BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

dokumen-dokumen yang mirip
a. dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau untuk tujuan administratif; dan b. diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN IX ASET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbentuk CV Hasjrat Abadi, berdiri pada tanggal 31 Juli 1952 bertempat di

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

BAGIAN X ASET TETAP, ASET TIDAK BERWUJUD, DAN ASET YANG DIAMBIL-ALIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya tujuan utama setiap perusahaan adalah untuk mencapai laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB ASET TETAP. relatif memiliki sifat permanen seperti peralatan, mesin, gedung, dan tanah. Nama lain

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASET TETAP, PSAK 16 (REVISI 2011) ANALISIS PADA PT. BUMI SERPONG DAMAI TBK LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN 2013

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur akuntansi yang yang diterapkan pada PT. Dwi Putra Jasa Prima terkait dengan

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FIXED ASSETS. Click to edit Master subtitle style 4/25/12

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II LANDASAN TEORITIS. informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan dunia usaha yang semakin maju sebuah

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Melisa Rahma Sari. Jl. Manyar No.3 D FLAT Komp. Krakatau Steel, Cilegon. ABSTRAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP BERWUJUD PT. GEMA KARYA ABADI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan dengan kekayaan atau harta yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

ISAK 9/ IFRIC 1: PERUBAHAN ATAS KEWAJIBAN AKTIVITAS PURNA OPERASI, RESTORASI DAN KEWAJIBAN SERUPA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA CV. KRUWING INDAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

PSAK 16 (Revisi 2007) Taufik Hidayat SE,Ak,MM Universitas Indonesia

AKTIVA TETAP BERWUJUD

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. langkah yang ditempuh oleh pemerintah untuk memajukan sektor ekonomi

pengklasifikasian dan menetapkan aktiva tetap PT. Gratia Jaya sesuai dengan PSAK No.16. keuangan yang berlaku umum (PSAK No. 16).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II I LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

BAB II LANDASAN TEORI. keharusan untuk berhubungan dengan pihak pihak lain yang terkait dengan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang dikutip dari literatur

PSAK 10 : ASET TIDAK BERWUJUD IAS 38 : Intangible Assets

AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS)

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP BERDASARKAN PSAK 16 PADA YAYASAN BARUNAWATI BIRU SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB 7 ASET TETAP. dilakukan agar bisa digunakan secara optimal selama umur ekonominya.

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

BAB II BAHAN RUJUKAN

EVALUASI PENERAPAN PSAK 16 MENGENAI ASET TETAP PADA PENCATATAN TANAH, BANGUNAN, DAN MESIN DI PT DONG BANG INDO TENGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTOH SOAL ASET TETAP BERWUJUD LANJUTAN (TANGIBLE ASSETS)

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori - teori 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi a. Pengertian Konvergensi Konvergensi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menyatukan pandangan/ perspektif mengenai suatu hal. Dalam konteks konvergensi SAK ke IFRS, berarti, suatu usaha untuk mengurangi perbedaan (disebut usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik pelaporan. (Nainggolan, 2014). Namun, karena konvergensi adalah MOVING TARGET, maka prosesnya akan terus berjalan, terutama berkaitan dengan harmonisasi regulasi dan standar akuntansi yang berkembang. b. Latar Belakang Konvergensi Konvergensi dilatar belakangi oleh pertumbuhan yang pesat MNC, termasuk perusahaan Indonesia yang beroperasi di luar negeri, dan pertumbuhan pasar modal global, pasar modal global memberi kesempatan bagi investor, atau calon investor untuk berinvestasi secara internasional. Salah satu input penting dalam proses pengambilan keputusan dalam berinvestasi, adalah muatan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Masalahnya adalah bahwa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di

pasar modal global, berasal dari berbagai Negara yang laporan keuangannya disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di Negara asalnya. Kondisi ini menimbulkan kesulitan bagi pengguna laporan keuangan untuk dapat mengerti dan memahami muatan informasi yang ada dalam laporan keuangan. Hal yang sama dihadapi oleh investor atau calon investor asing dalam memahami laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan SAK. Padahal banyak perusahaan yang berharap agar investor asing turut ambil bagian dalam melakukan investasi di Indonesia, demikian pula pemerintah. Untuk menanggulangi kesenjangan pemahaman ini, maka Dewan Standar Akuntansi memutuskan perlunya melakukan konvergensi SAK ke IFRS. (Nainggolan, 2014). 2. Identifikasi Aset Tetap Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selamaa lebih dari satu periode. Adapun penggolongan aset tetap yaitu: a) Aset Tetap Berwujud Aset tetap berwujud adalah aset yang digunakan untuk operasional perusahaan dengan masa lebih dari satu tahun dan memiliki wujud fisik. Contoh aset tetap berwujud adalah gedung,

