BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

PENDAHULUAN. Kondisi fisik manusia sangat mempengaruhi penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. stimulus (Anurogo & Usman, 2014, h. 66). Epilepsi adalah kelainan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tergantung pada kondisi kulit orang tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

KONSEP KESEHATAN MENTAL LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adanya waktu untuk berolahraga ringan sekalipun merupakan kebiasaankebiasaan

BAB IV ANALISIS. memiliki ibu berstatus narapidana sejak awal dan I responden butuh beberap

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudian akan mengalami asma dan rhinitis alergi (Djuanda, 2007). inflamasi dan edukasi yang kambuh-kambuhan (Djuanda,2007).

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah

Penelitian Keperawatan Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dia mampu menunjukan eksistensi dirinya terhadap orang lain. inginkan oleh semua orang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting serta mahal nilainya. 2011). Cahyono (2008) menambahkan penyakit jantung koroner, stroke sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. Padjajaran, 1974, hlm. 8 4 S.d.a

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting bagi individu. Oleh sebab itu, kondisi kulit sangat mempengaruhi pandangan orang lain dan diri sendiri, sehingga bila terdapat penyakit pada bagian ini, biasanya lebih cepat direspon oleh orang lain. Salah satu penyakit kulit yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah psoriasis. Psoriasis adalah penyakit kulit dimana penderita mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat, yaitu 2-4 hari. Hal ini dikarenakan adanya gangguan pada inti sel yang memprogram pergantian kulit tersebut. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini psoriasis belum dapat disembukan atau dicegah, yang bisa hanya sebatas menghilangkan gejalanya. Sesuai sifatnya yang menahun dan residif, pengobatan yang dilakukan dimaksudkan menyembuhkan peradangan dan mencegah kekambuhan dan ini berlangsung dalam jangka panjang. Menurut Suwardi, yang merupakan salah satu penderita, mengaku sering malu karena dijauhi orang. Jika dia naik mikrolet, banyak orang melihat ke arahnya dengan perasaan jijik. Ada juga yang terang-terangan pindah tempat duduk karena takut 1

tertular jika tersentuh. (http://www.depkes.go.id/ popups/articleswindow. php?id=81&print=print, diakses pada tanggal 04 April 2009) Psoriasis ini dapat menyerang siapa pun, termasuk pekerja seni (artis) dan model yang biasanya memperlihatkan keindahan kulitnya, hal ini dialami oleh penyanyi LeAnn Rimes. Rimes mengidap psoriasis sejak usia 2 tahun dan sampai saat masih berjuang melawan penyakitnya. Rimes ikut memberikan dukungan dalam kampanye memerangi psoriasis. Kampanye ini bertujuan untuk menghapus stigma buruk tentang penyakit ini. Dalam kampanye ini Rimes pun menyakini setiap orang agar tidak perlu menyembunyikan penyakitnya. Saya bangga bisa terlibat dalam kampanye ini. Saya ingin menyakinkan setiap orang agar tidak perlu sembunyi terus menerus (Majalah Kartini, 2010) Penyakit ini juga tidak memandang usia. Menurut National Institute of Health, jumlah penderita psoriasis di seluruh dunia mencapai lebih dari 125 juta pasien. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2000-2001 terdapat 2.3 persen penderita psoriasis yang terdiagnosis di RSCM. Saat ini diperkirakan pasien psoriasis mencapai 2.5-3 persen dari populasi penduduk, bahkan kemungkinan di atas angka itu dan belum mendapat penanganan medis. (http:// kesehatan.kompas.com/read/2009/02/15/20191255/ psoriasis.turunkan.kualitas.hidup.penderita..,diakses pada tanggal 04 Maret 2009). Penyebab dari penyakit ini adalah faktor herediter (genetik). Seseorang beresiko menderita psoriasis sekitar 41 persen jika kedua orangtuanya juga penderita, 14 persen jika salah satu orangtua penderita, 6 persen jika salah satu keluarga 2

