BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

67. Mata Pelajaran Geografi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

14. MATA PELAJARAN GEOGRAFI UNTUK PAKET C PROGRAM IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. baik, menghadapi segala tantangan dan tuntutan perubahan lokal, nasional, dan

14. Mata Pelajaran Geografi Untuk Paket C Program IPS

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sangat bergantung pada lingkungan hidupnya, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

2015 KECENDERUNGAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dari kualitas pendidikan dari bangsa di negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. belajar (pengajaran) maupun penilaian pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIS Tompo Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar IPA

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered karena tidak memerlukan alat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Salah satu wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah fenomena fundamental dalam kehidupan manusia. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah menggambarkan bahwa dimana ada kehidupan manusia disitu juga ada pendidikan. Pendidikan terjadi di setiap sendi kehidupan umat manusia, dengan kata lain pendidikan berlangsung di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu, sosial, religi, estetika dan budaya. Artinya, proses pendidikan berada di lingkungan manusia yang hidup dalam kelompok masyarakat atau dalam keterkaitan individu dengan lingkungannya. Pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan kehidupan bangsa tetap harus dilandasi oleh kemampuan, watak atau karakter dalam koridor peradaban yang bermartabat. Dengan demikian fungsi pendidikan menurut Undang- Undang Sisdiknas Tahun 2003 itu adalah untuk membentuk karakter serta peradaban kehidupan bangsa yang bermartabat ( Prayitno dan Manullang, 2010). Keberhasilan peningkatan mutu sumberdaya manusia melalui pendidikan, sangat terkait dengan kemampuan guru dalam mendesain proses pembelajaran. Direktorat SLTP Dikdasmen (2002) menyebutkan salah satu faktor yang menyebabkan mutu pendidikan Indonesia tidak mengalami peningkatan di

2 antaranya adalah minimnya atau rendahnya peran serta warga sekolah khususnya guru dalam penyelenggaraan pendidikan. Orientasi pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 tidak hanya pada hasil tetapi juga mengutamakan proses, dimana siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sedangkan guru lebih beperan sebagai fasilitator. Guru sebagai salah satu komponen utama dalam proses pembelajaran diharapkan mampu menciptakan kondisi menyenangkan. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Guru juga harus memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) dan terciptalah interaksi antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa (student centered). Permendiknas no. 22 tahun 2006 menetapkan bahwa geografi merupakan ilmu untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Lingkup bidang kajiannya memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya. Pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperoleh dalam mata pelajaran geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif, dan bertanggung jawab dalam menghadapi

3 masalah sosial, ekonomi, dan ekologis. Pada tingkat pendidikan menengah atas mata pelajaran geografi diberikan secara umum dikelas X, diteruskan kelas XI dan XII pada program Ilmu Sosial (IS). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan adanya peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan pendidikan tak lepas dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Sekolah merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3) strategi pembelajaran, dan (4) sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai. Geografi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sebagian besar materinya lebih bersifat teoretis dan teks yang siswanya tidak hannya dituntut menghafal tetapi siswa diharapkan mampu memahami materi yang dipelajari dengan baik, sehingga mata pelajaran geografi kurang menarik oleh siswa yang biasanya oleh guru dalam bentuk ceramah atau metode konvensional. Berdasarkan hasil observasi awal peneliti di SMP Negeri 1 Singkil dan SMP Negeri 2 Singkil, selama pembelajaran berlangsung guru mata pelajaran geografi lebih cenderung menggunakan strategi kovensional dalam menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan sekali-sekali tanya jawab tanpa diiringi dengan media pembelajaran sedangkan siswanya

4 kurang siap menerima pelajaran, sehingga mereka hanya mencatat fakta-fakta yang diterangkan guru. Pembelajaran ini membuat siswa hanya menerima dan tidak melatih kemampuan untuk belajar aktif. Hal ini terlihat dari seringnya siswa minta izin keluar pada saat pelajaran berlangsung. Ini mengakibatkan materi yang disampaikan tidak sepenuhnya diserap oleh siswa. Pada akhirnya dengan menggunakan metode ceramah konvensional dimana kurangnya interaksi siswa secara aktif berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa atau berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah atas usulan guru mata pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata Ujian Semester (US) IPS Geografi Kelas IX empat tahun pelajaran terakhir pada semester genap, sebagai berikut : Tabel 1.1. Data Nilai Ujian Semester Genap Mata Pelajaran Geografi Kelas IX SMP Negeri 1 Singkil 4 (empat)tahun Pelajaran Terakhir Tahun Pelajaran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata KKM 2007-2008 72,50 48,75 55,50 60 2008-2009 73,25 51,00 59,25 60 2009-2010 75,00 47,25 60,75 65 2010-2011 78,75 52,50 63,25 70 Sumber : Guru Mata Pelajaran Geografi Kelas IX SMP Negeri 1 Singkil Tabel 1.2. Data Nilai Ujian Semester Genap Mata Pelajaran Geografi Kelas IX SMP Negeri 2 Singkil 4 (empat)tahun Pelajaran Terakhir Tahun Pelajaran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata KKM 2007-2008 70,50 50,75 54,50 60 2008-2009 71,75 46,75 56,25 60 2009-2010 73,00 48,25 62,75 65 2010-2011 76,75 50,50 64,50 70 Sumber : Guru Mata Pelajaran Geografi Kelas IX SMP Negeri 2 Singkil