peralatan, mesin, computer, mobil, AC, perabot kantor, dan lainnya. b) Aset Tetap Tidak Berwujud Aset tetap tidak berwujud adalah aset yang digunakan untuk operasional perusahaan dengan masa lebih dari satu tahun dan tidak memiliki wujud fisik. Contoh aset tetap tidak berwujud adalah hak cipta, hak paten, hak guna usaha, izin-izin usaha, dan lainnya. 3. Biaya Perolehan (Cost) Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi, jika dapat diterapkan jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. a. Pencatatan Harga Perolehan Aset Tetap Pencatatan harga perolehan aset tetap adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut sampai dengan aset tetap tersebut beroperasional sesuai dengan semestinya. Jadi, harga perolehan aset tetap terdiri dari harga aset tersebut, asuransi aset tersebut pada saat pengiriman dari tempat penjual sampai ke perusahaan pembeli, ongkos angkut aset tetap tersebut, biaya honor ahli untuk memasang aset

tetap dan biaya lainnya yang timbul sebagai akibat perolehan aset tetap tersebut. b. Cara Perolehan Aset Tetap Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu: 1. Aset Tetap Dibeli Secara Tunai Perusahaan membeli aset tetap dengan membayar tunai. Contoh: PT ABC bergerak di bidang distributor pada tanggal 2 Januari 2010 membeli mobil seharga Rp 150.000.000 dengan tunai. Pencatatan atas transaksi ini: Debit: Mobil Rp 150.000.000 Kredit: Kas/Bank Rp 150.000.000 2. Aset Tetap Dibeli Secara Cicilan Jika aset tetap diperoleh dengan cara pembayaran cicilan/angsuran, maka aset tersebut dicatat sebesar harga tunai aset tersebut, bukan jumlah dari pembayaran angsuran dari uang muka aset tersebut. Contoh: Perusahaan XYZ pada tanggal 31 Januari 2010 membeli sebuah mobil yang harga tunainya adalah Rp 100.000.000 dengan membayar uang muka Rp 35.000.000, sisanya akan dibayar dengan angsuran sebulan Rp 5.000.000, ditambah bunga 12% dari hutang yang belum dibayar. Angsuran dibayar setiap akhir bulan. Jurnal yang dibuat selama tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tanggal Jurnal Debit Kredit 2010 Jan 31 Mobil Rp 100.000.000 Kas Rp 35.000.000 Hutang Rp 65.000.000 Tanggal Jurnal Debit Kredit 2010 Feb 28 Hutang Rp 5.000.000 Biaya Bunga Rp 650.000 Kas Rp 5.650.000 Tanggal Jurnal Debit Kredit 2010 Mar 31 Hutang Rp 5.000.000 Biaya Bunga Rp 600.000 Kas Rp 5.600.000 Tampilan daftar cicilan mobil adalah sebagai berikut: Mobil Rp 100.000.000 DP Rp 35.000.000 Sisa Rp 65.000.000

3. Aset Tetap Diperoleh Dari Sumbangan Aset tetap yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Jurnal yang dibuat untuk mencatat aset tetap yang diperoleh dari donasi: Debit: Aset Tetap xxx Kredit: Modal Donasi xxx 4. Aset Tetap Diperoleh Dengan Cara Tukar-Menukar a. Tukar Menukar Aset Tidak Sejenis Menurut Paragraf 20 PSAK No. 16 suatu aset tetap dapat diperoleh dengan pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aset tetap yang tidak serupa atau aset lain. Jika pertukaran aset tetap dengan aset tetap yang tidak sejenis, perbedaan antara nilai buku aset tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pertukaran aset pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aset tetap. Dengan demikian, pertukaran aset tidak sejenis dapat mengakibatkan adanya laba atau rugi. Pencatatan ke dalam jurnal: Jika saat tukar-menukar terjadi laba maka jurnalnya adalah sebagai berikut: Debit Aset Tetap (Baru) xxx Debit akumulasi penyusutan Aset Tetap (Lama) xxx