kandung penderita, dan hanya 2 persen jika tidak ada orangtua atau saudara kandung yang menderita (http://jayarasti.blogspot.com/2009/03/ psoriasis.html, diakses tanggal 03 April 2009). Sedangkan faktor pemicu timbulnya psoriasis kembali yang pertama adalah faktor psikis. Sebagian penderita diduga mengalami psoriasis karena di picu oleh faktor psikis. Menurut dr. Danang Sp.KK stres dan emosi yang tidak terkendali dapat memicu psoriasis (http://rol.republika.co.id/berita/32033/ Psoriasis_Kenali_Gejalanya_Cegah_Penyebabnya, 04 April 2009). Kedua faktor infeksi lokal, beberapa infeksi menahun (kronis) diduga berperan pada timbulnya psoriasis. Ketiga penyakit metabolik, yaitu penyakit medis yang berkaitan dengan produksi energi di dalam sel manusia, misalnya diabetes mellitus laten (http://id.wikipedia.org/wiki/penyakit_metabolik, 04 November 2009). Menurut dr. Danang Sp.KKK, Psoriasis adalah penyakit sistemik atau internal dalam yang disebabkan karena adanya kelainan pada system kekebalan tubuh (autoimunitas) yang sampai saat ini belum dapat disembuhkan secara total (http://medicastore.com/seminar/91/stop_psoriasis.html, diakses pada tanggal 03 April 2009). Sehingga ketika sistem kekebalan menurun psoriasis cenderung mudah kambuh. Keempat faktor cuaca, pada beberapa penderita mempunyai kecenderungan membaik saat musim panas dan kambuh pada musim hujan. Selain menyerang kulit, psoriasis juga menyerang persendian. Hal ini sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Menurut dr. Cecilia R, kondisi penderita ketika menyerang persendian adalah terkikisnya tulang sampai habis hingga cacat, jika menyerang jari disebut sausage finger, selain bengkak dan jari memanjang 3

bila tulang sudah habis bisa sampai lepas (http://www. tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/02/18/brk,20090218-160662, id.html, diakses pada tanggal 23 Oktober 2009). Penderita psoriasis akan mengalami perubahan-perubahan pada penampilan kulitnya. Menurut Sylvia D Elvira, psikiater dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM, setiap penderita psoriasis pasti mengalami proses psikologis ketika mengetahui penampilannya berubah (http://www.depkes.go.id/popups/articleswindow.php? id=81&print=print, diakses pada tanggal 04 April 2009). Dalam menghadapi perubahan tersebut, setiap individu akan berespon dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kepribadian dan ketahanan diri terhadap stres, konsep diri dan citra diri, serta penerimaan diri terhadap penyakit tersebut; misalnya ada yang merasa marah karena merasa tidak beruntung, sehingga cenderung menyalahkan hal-hal atau orang lain di sekitarnya atau menyesali nasibnya mengalami psoriasis, serta adapula yang merasa bersalah pada diri sendiri (http://www.psoriasisindonesia.org/articles.php?id=71, diakses pada tanggal 06 Oktober 2009). Penerimaan diri merupakan suatu kondisi dimana individu mampu menerima kelebihan dan kekurangannya dan memiliki harapan yang realistis, dan menghargai dirinya. Calhoun & Acocella (1990) (dalam jurnal psikologi, vol.1 no.2, 2004) menambahkan bahwa individu yang bisa menerima diri secara baik tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri, sehingga lebih banyak memiliki kesempatan 4

untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kesempatan ini membuat individu mampu melihat peluang-peluang berharga yang memungkinkan dirinya berkembang. Penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Calhoun & Acocella (1990) (dalam junla psikologi, no.2, 1998) menambahkan bahwa seseorang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif. Sartain (dalam, Andromeda, 2006) mendefinisikan penerimaan diri sebagai kesadaran seseorang untuk menerima dirinya sebagaimana adanya dan memahami dirinya seperti apa adanya. Individu yang memiliki penerimaan diri berarti telah menjalani proses yang menghantarkan dirinya pada pengetahuan dan pemahaman tentang dirinya sehingga dapat menerima dirinya secara utuh dan bahagia. Penderita psoriasis akan sampai ke tahap ini, ketika ia sudah menerima keadaan dirinya. Bila individu mengalami psoriasis, maka akan terjadi perubahan-perubahan pada penampilan kulitnya. Terkadang sulit bagi penderita untuk menerima keadaan tersebut. Dengan perubahan itu, maka penerimaan diri penderita sangat penting, agar penderita dapat menerima kelemahan dirinya tersebut. Berdasarkan deskripsi diatas penelitian ini ditujukan untuk meneliti dan mengetahui bagaimana gambaran penerimaan dirinya. Sehingga penelitian ini diberi judul GAMBARAN PENERIMAAN DIRI PADA PENDERITA PSORIASIS 5