5 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa hasil belajar geografi kelas IX SMP Negeri 1 Singkil dan SMP Negeri 2 Singkil yang menggunakan pembelajaran konvensional masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Sehingga setelah ujian semester guru harus melaksanakan kegiatan ujian ulang (remedial). Oleh karena itu perlu suatu strategi yang dipandang dapat meningkatkan minat dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga mampu mendorong meningkatnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang pada akhirnya dapat mencapai atau melebihi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran berbasis kompetensi telah mengubah paradigma belajar dari guru dan apa yang akan diajarkannya ke siswa dan apa yang akan dilakukan sesuai pandangan belajar konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan itu hasil konstruksi melalui pengalaman belajar siswa. Selanjutnya Romiszowski (1983) mengatakan bahwa seorang guru harus menyusun perilaku, memperhatikan respon siswa, dan memberikan penguatan atau tindakan atau respon siswa. Maka, mengajar merupakan suatu kegiatan untuk dapat mempermudah meraih keberhasilan. Dalam hal ini, pembelajaran ditandai dengan keaktifan guru dan siswa dalam suatu proses, guru merupakan motor penggerak bagi siswa agar dapat belajar secara efektif. Pembelajaran harus menekankan pada bagaimana membelajarkan siswa, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru untuk menjadikan siswa untuk belajar. Untuk dapat membelajarkan siswa, maka guru harus memiliki berbagai kompetensi yang menjamin pelaksanaan tugasnya sesuai dengan tujuan

6 pendidikan. Terdapat sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru salah satunya adalah guru harus mampu menggunakan media/ sumber pengajaran yang meliputi mengenal, memilih, dan menggunakan media, membuat alat- alat bantu pelajaran yang sederhana, menggunakan dan mengembangkan perpustakaan serta laboratorium (Depdikbud, 1982). Dalam kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, maka yang harus menjadi perhatian bagi guru yaitu bagaimana seorang guru mampu memilih dan menggunakan serta menyesuaikan media pembelajaran dengan materi, sifat dan karakteristik ilmu pengetahuan, dan karakteristik siswa. Berkaitan dengan itu, guru harus mampu mendesain proses pembelajaran dan menentukan materi yang disampaikan dan menggunakan media yang sesuai untuk disajikan. Bersesuaian dengan yang diungkapkan oleh Ahmadi dan Supriyono (1991) menyatakan bahwa komponen- komponen yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa meliputi stimuli belajar, metode belajar, dan individual siswa. Selanjutnya Nasution dan Suryanto (1991) menyatakan komponen- komponen yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa meliputi : guru, kurikulum, siswa, media, metode mengajar, dan lingkungan. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal, maka antara komponen- komponen tersebut harus saling mendukung satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran geografi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 merupakan sub bidang studi dari Ilmu Pengetahuan Sosial yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsnawiyah (SMP/ MTs) dari kelas VII hingga kelas IX. Pelajaran geografi pada tingkat SMP/ MTs disatukan

7 dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS Terpadu) yang mencakup sub bidang studi sejarah, sosiologi dan ekonomi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, Standar Kompetensi (SK) yang dirumuskan terutama pada sub mata pelajaran geografi yakni memahami usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya. Standar Kompetensi ini selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi-kompetensi dasar tersebut adalah sebagai berikut : (a) mendeskripsikan kondisi fisik wilayah Indonesia, (b) mendeskripsikan gejalagejala yang terjadi di atmosfer dan hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan, (c) mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan. Kompetensi- kompetensi dasar yang diisyaratkan kurikulum inilah yang menjadi acuan bagi guru untuk mendesain pembelajaran sehingga tercipta efektivitas, efisiensi, dan memiliki daya tarik. Hal itu tentu berarti bahwa guru harus secara tepat dan cermat menentukan strategi, metode, media pembelajaran yang paling sesuai untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat kesenjangan antara kemampuan yang diharapkan dengan hasil yang diperoleh. Siswa diharapkan memiliki pemahaman yang jelas tentang peta dan globe, selanjutnya memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal- soal yang disajikan dalam bentuk peta, namun kenyataan menunjukkan bahwa siswa banyak mengalami kesulitan. Padahal jika ditinjau dari pengalaman belajar yang diberikan dinilai cukup apalagi jika dikaitkan dengan pengetahuan awal mereka pada tingkat yang lebih rendah, dimana materi tersebut diberikan oleh guru. Hal inilah yang menjadi fokus

