BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan

BAB III METODE PENELITIAN. Group Pre-Test Post-Test Desain Tanpa Kelompok Control dimana desain

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Quasy

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

SKRIPSI SULASTRI J

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA PASIEN APENDEKTOMI

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 52 Jombang. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang. dalam layanan pilihan utama masyarakat di Kabupaten Jombang

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu(quasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI MENSTRUASI PADA SISWI SMA 3 KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2014

Resa Nirmala Jona *), Sri Widodo **), Shobirun ***)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Volume 3 / Nomor 3 / November 2016 ISSN : EFEKTIVITAS RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I DI BPM FAJAR ENDROWATI BOYOLALI

A. PENDAHULUAN Endang Sawitri* Agus Sudaryanto**

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Global Status Report on Road Safety yang. dikeluarkan WHO.Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan jumlah

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMAN 1 Kasihan memiliki jumlah siswa yang cukup banyak sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

Trullyen Vista Lukman* ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. April 2006 oleh Gubernur Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

TERAPI RELAKSASI TERHADAP NYERI DISMENORE PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG. Jl. Kedungmundu Raya no.18 Semarang, Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Responden Penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UPT WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

Transkripsi:

55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe merupakan Rumah Sakit Umum (RSU) terbesar yang ada di Wilayah Provinsi Gorontalo dengan tipe B yang terletak di Jalan Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini juga merupakan merupakan salah satu Rumah Sakit alternatif dan rujukan utama untuk berobat bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo serta sebagian masyarakat dari luar Provinsi Gorontalo, seperti masyarakat dari Provinsi Sulawesi Tengah (Kab. Buol dan Kab. Parigi Moutong) dan masyarakat Provinsi Sulawesi Utara (Kab. Bolaang Mongondow Utara). Dimana daerah-daerah tersebut berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 Oktober sampai dengan 1 November 2012 di ruangan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung dengan cara memperlihatkan lembar observasi kepada responden. 2. Gambaran Umum Responden Jumlah sampel yang diperoleh selama satu bulan penelitian sebanyak 45 responden (pasien). Setelah data terkumpul, selanjutnya akan diolah menggunakan analisis statistik Uji Wilcoxon Signed Ranks 55

56 Test. Hasil dari pengolahan data, akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang meliputi karakteristik responden pada pre dan post perlakuan teknik relaksasi nafas dalam yang tergambar sebagai berikut: 2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakterisrik Responden Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Post Operasi Appendisitis di Ruangan Bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia 20 27 19 42.2 28 35 12 26.7 36 43 6 13.3 44 51 3 6.7 52 60 3 6.7 61 67 2 4.4 Jenis Kelamin Laki-Laki 15 33.33 Perempuan 30 66.67 Tingkat Pendidikan SD 10 22.22 SMP 7 15.56 SMA 15 33.33 PT 13 28.89 Jenis Obat Ketorolac 30 mg/ml 5 11.11 Asam Mefenamat 500 mg 40 88.89 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan Tabel 4.1, menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden yang diteliti dilihat dari segi usia, ternyata usia terbanyak

57 adalah 20 27 tahun sebanyak 19 orang (42,2%), sedangkan usia terendah adalah 60 67 tahun sebanyak 2 orang (4,4%). Untuk jenis kelamin jumlah responden terbanyak adalah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 30 orang atau sekitar (66,67%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan jumlah responden terbanyak adalah SMA sebanyak 15 orang (33,33%). Untuk tingkat pendidikan terendah adalah SMP sebanyak 7 orang (15,56%). Serta untuk jenis obat analgetik yang digunakan oleh responden, ternyata jenis obat terbanyak adalah asam mefenamat sebanyak 40 orang (88,89%). 2.2. Penurunan Tingkat Nyeri Berdasarkan Usia Responden Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Penurunan Tingkat Nyeri Berdasarkan Usia (n=45) Usia Penurunan Nyeri Pre dan Post Berat Ringan Sedang Ringan Jumlah % 20-27 2 17 19 42.2 28-35 2 10 12 26.7 36-43 0 6 6 13.3 44-51 1 2 3 6.7 52-60 0 3 3 6.7 61-67 1 1 2 4.4 Total 6 39 45 100 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan hasil penelitian seperti pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dilihat dari usia diperoleh sebanyak 39 orang (86,67%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi

