BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. awam dari gingiva adalah gusi. (Harty, 2003). Ciri dari gingiva yang sehat. perdarahan, dan melekat kuat pada gigi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL. berat badan gram. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu,

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

IV. Hasil dan Pembahasan. A. Hasil penelitian. kamboja putih (Plumeria acuminataw.t.ait ) terhadap hambatan pertumbuhan

Interpretasi: Output Test of Homogenity of Variance Dari hasil output diatas dapat diketahui nilai probabilitas untuk hasil belajar dengan nilai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. analgesik dari senyawa AEW1 terhadap mencit. Metode yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan jika menutupi gigi yang akan dicabut (Archer, 1975). Pencabutan gigi

I. PENDAHULUAN. menggunakan tumbuhan obat (Sari, 2006). Dalam industri farmasi, misalnya obatobatan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. (Garcinia Mangistan Linn.) terhadap penurunan indeks plak, yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut sangat rentan dengan terjadinya perlukaan, termasuk gingiva.

LAMPIRAN 1 Alur Pikir Eugenol. Jahe Merah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

BAB V HASIL PENELITIAN. Pembuatan ekstrak etanol Morinda citrifolia L dengan cara mengekstrak

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB 5 HASIL. Hasil perhitungan perkembangan tumor disajikan pada tabel sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dianalisis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ulkus mulut merupakan kelainan patologis yang sering dijumpai di rongga

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

Daya Analgetik Fraksi Etanol Buah Labu Siam (SechiumEdule) pada Mencit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIFITAS EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA SEL POLYMORFONUCLEAR NEUTROFIL (PMN) PADA PERIODONTITIS EKSPERIMENTAL TIKUS WISTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan jenis ikan air tawar yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai perawatan jaringan periodontal dengan tujuan untuk menghilangkan poket

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

Lampiran 1. Pembuatan Suspensi Zat Uji

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian gel biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses penyembuhan luka gingiva. Hasil penelitian dapat diperlihatkan dalam tabel 1. berikut: Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil Kontrol negatif Kontrol positif Perlakuan Hari Neutrofil Neutrofil Neutrofil Ratarata Ratarata Ratarata 1 120 130 200 150.00 148 130 163 147.00 134 103 102 113.00 3 125 98 77 100.00 126 99 85 103.33 76 70 64 70.00 5 91 83 73 82.33 60 58 54 57.33 77 45 47 56.33 8 50 42 38 43.33 46 44 38 42.67 28 36 15 26.33 Berdasarkan hasil perhitungan Neutrofil pada tabel 1., terdapat perbedaaan jumlah Neutrofil pada hari ke 1, 3, 5, 8 dari tiap kelompok perlakuan. Ditinjau dari hari penelitian pada seluruh kelompok perlakuan, jumlah neutrofil terbanyak ditemukan pada hari pertama dan berangsur- 37

38 angsur menurun hingga jumlah terendah terhitung pada hari terakhir penelitian atau hari ke delapan. Rata-rata terendah pada hari pertama, ketiga, kelima, dan kedelapan seluruhnya dimiliki oleh kelompok perlakuan gel biji jintan hitam. Sedangkan rata-rata jumlah neutrofil tertinggi pada hari pertama, kelima, dan kedelapan dimiliki oleh kelompok kontrol negatif kecuali pada hari ketiga dimiliki kelompok kontrol positif. Tabel 2. Selisih Rata-Rata Hasil Perhitungan Jumlah Neutrofil Hari Positif - Negatif Jintan Negatif 1-3,00-37,00 3 3,33-30,00 5-25,00-26,00 8-0,66-17,00 Total -28,66-110,00 Total selisih rata-rata hasil perhitungan jumlah neutrofil terbesar adalah selisih antara perlakuan gel jintan hitam dengan kontrol negatif dengan jumlah 110, dibandingkan dengan selisih perlakuan gel jintan hitam dengan kontrol negatif dengan jumlah 28,66. Tanda negatif (-) pada perhitungan selisih menandakan bahwa jumlah sel neutrofil pada kelompok perlakuan gel biji jintan hitam dan kontrol positif memiliki angka yang lebih kecil dibanding pengurangnya yaitu kontrol negatif.