B. Identifikasi Masalah Memiliki kulit sehat tentu menjadi impian semua orang tanpa terkecuali. Namun, tidak semua orang bisa memiliki kulit sehat. Berbagai jenis penyakit kulit bisa menyerang siapa saja, salah satunya psoriasis yang dianggap penyakit langka dan sulit disembuhkan. Secara klinis, penyakit ini adalah penyakit genetik dan tidak menular. Namun penyakit ini dapat menurunkan kualitas hidup penderita, karena penyakit ini dapat muncul pada bagian manapun di kulit. Dalam menghadapi itu, setiap individu akan berespon dan mempunyai persepsi berbeda tergantung pada kepribadian dan konsep diri individu itu sendiri (http://www.psoriasisindonesia.org/articles. php?id=71, diakses pada tanggal 06 Oktober 2009). Kondisi tubuh sangat mempengaruhi konsep diri seseorang. Jika penderita psoriasis menilai diri sendiri positif, maka akan lebih mudah untuk menerima keadaannya. Calhoun & Acocella (1990) menambahkan bahwa seseorang dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif. Konsep diri yang positif dalam diri seseorang berkaitan dengan penerimaan diri (dalam jurnal psikologi, no.2, 1998). 6

Penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Sikap penerimaan diri ditunjukan oleh pengakuan terhadap kelebihan-kelebihannya sekaligus menerima kelemahan-kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan yang terus-menerus untuk mengembangkan diri (dalam jurnal psikologi No. 2, 1998). Sedangkan penerimaan diri yang negatif, mereka memiliki perasaan kurang berharga yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap dirinya sendiri. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukan penerimaan diri yang negatif pula. (Soeprapto, 2002). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini akan membahas masalah tentang Bagaimana Gambaran Penerimaan Diri Pada Penderita Psoriasis C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh faktor penerimaan diri bagi penderita psoriasis, baik dari sisi pemahaman dirinya, harapan yang realistis, tidak adanya hambatan lingkungan, tingkah laku sosial yang sesuai, tidak adnaya stress emosional yang berat, kenangan akan keberhasilan, identifikasi dengan orang yang memiliki penyesuain diri yang baik, perspektif diri, pola asuh masa kecilnya, dan konsep dirinya. 2. Mengetahui gambaran penerimaan diri pada penderita psoriasis. 7

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini berupa: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai gambaran psikologis penderita psoriasis khususnya penerimaan diri, sehingga nantinya dapat menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam lagi dengan pola kasus yang serupa ataupun yang lebih beragam dan tentunya menambah wawasan pengetahuan dalam psikologi kepribadian. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: Penderita psoriasis dalam menambah wawasannya mengenai gambaran penerimaan diri antar penderita. Para konselor, dokter, praktisi kesehatan, serta guru yang dapat membantu memahami keadaan psikologis penderita psoriasis sehingga dapat memberi intervensi yang tepat. Masyarakat, agar lebih memahami tentang psoriasis. E. Kerangka Berpikir Setiap mendengar penyakit kulit, stigma yang berkembang di masyarakat adalah penyakit tersebut menular dan dokter pun selama ini sering memandang penyakit kulit adalah penyakit yang ringan, tetapi adakalanya mengakibatkan 8

disabilitas atau ketidakmampuan yang berat bagi penderitanya sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita. Tak terkecuali yang terjadi pada penderita psoriasis. Psoriasis mengganggu penderitanya, baik dari segi penampilan atau fisik, maupun secara psikologis, dan pada akhirnya menurunkan kualitas hidup penderitanya (http://kesehatan.kompas.com/read/009/02/15/20191255/psoriasis. Turunkan.Kualitas.Hidup.Penderita, diakses pada tanggal 04 Maret 2009). Dalam menghadapi itu semua, setiap individu akan merespons dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda tergantung pada kepribadian dan ketahanan diri terhadap konsep diri dan penerimaan diri. Konsep diri berkaitan erat dengan penerimaan diri seseorang. Roger (Coulhoun, 1990) mengatakan bahwa kunci dari aktualisasi diri adalah konsep diri. Orang yang memiliki konsep diri positif berarti memiliki penerimaan diri yang positif. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri yang negatif, menunjukan penerimaan diri yang negatif pula. Hjelle & Ziegler (1981) (dalam jurnal psikologi, no.2. 2002) menyatakan bahwa individu dengan penerimaan diri memiliki toleransi frustasi terhadap kejadiankejadian yang menjengkelkan dan toleransi terhadap kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. Namun tidak mudah untuk menerima diri sendiri, terutama pada penderita psoriasis. Ketika dirinya didiagnosis psoriasis, maka individu akan mengalami perubahan pada penampilan kulitnya apalagi jika dialami dalam jangka waktu lama, biasanya perubahan tersebut akan lebih dirasakan. Dalam menghadapi perubahan tersebut, setiap individu akan berespon dan mempunyai 9

