HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN USIA MUDA (Di Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo )

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

Oleh : Yeni Rosyeni dan Isti Dariah Stikes A. Yani Cimahi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA USIA REMAJA DI WILAYAH KELAYAN DALAM BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Nisa khoiriah INTISARI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BAMBANGLIPURO

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

Rina Indah Agustina ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PRAKTEK PENCEGAHAN KEHAMILAN USIA MUDA

Endang Prasetyowati, Aris Budiarti Program Studi Diploma 3 Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

HUBUNGAN PELAKSANAAN ASUHAN SAYANG IBU DENGAN PROSES PERSALINAN DI RUANG BERSALIN BLUD RUMAH SAKIT KABUPATEN KONAWE

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

Mitha Destyowati ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA GOGODALEM, KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Siti Rohma Perbasya 1 dan Fitri Ekasari 2 ABSTRAK

Vol. 1. No. 1 Januari 2015 ISSN

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO KLATEN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO Andesia Maliana Akademi Kebidanan Gemilang Husada andesia.maliana@yahoo.com Abstrak Pernikahan dini di Indonesia mencapai 34,5%. Menurut catatan KPAI jumlah pernikahan tercatat di Indonesia setiap tahun mencapai 2 sampai 2,5 juta pasang. Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa prevalensi umur pernikahan pertama antara 15-16 tahun sebanyak 41,9 persen. Di Propinsi Lampung jumlah pernikahan yang dilakukan saat usia muda mencapai 20-22%. Data prasurvey di KUA Wilayah Purbolinggo Lampung timur pada tahun 2015 terjadi peningkatan kasus pernikahan dini yaitu 63 kasus (15,78%) dari 399 pernikahan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan perempuan dengan kejadian pernikahan usia dini di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2016. Metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perempuan yang menikah di KUA Purbolinggo pada tahun 2016 yaitu sebanyak 361pasang,dan keseluruhan menjadi sampel penelitian dengan tehnik total sampling. Cara ukur yang digunakan dengan dokumentasi dengan alat ukur berupa lembar checklist dianalisa secara univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pernikahan dini pada remaja terdapat 79 orang (21,88%) dengan pernikahan dini. Distribusi frekuensi pendidikan remaja sebagian besar dengan pendidikan dasar sebanyak 56 orang (50%). Ada hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini pada remajadengan nilai 2 hitung (78,135)> 2 tabel (5,991). Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat hubungan pendidikan dengan pernikahan dini pada remaja, sehingga disarankan guna meningkatkan upaya konseling pada remaja dengan berkoordinasi dengan instansi terkait seperti BKKBN dan dinas nasional guna dilakukan konseling pendidikan seksual masa remaja. Kata Kunci : Pendidikan, Pernikahan Dini PENDAHULUAN Usia kawin pertama yang dilakukan oleh Indonesia termasuk negara dengan setiap perempuan memiliki resiko terhadap presentase pernikahan usia muda tertinggi di persalinannya. Semakin muda usia kawin dunia (ranking 37), dan tertinggi kedua di pertama seseorangperempuan semakin besar ASEAN setelah Kamboja (BKKBN, 2012 ). resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu Menurut laporan MDGS tahun 2008, dananak. Hal ini terjadi karena belum matangnya jumlah pernikahan dini di Indonesia mencapai rahim seorang perempuan usiamuda untuk 34,5%. Menurut catatan KPAI jumlah memproduksi anak dan belum siapnya mental perkawinan tercatat di Indonesia setiap tahun dalam rumah tangga (PuslitbangKependudukan mencapai 2 sampai 2,5 juta pasang. Data BKKBN, 2011). Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa prevalensi Di Indonesia angka pernikahan dini umur pernikahan pertama antara 15-16 tahun sekitar 15-20% dilakukan oleh pasangan baru, sebanyak 41,9 persen. Berarti setiap tahun ada sedangkan di Propinsi Lampung jumlah pernikahan anak mencapai sekitar 600.000. pernikahan yang dilakukan saat usia muda Kekurangtahuan tentang seks dalam kehidupan mencapai 20-22%. Secara nasional pernikahan rumah tangga serta adanya adat istiadat yang dini usia pengantin dibawah 16 tahun sebanyak merasa malu kawin tua (perawan tua) 26,9% (Depkes RI, 2005). Fenomena menyebabkan meningkatnya perkawinan dan pernikahan usia dini terbesar berada di Provinsi kehamilan usia remaja. Jawa Barat yaitu sebesar 18,54%, Lampung UU Perkawinan N0. 1 tahun 1974 14,78% dan Banten 13,63% (Indrayani, 2012). dengan usia kawin perempuan 16 tahun menyebabkan perkawinan syah usia remaja meningkat (BKKBN, 2012). Andesia Maliana : Hubungan Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Pernikahan Dini 42