Kredit Kas xxx Kredit Aset Tetap (Lama) xxx Kredit Laba Pertukaran Aset Tetap xxx Jika saat tukar-menukar terjadi rugi maka jumlahnya adalah sebagai berikut: Debit Aset Tetap (Baru) xxx Debit Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (Lama) xxx Debit Rugi atas Pertukaran Aset Tetap xxx Kredit Kas xxx Kredit Aset Tetap xxx b. Tukar Menukar Aset Sejenis Menurut Paragraf 21 PSAK No. 16 suatu aset tetap dapat diperoleh dengan pertukaran atas suatu aset yang sejenis dan yang memiliki manfaat yang sama dalam bidang usaha yang sama dan memiliki nilai wajar yang sama. Jika pertukarkan aset tetap dengan aset tetap yang sejenis, perbedaan antara nilai buku aset tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pertukaran aset pada tanggal transaksi terjadi tidak ada keuntungan atau kerugian yang dihasilkan. c. Aset Tetap Diperoleh Dengan Membangun Sendiri

Perusahaan sering melakukan pembangunan sendiri atas aset tetap yang digunakan seperti pabrik dan gedung. Perusahaan tidak melakukan pembelian bangunan dan pabrik yang sudah siap. Untuk membangun pabrik atau gedung, perusahaan dapat menggunakan jasa kontraktor atau mempekerjakan buruh dan tenaga ahli untuk membangunnya. Jika perusahaan menggunakan jasa kontraktor (diborongkan), maka harga perolehan aset bangunan atau pabrik diakui sebesar nilai kontraknya. Jika perusahaan membangun sendiri pabrik atau gedung, maka harga perolehan aset diakui sebesar seluruh pengeluaran atas pembangunan gedung atau pabrik tersebut. Jurnal untuk mencatat gedung atau pabrik yang sedang dibangun adalah dengan mendebit Konstruksi dalam Proses (construction in progress) dengan mengkredit kas/bank. Debit Konstruksi dalam Proses xxx Kredit Kas/Bank xxx 4. Penyusutan Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur manfaatnya. Jumlah yang bisa disusutkan adalah biaya suatu aset, atau jumlah lain yang menggantikan biaya dimaksud, dikurangi nilai residu.

Nilai residu suatu aset adalah estimasi jumlah yang akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset dimaksud, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasannya, jika aset itu sudah berumur dan berada dalam kondisi yang diperkirakan pada akhir masa manfaatnya. Tiap-tiap bagian dari suatu item aset tetap yang biayanya signifikan dibandingkan dengan total biaya item dimaksud harus disusutkan secara tersendiri. Masa manfaat adalah: 1. Periode yang diperkirakan suatu aset akan tersedia untuk digunakan oleh entitas. 2. Jumlah unit produksi atau unit serupa yang diperkirakan akan diperoleh dari aset oleh entitas. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi kecuali jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Beban penyusutan untuk setiap periode biasanya diakui dalam laporan laba rugi. Namun, kadangkala manfaat ekonomis di masa depan dari suatu aset adalah untuk menghasilkan aset lainnya. Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan dimasukkan dalam jumlah tercatatnya. Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, yaitu pada saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Penyusutan dari suatu aset dihentikan lebih awal

ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual atau aset tersebut termasuk dalam kelompok aset yang tidak dipergunakan lagi dan diklasifikasikan sebagai aset dimiliki untuk dijual. Oleh karena itu, penyusutan tidak berhenti pada saat aset tersebut tidak dipergunakan atau dihentikan penggunaannya kecuali apabila telah habis disusutkan. Adapun metode penyusutan yaitu: 1. Garis Lurus, menghasilkan pembebanan yang tetap sepanjang umur manfaat selagi nilai residu tidak berubah. 2. Saldo Menurun, menghasilkan pembebanan yang menurun sepanjang umur manfaat. 3. Jumlah Unit, menghasilkan pembebanan berdasarkan penggunaan. 5. Pengakuan dan Pengukuran (SAK - IAS) a. Pengakuan Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika hanya: 1. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas. 2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. b. Pengukuran