39 Tabel 3. Hasil uji Normalitas Berdasarkan Hari Kelompok Neutrofil Hari 1 Hari 3 Hari 5 Hari 8 Shapiro-Wilk Statistic Df Sig 0.915 9 0.353 0.900 9 0.350 0.941 9 0.597 0.906 9 0.292 Hasil uji normalitas berdasarkan hari didapatkan keseluruhan hari penelitian mulai hari pertama, ketiga, kelima, dan kedelapan memiliki nilai sig > 0,05, maka data tersebut dikatakan berdistribusi normal. Tabel 4. Uji Normalitas Berdasarkan Kelompok Neutrofil Kelompok Kelompok Negatif Kelompok Positif Kelompok Perlakuan Shapiro-Wilk Statistic df Sig 0.876 12 0.078 0.959 12 0.775 0.896 12 0.140 Hasil uji normalitas berdasarkan kelompok didapatkan keseluruhan hari penelitian memiliki nilai sig > 0,05, sehingga data tersebut dikatakan berdistribusi normal. Tabel 5. Hasil uji variansi Levene F df1 df2 Sig.,777 11 24,659 Hasil uji variansi Levene pada penelitian ini adalah 0,659 atau sig. >0,05 yang berarti bahwa data memiliki variansi yang sama.

40 Masing-masing dari kelompok hari dan kelompok tindakan memiliki distribusi normal dan hasil uji variansi Levene didapatkan bahwa data memiliki variansi yang sama, maka syarat untuk dilakukan uji ANOVA terpenuhi sehingga pengujian menggunakan two way ANOVA yang meliputi Test of Between-Subjects Effects. Tabel 6. Hasil Test of Between-Subjects Effects Sumber Sig. Kelompok.003 Hari.000 Interaksi antara kelompok dan hari.656 Hasil test of between-subject effects pada sumber kelompok diperoleh nilai Sig.=0,003 yang berarti Sig. < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan jumlah sel Neutrofil yang signifikan pada kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan perlakuan. Hasil uji pada sumber hari didapatkan Sig.=0,000 yang berarti Sig.<0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan jumlah sel Neutrofil yang signifikan pada hari pertama, hari ketiga, hari kelima, dan hari kedelapan. Interaksi antara kelompok dan hari didapatkan Sig.=0,656 atau Sig. > 0,05 yang berarti tidak terdapat interaksi antara faktor kelompok dan hari.

41 Tabel 7. Hasil Uji Post Hoc Multiple Comparison (I) Kelompok (J) Kelompok Perbedaan Std. Error Sig. Mean (I-J) Negatif Positif 6,3333 7,57585,685 Jintan 27,5000* 7,57585,004 Positif Negatif -6,3333 7,57585,685 Jintan 21,1667* 7,57585,026 Jintan Negatif -27,5000* 7,57585,004 Positif -21,1667* 7,57585,026 Hasil uji Post Hoc kelompok negatif-positif dan positif-negatif diperoleh nilai Sig. > 0,500 yang berarti tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan antar variabel tersebut. Sig. < 0,05 ditemukan pada kelompok negatif-jintan, positif-jintan, jintan-positif, dan jintan-negatif yang berarti hubungan antar variabel tersebut memiliki perbedaan mean secara nyata. Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada pengaruh pemberian gel biji jintan hitam terhadap jumlah neutrofil gingiva hewan uji pada kelompok negatif-jintan, positif-jintan, jintan-positif, dan jintannegatif. Gambar preparat jaringan gingiva dibawah ini menunjukkan adanya perbedaan jumlah neutrofil pada setiap kelompok perlakuan. Sel neutrofil tergambar berupa bulatan-bulatan kecil dengan inti berwarna lebih gelap.

42 Gambar 6. Hasil Preparat Kontrol negatif Gambar 7. Hasil Preparat Kontrol Positif Gambar 8. Hasil Preparat Perlakuan Gel Biji Jintan Hitam

43 Gambar 6. yang merupakan preparat gingiva perlukaan yang diaplikasikan CMC-Na sebagai kontrol negatif memperlihatkan bahwa jumlah sel neutrofil banyak dan terlihat bergerombol. Gambar 7. merupakan preparat kontrol positif dengan aplikasi Aloclair gel memperlihatkan bahwa neutrofil tersebar pada jaringan luka. Gambar 8. merupakan preparat kelompok perlakuan dengan pemberian gel biji jintan hitam memperlihatkan sel-sel neutrofil yang menyebar pada jaringan dengan jumlah sedikit. B. Pembahasan Penelitian pengaruh pemberian gel biji jintan hitam terhadap jumlah sel neutrofil penyembuhan luka gingiva hewan uji memberikan hasil bahwa terdapat pengaruh antara kelompok perlakuan gel biji jintan hitam dengan kelompok kontrol positif maupun negatif. Sesuai dengan tabel 1., rata-rata jumlah neutrofil pada hari pertama menunjukkan angka tertinggi dibandingkan dengan hari ketiga, kelima, dan kedelapan pada semua kelompok, baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Teller (2009) bahwa proses kemotaksis atau tertariknya sel neutrofil ke jaringan perlukaan terjadi setelah proses diapedesis atau keluarnya sel neutrofil dari dalam endotel menuju rongga ekstravaskuler, sehingga jumlah neutrofil dalam jaringan luka meningkat untuk melakukan fungsinya yaitu membersihkan debris jaringan luka dan memfagosit patogen. Proses diapedesis dan kemotaksis terjadi pada fase inflamasi yaitu fase setelah koagulasi dan hemostasis selesai.