58 nyeri ringan. Masing-masing usia 20-27 tahun sebanyak 17 orang, usia 28-35 tahun sebanyak 10 orang, usia 36-43 tahun sebanyak 6 orang, usia 44-51 tahun sebanyak 2 orang, usia 52-60 tahun sebanyak 3 orang dan usia 61-67 tahun sebanyak 1 orang. Sedangkan yang lainnya sebanyak 6 responden (13,33%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Masing-masing usia 20-27 tahun sebanyak 2 orang, usia 28-35 tahun sebanyak 2 orang, usia 44-51 tahun sebanyak 1 orang dan usia 61-67 tahun sebanyak 1 orang. 2.3. Penurunan Tingkat Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Penurunan Tingkat Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin (n=45) Penurunan Nyeri Pre dan Post Berat Ringan Sedang Ringan Jumlah % Laki-Laki 0 15 15 33.33 Perempuan 6 24 30 66.67 Total 6 39 45 100 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan hasil penelitian seperti pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dilihat dari jenis kelamin diperoleh sebanyak 39 responden (86,67%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Masing-masing laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan sebanyak 24 orang. Sedangkan yang lainnya sebanyak 6 responden (13,33%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Semuanya berjenis kelamin perempuan.

59 2.4. Penurunan Tingkat Nyeri Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Penurunan Tingkat Nyeri Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan (n=45) Tingkat Penurunan Nyeri Pre dan Post Pendidikan Berat Ringan Sedang Ringan Jumlah % SD 1 9 10 22.22 SMP 1 6 7 15.56 SMA 3 12 15 33.33 PT 1 12 13 28.89 Total 6 39 45 100 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan hasil penelitian seperti pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dilihat dari tingkat pendidikan diperoleh sebanyak 39 responden (86,67%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Masing-masing SD sebanyak 9 orang, SMP sebanyak 6 orang, SMA sebanyak 12 orang dan PT sebanyak 1 orang. Sedangkan yang lainnya sebanyak 6 responden (13,33%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Masing-masing SD sebanyak 1 orang, SMP sebanyak 1 orang, SMA sebanyak 3 orang dan PT sebanyak 1 orang.

60 2.5. Penurunan Tingkat Nyeri Berdasarkan Jenis Obat Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Penurunan Tingkat Nyeri Responden Jenis Obat Analgetik Ketorolac 30 mg/ml Berdasarkan Jenis Obat Analgetik yang di Minum (n=45) Penurunan Nyeri Pre dan Post Berat Ringan Sedang Ringan Jumlah % 4 1 5 11.11 Asam Mefenamat 500 mg 2 38 40 88.89 Total 6 39 45 100 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan hasil penelitian seperti pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden dilihat dari jenis obat analgetik yang diminum diperoleh sebanyak 39 responden (86,67%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Masing-masing Asam Mefenamat sebanyak 38 orang dan Ketorolac sebanyak 1 orang. Sedangkan yang lainnya sebanyak 6 orang responden (13,33%) mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Masing-masing Ketorolac sebanyak 4 orang dan Asam Mefenamat sebanyak 2 orang.

61 2.6. Perbandingan Skala Nyeri Pre dan Post Perlakuan Tabel 2.6. Distribusi Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Setelah Perlakuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam (n=45) Kategori Skala Nyeri Sebelum (Pre) Setelah (Post) Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Nyeri Ringan (Skala 1 3) 0 0 45 100 Nyeri Sedang (Skala 4 6) 39 86.7 0 0 Nyeri Berat (Skala 7 9) 6 13.3 0 0 Total 45 100 45 100 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan hasil penelitian seperti pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebelum perlakuan teknik relaksasi nafas dalam mayoritas responden atau sebanyak 39 orang (86,7%) menyatakan mengalami nyeri sedang (skala 4 6) dan 6 orang (13,3%) menyatakan mengalami nyeri berat (skala 7 9). Sedangkan setelah perlakuan semua reseponden menyatakan mengalami nyeri ringan (skala 1 3). 2.7. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Penurunan Nyeri Sebelum dan Setelah Perlakuan Tabel 4.7. Tingkat Penurunan Nyeri Sebelum dan Setelah Perlakuan (n=45) Tingkat Penurunan Nyeri Pre Post N % Nyeri Berat Nyeri Ringan 6 13.33 Nyeri Sedang Nyeri Ringan 39 86.67 Total 45 100 Sumber : Data Primer 2012