persepsi yang berbeda-beda, misalnya ada yang merasa marah karena merasa tidak beruntung, sehingga cenderung menyalahkan orang lain dan lingkungannya. Namun ada pula yang menerima kenyataan bahwa psoriasis yang dialaminya tidak berbahaya, walaupun mengubah penampilan fisiknya (http://www. psoriasisindonesia.org/articles.php?id=71, diakses pada tanggal 06 Oktober 2009). Penerimaan diri memliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Pertama, pemahaman diri. Persepsi tentang diri sendiri yang timbul jika individu mengenali kemampuan dan ketidakmampuan serta ingin mencoba kemampuannya tersebut. Kedua, harapan yang realistis. Jika individu menganggap apa yang diharapakan tersebut realistis, maka adanya kesempatan untuk mewujudkan harapan tersebut. Ketiga, tidak adanya hambatan dari lingkungan. Jika lingkungan sekitarnya menghalangi individu tersebut untuk mengekspresikan dirinya, maka penerimaan diri akan sulit dicapai. Keempat, tingkah laku sosial yang sesuai. Individu yang bertingkah laku sesuai dengan norma yang ada dalam lingkungan tersebut, maka hal itu dapat membantu dirinya dalam menerima diri. Kelima, tidak adanya stres emosional yang berat. Tidak adanya stres yang berat memungkinkan individu melakukan yang terbaik dan tidak hanya mementingkan dirinya sendiri. Keenam, kenangan akan keberhasilan. Keberhasilan dan kegagalan akan menimbulkan penilaian sosial dari masyarakat. Ketika individu mengalami kegagalan dan mengingat keberhasilannya maka dapat memunculkan penerimaan diri. Ketujuh, identifikasi dengan orang lain yang memiliki penyesuain diri yang baik. Individu yang mengidentifikasi dirinya dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang 10

baik, maka hal tersebut dapat membantu individu dalam mengembangkan sikap positifnya. Kedelapan, perspektif diri. Individu dapat memperhatikan pandangan orang lain seperti ia memandang dirinya sendiri merupakan individu yang memiliki pemahaman diri yang sangat baik. Kesembilan, pola asuh masa kecil yang baik. Awal terbentuknya kepribadian adalah pada saat anak-anak dan pola asuh yang diterapkan orangtua sangat mempengaruhi penerimaan diri individu dimasa yang akan datang. Kesepuluh, konsep diri yang stabil. Individu dapat melihat dirinya sendiri dengan cara yang sama dari waktu ke waktu. Dari faktor tersebut dapat telihat, apakah penderita psoriasis memiliki penerimaan positif atau negatif. Berikut ini adalah bagan kerangka berpikir pada gambar 1.1: Pandangan Masyarakat Penderita Psoriasis Konsep Diri Konsep Diri Positif Konsep Diri Penerimaan Diri Faktor Yang mempengaruhi Penerimaan Diri:: (1) Pemahaman Diri, (2) Harapan Yang Realistis, (3) Tidak Adanya Hambatan Lingkungan, (4) Tingkah Laku Sosial Yang Sesuai, (5) Tidak Adanya Stres Emosional Yang Berat, (6) Kenangan Akan Keberhasilan, (7) Identifikasi Dengan Orang Yang Memiliki Penyesuaian Diri Yang Baik, (8) Perspektif Diri, (9) Pola Asuh Masa Kecil Yang Baik, (10) Konsep Diri Yang Stabil Menerima Tidak Menerima 11