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Komponen biaya perolehan: 1. Harga perolehan termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain. 2. Biaya-biaya yang dapat distribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. 3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset, kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk menghasilkan persediaan. c. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada periode setelah aset tetap diperoleh. Di dalam PSAK 16 terdapat perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16

mengakui adanya dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut yaitu: 1. Metode Biaya Historis Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset tetap tersebut dicatat pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset. 2. Metode Revaluasi Setelah pengakuan sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat sebesar jumlah yang dinilai kembali, yang nilai wajarnya pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan berikutnya dan selanjutnya penurunan nilai kerugian. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang memadai untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang akan ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Jika suatu aset tetap yang dinilai kembali, seluruh kelas aset tetap yang aset dimiliki harus dinilai kembali. Jika aset yang tercatat adalah meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut harus dikreditkan langsung ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi apabila besar penurunan nilai akibat revaluasi

aset yang sama sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi. Dan jika aset yang tercatat adalah menurun sebagai akibat revaluasi, penurunan tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi. Namun, penurunan tersebut harus didebit langsung ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi sejauh tidak melebihi saldo kredit yang ada dalam surplus revaluasi aset tersebut. 6. Pengungkapan dan Penyajian (SAK - IAS) a. Pengungkapan Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan ini sangat penting sebagai penjelasan tentang hal-hal penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan pengungkapan ini adalah untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca laporan keuangan. Dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap sebagai berikut: a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat; b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada, dan mutasi aset tetap lainnya.

c) Informasi penyusutan meliputi: nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, serta nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. b. Penyajian Di dalam penyajian aset tetap pada laporan posisi keuangan, perusahaan menyajikan secara terpisah seperti bangunan, tanah, inventaris kantor. Hal ini dilakukan karena laporan posisi keuangan merupakan sumber informasi mengenai aset, liabilitas dan ekuitas perusahaan pada suatu periode akuntansi. Di beberapa perusahaan telah menyajikan komponen aset tetapnya dengan benar pada laporan posisi keuangan, hanya penyajian akumulasi penyusutannya tidak dilakukan perhitungan dari masing-masing aset tersebut, sehingga tidak dapat dilihat langsung berapa akumulasi penyusutan untuk masing-masing kelompok aset tetap. Perlakuan seperti ini sehingga menyulitkan pembaca laporan keuangan. Bagi yang membutuhkan laporan keuangan akan sulit mengetahui beberapa jumlah akumulasi aset tetap yang bersangkutan dan nilai buku dari masing-masing kelompok aset. Jadi penyajian aset tetap pada laporan keuangan perusahaan masih ada yang belum sesuai dengan PSAK 16.

Jadi penyajian aset tetap yang seharusnya pada laporan posisi keuangan adalah: NERACA 31 DESEMBER 2014 Aset Tetap: - Tanah Rp. 15.000.000 - Bangunan Rp. 20.000.000 - Akumulasi Penyusutan (Rp. 10.000.000) _ - Inventaris Kantor Rp. 15.000.000 - Akumulasi Penyusutan (Rp. 7.500.000) _ Rp. 10.000.000 Rp. 7.500.000+ Total Nilai Tercatat Aset Tetap Rp. 32.500.000 Sumber: Data yang diolah,2016 7. Penilaian dan Pelaporan (SAK - IAS) Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya, maka aktiva tersebut dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicatat sebagai kerugian. Dalam laporan keuangan, aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain.

Contoh penyajian kelompok aktiva tetap di neraca apabila akumulasi penyusutan dikurangkan secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Aktiva Tetap: Peralatan kantor Rp. 30.000.000 Peralatan toko Rp. 50.000.000 Kendaraan Rp. 25.000.000 Gedung Rp. 105.000.000 Tanah Rp. 15.000.000 + Total Aktiva Tetap Rp. 225.000.000 Akumulasi penyusutan (Rp. 52.500.000) _ Total Aktiva Tetap, Neto Rp. 177.500.000 Sumber: Data yang diolah,2016 Buku aktiva tetap perkiraan aktiva tetap dibuku besar perlu dibuatkan rinciannya dalam buku aktiva tetap (fixed assets subsidiary ledger). Buku tambahan ini merinci aktiva tetap di buku besar menurut jenisnya.

B. Kerangka Konseptual Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah : Pemahaman Mahasiswa Atas Konvergensi PSAK No. 16 SAK 2015 ke IFRS (X) Pembelajaran Mata Kuliah Akuntansi di Perguruan Tinggi Kota Medan (Y) Gambar II.2 Kerangka Konseptual Sumber: Data yang diolah, 2016