62 Berdasarkan hasil penelitian seperti pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 45 responden yang diteliti mayoritas mengalami tingkat penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Jumlah reponden yang termasuk dalam kategori tersebut sebanyak 39 orang (86,67%). Sedangkan sisanya sebanyak 6 orang (13,33%) mengalami tingkat penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. 2.8. Rataan Skala Nyeri Pre dan Post Perlakuan Tabel 4.8. Rataan Skala Nyeri Sebelum (Pre) dan Setelah (Post) Intervensi (n=45) Mean n SD Nyeri Pre Intervensi 5.8222 45 0.64979 Nyeri Post Intervensi 1.9333 45 0.61791 Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan uji normalitas seperti pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rataan intensitas nyeri sebelum (Pre ) perlakuan diperoleh hasil sebesar 5.82 ± 0.65. Sedangkan setelah (Post) perlakuan menunjukkan bahwa rataan intensitas nyeri diperoleh hasil sebesar 1.93 ± 0.62. 2.9. HubunganTingkat Nyeri Pre dan Post Perlakuan Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Nyeri Sebelum Nyeri Pre dan Post Intervensi dan Setelah Perlakuan (n=45) Mean Rank Sumber : Data Primer 2012 Sum Of Ranks 23.00 1035.00-6.243 0.000 Z p

63 Pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat nyeri responden sebelum dan setelah perlakuan diperoleh hasil rata-rata (mean) 3.89 ± 0.44. Berdasarkan analisis statistik Uji Wilcoxon Signed Ranks Test seperti pada Tabel 4.9 yang menunjukkan bahwa besarnya nilai Z (based of positive ranks) - 6.243 dengan signifikansi (p=value) sebesar 0.000 dan nilai α<0.05. Dengan demikian nilai probabilitas 0.000 lebih kecil daripada α <0.05 maka dengan ini H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien post operasi appendisitis di ruangan bedah RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. B. Pembahasan 1. Tingkat Nyeri Sebelum dan Setelah Perlakuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam. Derajat dan kualitas nyeri yang dirasakan oleh setiap responden sangat subjektif dan berbeda, hal ini disebabkan karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks dan banyak faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi dan reaksi individu terhadap nyeri seperti yang dinyatakan oleh Smeltzer & Bare (2002), diantaranya adalah usia, jenis kelamin, ansietas, pengalaman nyeri masa lalu, perhatian dan dukungan keluarga. Berdasarkan karekteristik responden seperti pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 responden terdapat 19 orang (42,2%) yang berusia 20-27 tahun dan 12 orang (26,67%) yang berusia 28-35 tahun.

64 Sesuai pengamatan yang telah dilakukan bahwa rentang usia tersebut rata-rata mempersepsikan nyeri lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berusia lanjut. Selanjutnya pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 6 orang responden yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Masing-masing 2 orang yang berusia 20-27 tahun, 2 orang berusia 28-35 tahun, 1 orang berusia 44-51 tahun dan 1 orang lagi berusia 61-67 tahun. Sedangkan untuk responden yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan sebanyak 39 orang. Masing-masing 17 orang yang berusia 20-27 tahun, 10 orang berusia 28-35 tahun, 6 orang berusia 36-43 tahun, 2 orang berusia 44-51 tahun, 3 orang berusia 52-60 tahun dan 1 orang berusia 61-67 tahun. Berdasarkan hasil penelitian tampaknya faktor usia dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini sesuai dengan peryataan Potter & Perry (2006) bahwa usia merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi tingkat nyeri terutama pada anak, remaja dan orang dewasa. Selain hal tersebut diatas, persepsi dan reaksi nyeri individu juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dimana individu yang berjenis kelamin perempuan lebih mengartikan atau mempersepsikan nyeri ke arah yang lebih negatif. Berdasarkan karakteristik responden seperti pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 orang (66,67%) berjenis kelamin perempuan. Sesuai pengamatan yang telah dilakukan bahwa responden perempuan mempersepsikan nyeri

65 lebih tinggi dibandingkan responden laki-laki. Selanjutnya pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat 6 orang responden yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan, dan semuanya berjenis kelamin perempuan. Sedangkan dari 39 orang responden yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan, terdapat 24 orang berjenis kelamin perempuan dan 15 orang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat nyeri yang dirasakan seseorang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hidayat (2006) bahwa seorang yang berjenis kelamin perempuan lebih mengartikan dan mempersepsikan nyeri sebagai suatu hal yang bersifat negatif seperti membahayakan dan merusak. Pernyataan yang lain menyebutkan bahwa kebutuhan narkotik post operasi pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria (Burn, dkk. (1989) dikutip dalam Potter dan Perry (2006). Selain kedua faktor yang telah disebutkan di atas, McCaffery dan Pasero yang dikutip dalam Prasetyo (2010) menyebutkan bahwa persepsi nyeri individu hanya klienlah yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang ia rasakan. Oleh karena itu klien dikatakan sebagai expert tentang nyeri yang dirasakan. Selanjutnya dinyatakan bahwa nyeri pasien mencakup dimensi psikis, emosional dan kognitif (pendidikan). Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden yang telah diteliti, terdapat 15 orang (33,34%) berpendidikan SMA, 13 orang

