran. Berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan resitasi, misalnya umpan balik secara lisan, umpan balik tertulis dan umpan balik komentar tertulis. 2.4 Kerangka Pikir Setelah menerima pelajaran diharapkan siswa dapat menguasai topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban yang benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran. Hasil belajar IPA yang berupa kemampuan akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran IPA. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran sengaja digunakan untuk membantu menanamkan dan mengembangkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam belajar IPA sehingga akan lebih bermakna. Dalam alat peraga magnet hal-hal

17 yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model konkrit yang dapat dilihat, dipegang dan diputarbalikkan sehingga dapat lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap arti konsep yang sedang diajarkan. Sebagai suatu teori pembelajaran gaya magnet dan pengaruhnya melalui pendekatan explicit instruction dapat efektif digunakan dalam pembelajaran IPA dikarenakan ekxplicit instruction berorientasi pada pengalaman sehari-hari siswa. Pembelajaran explicit instruction memberikan kesempatan siswa untuk menemukan kembali dan merekonstruksi konsep-konsep gaya magnet sehingga siswa mempunyai pengertian kuat tentang konsep-konsep IPA. Dengan demikian, pembelajaran IPA akan mempunyai kontribusi tinggi dengan pemahaman konsep siswa. Pembelajaran IPA menggunakan pendekatan explicit instruction sebagai pengkal tolak pembelajaran, dan dengan penggunaan alat peraga siswa diharapkan dapat menemukan dan meroknstruksi konsep-konsep gaya magnet untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Dengan kata lain belajar IPA berorientasi pada pengalaman sehari-hari. Peneliti dalam penelitian ini akan melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar IPA berdasarkan prinsip pembalajaran gaya magnet menggunakan alat peraga magnet. Peneliti memilih pokok bahasan gaya magnet dan pengaruhnya pada kelas V SD. Di dalam penelitian ini peneliti akan melihat penggunaan pendekatan explicit instruction dalam belajar IPA untuk mengetahui gaya magnet dan pengaruhnya. 2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan kajian pustakan, maka yang menjadi hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan dalam penilitian ini adalah: Penggunaan pendekatan explicit instruction dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang gaya magnet dan pengaruhnya siswa kelas V SD Negeri Gadu 02 Kecamatan Gunung Wungkal Kabupaten Pati.