44 Jumlah neutrofil pada hari kedua pengambilan sampel atau hari ketiga setelah perlukaan menunjukkan penurunan pada ketiga kelompok kontrol maupun perlakuan. Penurunan jumlah neutrofil ini sesuai dengan teori bahwa dua hari pasca perlukaan merupakan proses inflamasi tahap akhir dimana sel makrofag bekerja untuk membersihkan debris jaringan yang luka dan mensintesis matriks untuk menggantikan peran neutrofil. Jumlah neutrofil pada fase ini akan berkurang melalui mekanisme apoptosis (Velnar, 2009). Hari ketiga pengambilan sampel atau hari kelima pasca perlukaan didapatkan penurunan jumlah sel neutrofil pada seluruh kelompok. Lima hari pasca perlukaan, proses penyembuhan luka telah melewati fase akhir inflamasi dan memasuki fase proliferasi. Migrasi neutrofil dan terbentuknya matriks ekstraseluler baru yang terdiri dari fibrin dan fibronektin terjadi pada fase proliferasi sehingga terjadi penurunan jumlah sel neutrofil dan digantikan dengan melimpahnya jumlah jaringan granulasi (Diegelmann, 2004). Rata-rata jumlah neutrofil pada hari keempat pengambilan sampel atau delapan hari pasca perlukaan menunjukkan nilai terendah diantara hari-hari sebelumnya pada ketiga kelompok. Penurunan jumlah neutrofil terjadi karena fase proliferasi pada proses penyembuhan luka terus berjalan, sehingga jumlah sel neutrofil yang bermigrasi keluar dari jaringan semakin meningkat. Menurut Diegelmann (2004) fase proliferasi akan berlangsung selama sekitar dua minggu pasca perlukaan.

45 Rata-rata tertinggi jumlah neutrofil pada hari pertama, ketiga, dan keempat pengambilan sampel dimiliki oleh kelompok kontrol negatif, sedangkan pada hari kedua pengambilan sampel rata-rata tertinggi dimiliki oleh kelompok kontrol positif. Perbedaan jumlah rata-rata tersebut kemungkinan dapat diakibatkan karena adanya kontaminasi bakteri pada saat dilakukannya penelitian sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah neutrofil pada kelompok kontrol positif. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan dari Kitchen, 2007 bahwa sel neutrofil prodiksinya akan meningkat apabila terdapat serangan dari patogen. Peningkatan jumlah neutrofil pada kontrol positif hari ketiga kemudian diikuti dengan penurunan kembali pada hari keempat, hal ini disebabkan oleh bekerjanya mekanisme penyembuhan luka oleh bahan aktif yang terkandung dalam Aloclair gel. Pemilihan Aloclair gel sebagai bahan aplikasi pada kelompok kontrol positif karena Aloclair gel telah terbukti dapat mempercepat proses penyembuhan luka, sebagai antiinflamasi, antiseptik, dan analgesik pada jaringan rongga mulut seperti stomatitis dan lesi traumatik. Komposisi dari Aloclair gel adalah aloe vera, sodium hyaluronate untuk mempercepat pembentukan jaringan baru, glycyrhettinic acid sebagai pengurang rasa sakit, dan polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai antiseptik (Kalbemed, 2015). Rata-rata terendah jumlah sel neutrofil ditemukan pada kelompok perlakuan gel biji jintan hitam pada seluruh hari penelitian, hal ini menunjukkan bahwa gel biji jintan hitam efektif menurunkan jumlah sel