66 (28,9%) berpendidikan PT, 10 orang (22,2%) berpendidikan SD dan 7 orang (15,56%) berpendidikan SMP. Selanjutnya pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat 6 orang responden yang mengalami penurunan nyeri, dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Masing-masing 3 orang berpendidikan SMA, dan yang lainnya masing-masing 1 orang berpendidikan SD, SMP dan PT. Sedangkan yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan sebanyak 39 orang. Masingmasing 12 orang berpendidikan SMA, 12 orang berpendidikan PT, 9 orang berpendidikan SD dan 6 orang berpendidikan SMP. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa tingkat kognitif atau pendidikan responden dapat mempengaruhi persepsi nyeri yang dirasakan. Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 jumlah responden yang diteliti, terdapat 5 orang yang menggunakan obat analgetik jenis ketoralac dan 40 orang yang menggunakan asam mefenamat. Selanjutnya pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat 6 orang responden yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Masing-masing 4 orang menggunakan analgetik jenis ketorolac dan 2 orang dengan asam mefenamat. Sedangkan yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan sebanyak 39 orang. Masingmasing 1 orang menggunakan analgetik jenis ketorolac dan 38 orang responden yang menggunakan asam mefenamat. Tabel 4.6 memperlihatkan perbandingan penurunan skala intensitas nyeri sebelum dan setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan

67 bahwa dari 45 jumlah responden yang diteliti, mayoritas responden menyatakan bahwa sebelum perlakuan teknik relaksasi nafas dalam, intensitas nyeri yang dirasakan pasien berada pada rentang skala 4-6 (nyeri sedang) yaitu sebanyak 39 orang (86,7%). Sedangkan 6 orang (13,3%) lainnya menyatakan intensitas nyeri yang dirasakan berada pada rentang skala 7-9 (nyeri berat). Sedangkan setelah perlakuan teknik relaksasi nafas dalam, semua responden menyatakan bahwa tingkat nyeri yang dirasakan berada pada rentang skala 1-3 (nyeri ringan). Selanjutnya pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden yang diteliti, terdapat 39 orang (86,67%) responden yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Sedangkan 6 orang (13,33%) lainnya mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat menjadi nyeri ringan. Hasil uji normalitas (Tabel 4.7) dengan jumlah responden sebanyak 45 orang (n = 45) menunjukkan bahwa skala nyeri yang dirasakan oleh pasien sebelum perlakuan teknik relaksasi nafas dalam rata-rata 5.82 ± 0.65 (kategori nyeri sedang). Namun demikian setelah perlakuan teknik relaksasi nafas dalam mengalami penurunan rata-rata 1.93 ± 0.62 (kategori nyeri ringan). Tampaknya perlakuan teknik relaksasi nafas dalam berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien post-operasi appendisitis. Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Zees (2012) bahwa pengaruh relaksasi terhadap

68 respon adaptasi nyeri pada 30 pasien apendektomi dapat menurunkan skala nyeri dengan rata-rata 5.53 ± 1.41 (nyeri sedang) menjadi rata-rata 3.53 ± 1.96 (nyeri ringan). Selanjutnya Dewi dkk, (2009) menyatakan bahwa pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri pada lansia dengan artritis reumatoid, dapat menurunkan skala nyeri dari rata-rata 4.3 ± 1.2 (nyeri sedang) menjadi rata-rata 3.1 ± 0.99 (nyeri ringan). Pengukuran intensitas skala nyeri yang dilakukan menggunakan skala Numeric Rating Scale (NRS) yang merupakan teknik pengukuran nyeri, dimana klien diperlihatkan skala NRS kemudian diminta untuk menyatakan tingkat nyeri yang dirasakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiyohadi (2006) bahwa pengukuran intensitas nyeri menggunakan skala NRS lebih mudah dipahami klien, baik pemberian secara lisan maupun dengan mengisi lembar kuesioner. 2. Hubungan Intensitas Nyeri Sebelum dan Setelah Intervensi Teknik Relaksasi Nafas Dalam pada Pasien Post-Operasi Appendisitis Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua pasein yang dijadikan sampel penelitian, menyatakan bahwa setelah perlakuan teknik relaksasi nafas dalam merasakan adanya penuruan intensitas nyeri. Hasil analisis statistik Uji Wilcoxon Signed Ranks Test seperti pada Tabel 4.9 yang menunjukkan bahwa besar nilai Z (based of positive ranks) - 6.243 dengan signifikansi (p=value) sebesar 0.000 dan nilai α<0.05. Dengan demikian nilai probabilitas 0.000 lebih kecil daripada