8 peneliti untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai faktor penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam menjawab tes yang berisikan materi mengenai peta yang disajikan dalam bentuk gambar maupun kemampuan menginterpretasi informasi yang berkaitan dengan hal tersebut. Dari hasil pengamatan selama ini terhadap proses pembelajaran geografi menunjukkan, siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kecamatan Singkil kurang mampu membaca dan menafsirkan peta dan globe terlebih lagi untuk membuat peta yang baik dan benar. Dan berdasarkan hasil pengamatan selama ini juga menunjukkan bahwa sub bidang studi geografi, khususnya mengenai materi peta memiliki tingkat kesukaran relatif lebih sulit dibandingkan dengan materimateri lainnya dalam lingkup pengetahuan geografi. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan kelanjutan siswa mengikuti materi pelajaran berikutnya. Suasana belajar yang kurang menyenangkan mengakibatkan minat, motivasi, partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang baik. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah merubah strategi pembelajaran dengan pembelajaran bervariasi, yakni dengan mengupayakan penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan isi pelajaran. Disamping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran dapat membantu siswa meningkatkan partisipasi aktif dalam belajar, pemahaman menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

9 Pembelajaran geografi sebagaimana diatas, dalam prosesnya memerlukan banyak sumber dan media pembelajaran. Kurang tepat apabila dalam menyampaikan materi pelajaran geografi contohnya materi tentang Pembagian Wilayah Indonesia, seorang guru hanya berceramah tanpa dibantu dengan media pembelajaran. Sekurang- kurangnya seorang guru geografi menggunakan peta sebagai media pembelajaran. Disisi lain, keberhasilan siswa dipengaruhi oleh motivasi berprestasi. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tentu akan berusaha agar lebih unggul dari teman- temannya. Ia akan berusaha untuk belajar lebih giat demi meningkatkan hasil belajar. Siswa berprestasi juga berkeinginan untuk dipuji yang kesemuanya didorong oleh motivasi berprestasi yang tinggi. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaannya dan akan merasa puas jika pekerjaan yang dilakukannya dapat terselesaikan. Sedangkan siswa dengan motivasi berprestasi rendah cenderung malas dan tidak mau menyelesaikan pekerjaannya. Sifat siswa yang kedua tersebut lebih mendominasi di kalangan pelajar. Berdasarkan kenyataan adanya perbedaan individual, tidak semua siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Terhadap siswa yang masih dinilai belum berhasil mencapai tujuan, guru bertanggung jawab untuk membantu agar tercapai hasil belajar melalui perbaikan proses belajar. Keberhasilan seorang guru terletak pada kemampuannya untuk melaksanakan proses belajar mengajar sebaikbaiknya sehingga siswa mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan menerapkan strategi pembelajaran melalui penggunaan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

10 Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan dapat dilakukan penelitian untuk memperjelas mengenai pengaruh media pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar geografi dapat terjawab. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) Manakah media pembelajaran yang memberikan hasil yang lebih baik bagi siswa dalam proses pembelajaran geografi? (2) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar jika siswa diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran peta dan media pembelajaran globe? (3) Apakah faktor motivasi berprestasi siswa mempengaruhi hasil belajar siswa? (4) Apakah faktor motivasi berprestasi siswa memberi pengaruh terhadap perbedaan pencapaian hasil belajar siswa? (5) Manakah media pembelajaran yang tepat sesuai dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa? (6) Apakah media pembelajaran globe cocok untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi? (7) Apakah media pembelajaran peta cocok untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi? (8) Apakah media pembelajaran globe cocok untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah? (9) Apakah media pembelajaran peta cocok untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah? (10) Manakah media pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tingkat motivasi berprestasi siswa? C. Pembatasan Masalah Identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, perlu dicari jawabannya. Untuk memperoleh jawaban terhadap semua permasalahan tersebut, tentunya

11 diperlukan suatu penelitian yang lebih luas. Mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup yang dapat dijangkau oleh peneliti. Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada penggunaan media pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang dipilih adalah media globe dan media peta. Pokok bahasan yang dieksperimenkan dalam penelitian ini adalah peta dan globe. Bersamaan dengan itu, diteliti juga pengaruh motivasi berprestasi siswa yang dibedakan menjadi motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. Hasil belajar siswa yang diteliti dibatasi pada aspek kognitif yaitu ingatan, pengetahuan, aplikasi dan analisis. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah hasil belajar geografi siswa yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran peta lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran globe? 2) Apakah hasil belajar geografi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah? 3) Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar geografi?

12 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh masukan tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Hasil belajar geografi yang diperoleh siswa yang diajarkan dengan menggunakan media pembelajaran globe dengan siswa yang diajarkan menggunakan media pembelajaran peta. 2) Perbedaan hasil belajar geografi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan hasil belajar geografi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. 3) Interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar geografi. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai salah satu sumbangan pemikiran dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pembelajaran geografi bagi guru-guru geografi dalam merancang pembelajaran agar diperoleh optimilisiasi hasil. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah bahwa berbagai data dan hasil temuan dalam penelitian ini kiranya dapat dijadikan landasan dan dikembangkan bagi peneliti berikutnya. Selain itu informasi yang berkaitan dengan penggunaan media pembelajaran kiranya dapat disosialisasikan dalam proses pembelajaran materi pelajaran yang sejenis maupun materi pelajaran yang lainnya.