46 neutrofil dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Kandungan flavonoid, timokuinon, dan saponin merupakan zat aktif didalam biji jintan hitam yang berperan dalam percepatan proses penyembuhan luka. Berdasarkan pada penelitian Sabirin (2013) saponin pada biji jintan hitam dikenal memiliki manfaat sebagai antibakteri dan antiinflamasi yang dapat mempercepat penyembuhan luka oleh kontaminasi bakteri, sedangkan timokuinon dan flavonoid memiliki manfaat sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Percepatan proses penyembuhan luka oleh zat-zat tersebut memiliki beberapa mekanisme: 1. Penghambatan aktivitas enzim COX dan/atau lipooksigenase. Timokuinon melemahkan tromboksan B2 sehingga menghambat jalur siklooksigenase dan 5-lipooksigenase yang merupakan jalur metabolisme asam arakidonat secara berurutan (Amin & Hosseinzadeh 2015). 2. Menghambat akumulasi leukosit di daerah inflamasi. Efek antiinflamasi flavonoid dapat disebabkan oleh aksinya dalam menghambat akumulasi leukosit di daerah inflamasi. Nijveldt et al. (2001) menyebutkan bahwa pemberian flavonoid dapat menurunkan jumlah leukosit immobil dan mengurangi aktivasi komplemen sehingga menurunkan adhesi leukosit ke endotel dan mengakibatkan penurunan respon inflamasi tubuh. 3. Penghambatan pelepasan histamin.

47 Histamin adalah salah satu mediator inflamasi yang pelepasannya distimulasi oleh pemompaan kalsium ke dalam sel (Nijveldt et al., 2001) melaporkan bahwa flavonoid dapat menghambat pelepasan histamin dari sel mast. 4. Interaksi saponin dengan membran lipid. Saponin mampu berinteraksi dengan banyak membran lipid (Nijveldt et al., 2001) seperti fosfolipid yang merupakan prekursor Prostaglandin dan mediator-mediator inflamasi lainnya. Tabel 3. dan 4. menunjukkan bahwa semua data pada penelitian ini berdistribusi normal. Tabel 5 menunjukkan hasil uji Levene didapatkan seluruh data memiliki variansi yang sama. Seluruh data baik berdasarkan hari ataupun berdasarkan kelompok perlakuan memiliki distribusi normal dan variansi yang sama sehingga dapat dilakukan uji parametrik Two Way ANOVA. Tabel 6. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara masing-masing data dari variabel hari. Terdapat perbedaan jumlah sel neutrofil antara hari pertama, dari ketiga, hari kelima, dan hari kedelapan pada semua kelompok kontol maupun kelompok perlakuan gel biji jintan hitam. Perbedaan tersebut dikarenakan berjalannya proses penyembuhan luka sehingga jumlah neutrofil semakin menurun sesuai dengan fase-fase penyembuhan luka. Perbedaan secara nyata juga terlihat pada masingmasing variabel kelompok yang berarti bahwa terdapat perbedaan antara kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan kelompok perlakuan gel biji

48 jintan hitam pada seluruh hari pengambilan sampel. Perbedaan pada masing-masing variabel kelompok dikarenakan perbedaan kemampuan bahan dalam mempercepat proses penyembuhan luka. Tidak terdapat interaksi antara faktor kelompok dengan faktor hari. Hasil Test of Between-Subjects Effects ini juga diperkuat dengan hasil selisih jumlah neutrofil yang disajikan pada tabel selisih rata-rata perhitungan jumlah neutrofil yang menyatakan bahwa selisih terbesar pada kelompok perlakuan jintan hitam kontrol negatif dibandingkan dengan kontrol positif kontrol negatif. Hasil interpretasi dari tabel selisih rata-rata perhitungan jumlah neutrofil menunjukka bahwa gel biji jintan hitam lebih efektif dalam menurunkan jumlah sel neutrofil dibandingkan dengan Aloclair gel sebagai kontrol positif. Perbedaan secara nyata yang diperoleh dari uji Post Hoc pada tabel 7. yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan pemberian gel biji jintan hitam terhadap penurunan jumlah sel neutrofil dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan negatif, sedangkan perbandingan antara kontrol positif dan negatif tidak ditemukan adanya perbedaan secara signifikan. Tidak ditemukannya perbedaan secara signifikan pada kedua kelompok kontrol dapat disebabkan karena beberapa faktor: 1. Kondisi Hewan Uji Perbedaan nutrisi, stress, dan tingkat imunitas hewan uji mempengaruhi lama penyembuhan luka pada setiap individu hewan uji tersebut. Resistensi terhadap infeksi dapat terjadi karena nutrisi yang

49 buruk, begitu juga dengan stress dan sistem imunitas karena hormon kortisol yang dilepaskan ketika stress memiliki efek yang sama dengan kortikosteroid yang banyak digunakan untuk menekan sistem imun (Baratawidjaja, 2004). 2. Tingkat Absorbsi Bahan Uji Pengaplikasian dan penyerapan zat aktif dalam bahan uji mempengaruhi dosis yang berperan dalam proses penyembuhan. Tingkat absorbsi setiap individu hewan uji terhadap bahan uji tidak dapat dikendalikan sehingga memungkinkan adanya perbedaan antara satu hewan uji dengan hewan uji lainnya.