69 α<0.05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Artinya perlakuan teknik relaksasi nafas dalam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nyeri pada pasien post-operasi appendisitis. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa intensitas nyeri sebelum perlakuan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh skala nyeri dengan rata-rata 5.82 ± 0.65 (nyeri sedang). Sedangkan setelah perlakuan teknik relaksasi nafas dalam diperoleh skala nyeri dengan rata-rata 1.93 ± 0.62 (nyeri ringan). Adanya penurunan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien disebabkan karena pasien melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan benar dengan waktu latihan kurang lebih 15 menit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indiarti (2009) bahwa dengan melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan induksi latihan selama 15 20 menit secara teratur dapat mengurangi rasa nyeri. Pernyataan lain menyebutkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat berhasil jika pasien kooperatif (Perry dan Potter, 2006). Beberapa teori yang mendasari terjadinya penurunan nyeri setelah perlakuan teknik relaksasi nafas dalam antara lain : Huges dkk, yang dikutip dalam Ernawati dkk, (2010) menyebutkan bahwa dalam keadaan tertentu tubuh mampu mengeluarkan opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Zat-zat tersebut memiliki sifat mirip morfin dengan efek analgetik yang membentuk suatu sistem penekanan nyeri. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu keadaan yang mampu

70 merangsang tubuh untuk mengeluarkan opioid endogen sehingga terbentuk sistem penekan nyeri yang akhirnya akan menyebabkan penurunan intensitas nyeri. Smeltzer & Bare (2002) menyebutkan teorinya bahwa periode relaksasi nafas dalam yang teratur dan relaksasi otot progresif dapat menurunkan nyeri dengan merileksasikan ketegangan otot-otot akibat meningkatnya stimulasi nyeri. Selanjutnya Handerson (2005) bahwa ketika seseorang melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur. Hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan kadar PaCO 2 dan akan menurunkan kadar ph sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen (O 2 ) dalam darah. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa perlakuan teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan menimbulkan rasa nyaman bagi pasien. Adanya rasa nyaman tersebut akan meningkatkan toleransi pasien terhadap rasa nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kozier (2004) yang dikutip dalam Ernawati (2010) bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menimbulkan rasa nyaman dan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

71 Selanjutnya dinyatakan bahwa selain meningkatkan toleransi nyeri, rasa nyaman yang dirasakan setelah melakukan nafas dalam juga dapat meningkatkan ambang nyeri sehingga dengan adanya peningkatan ambang nyeri tersebut maka nyeri yang berada pada skala sedang dapat menjadi nyeri ringan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa responden yang melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan baik dan didukung dengan lingkungan yang tenang akan memberikan efek penurunan intensitas nyeri secara nyata. Penurunan intensitas nyeri yang terjadi tersebut tidak hanya disebabkan oleh teknik relaksasi nafas dalam saja tetapi didukung oleh beberapa faktor lain seperti pernyataan Priharjo (2003), yang menjelaskan bahwa paling tidak ada tiga hal penting yang menjadikan tindakan relaksasi bermakna secara signifikan terhadap skala nyeri yaitu posisi yang tepat, pikiran yang tenang dan lingkungan yang tenang. Kondisi tersebut juga terjadi pada pasien post-operasi appendisitis di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo, dimana perlakuan teknik relaksasi nafas dalam, dilakukan secara baik ditambah dengan pikiran yang tenang dan kondisi lingkungan yang tenang, sangat memberikan kontribusi yang berarti dalam proses penunuran skala nyeri. Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Maulana (2003) yang meneliti tentang pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri post partum di RSUD Bantul, menyatakan bahwa ada pengaruh yang

72 bermakna terhadap penurunan tingkat nyeri post partum setelah pemberian teknik relaksasi nafas dalam. Penelitian lain yang menyebutkan adanya penurunan nyeri setelah perlakuan teknik relaksasi nafas dalam seperti yang telah dilakukan oleh Ayudianingsih (2009) pada pasien pasca operasi fraktur femur di Rumah Sakit Karima Utama Surakarta, menyebutkan bahwa sekitar 60 sampai 70% pasien dengan ketegangan nyeri dapat mengurangi nyerinya minimal 50% dengan melakukan relaksasi nafas dalam. Selanjutnya Dewi dkk (2009) juga meneliti pengaruh teknik relaksasi nafas dalam pada lansia dengan artritis reumatoid, menyatakan bahwa terjadi penurunan tingkat nyeri dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan setelah pemberian relaksasi nafas dalam.