Di KUA Wilayah Purbolinggo Lampung timur pada tahun 2014 dari 466 kasus pernikahan sebanyak 60(12,87%) kasus mengalami pernikahan usia dini dan pada tahun 2015 terjadi peningkatan yaitu dari 399 pernikahan sebanyak 63(15,78%) kasus mengalami pernikahan dini. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Kejadian Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Kejadian Pernikahan Usia Dini di Kecamatan Purbolinggo Tahun 2016. METODE Penelitian ini adalah penelitian analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Desain penelitian dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan perempuan dengan kejadian pernikahan dini di Kecamatan Purbolinggo tahun 2016. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh prempuan yang menikah di Kua Purbolinggo pada tahun 2016 yaitu sebanyak 361 orang. penelitian ini pengambilan sampel secara total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel penelitian. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk menganalisis hubungan antara pendidikan perempuan dengan pernikahan dini HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pernikahan Dini No Pernikahan Dini f % 1. Menikah dini 79 21,88% 2. Tidak menikah dini 282 78,12% 361 100 Sumber : Data Primer Penelitian Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Remaja No Pendidikan f % 1. Dasar 112 53,40% 2. Menengah 200 39,80% 3. Tinggi 49 6,80% 361 100 Sumber : Data Primer Penelitian Andesia Maliana : Hubungan Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Pernikahan Dini 43

Tabel 3 Hubungan pendidikan dengan pernikahan dini pada remaja Pendidikan Menikah dini Pernikahan Tidak menikah dini Total n % n % N % Dasar 56 50 56 50 112 100 x 2 H x 2 T Menengah 23 11,5 177 88,5 200 100 Tinggi 0 0 49 100 49 100 79 21,9 282 78,1 361 100 78,1 5,9 PEMBAHASAN Pernikahan Dini Hasil analisa data diketahui bahwa distribusi frekuensi pernikahan dini pada remaja di Kecamatan Purbolinggo tahun 2014, dari 361 pernikahan responden terdapat 79 orang (21,88%) dengan pernikahan dini (< 19 tahun). Hasil ini menunjukkan bahwa kejadian pernikahan dini masih terjadi di kalangan remaja dimana proporsi angka kejadiannya meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 15,78%. Pernikahan remaja tersebut dikatakan dini karena perkawinan mereka pada usia muda yang dilakukan pada usia remaja (di bawah 19 tahun pada wanita). Hasil mengenai pernikahan dini tersebut dikarenakan perempuan menikah di usia < 19 tahun dimana hal tersebut sesuai dengan UU Pernikahan dalam pasal 7 ayat (1) dan kebijakan pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19 tahun. Hal tersebut berkaitan dengan banyaknya resiko kehamilan pda umur < 19 tahun pada wanita. Masih tingginya angka perkawinan usia dini (< 19 tahun) di Kecamatan Purbolinggotersebut dapat dimungkinkan berkaitan dengan pendidikan remaja dimana pada remaja dengan pendidikan rendah biasanya pengetahuan mengenai dampak menikah muda juga kurang, selain itu juga dapat disebabkan karena pergaulan remaja saat ini yang mengarah kepada pergaulan bebas sehingga menyebabkan kehamilan dan mengharuskan mereka menikah usia dini. bahwa distribusi pernikahan dini sebesar 46,6% dari 88 responden Berdasarkan hasil tersebut maka diperlukan upaya konseling pada remaja tentang pendidikan seks dan menghindari seks bebas di luar pernikahan dan resiko yang timbul akibat menikah usia muda. Pendidikan Remaja Hasil analisa data diketahui bahwa distribusi frekuensi pendidikan remaja di Kecamatan Purbolinggo tahun 2016, dari 361 responden sebagian besar dengan pendidikan menengah sebanyak 200 orang (55,40%), pendidikan menengah sebanyk 112 orang (31,02%) dan dengan pendidikan tinggi sebanyak 49 orang (13,57%). Hasil ini menunjukkan pada sebagian besar responden di Kecamatan Purbolinggo tahun 2016 sebenarnya sudah dengan pendidikan yang cukup namun masih banyak remaja yang berpendidikan hanya sampai dengan pendidikan SD dan SMP (31,02%). Kondisi tingkat pendidikan tersebut dapat mempengaruhi perilaku remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi terbentuknya perilaku seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula tingkat kecakapan emosionalnya, serta semakin berkembang kedewasaan. Di sini jelas bahwa faktor pendidikan besar pengaruhnya terhadap perkembangan emosional dan intilektual dalam bersosisalisasi dengan lingkungan. Andesia Maliana : Hubungan Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Pernikahan Dini 44

bahwa sebagian besar dengan pendidikan yang sudah baik sebesar 51,1% dari 88 responden. Berdasarkan hasil tersebut maka diperlukan upaya konseling tentang seks pada masa remaja dengan bekerja sama dengan pihak terkait seperti Depkes dan BKKBN dengan menghadirkan tenaga kesehatan yang mengerti tentang masa remaja dan perilaku seksualnya. Hubungan pendidikan dengan pernikahan dini pada remaja Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi square didapatkan nilai 2 hitung sebesar 78,135 dan nilai 2 tabel dengan dk = 2 sebesar 5,991. Karena 2 hitung (8,399)> 2 tabel (5,991), artinya terdapat hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini pada remaja. Hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini tersebut dapat diketahui bahwa dari 112 responden dengan pendidikan dasar terdapat 56 orang (50%) yang melakukan pernikahan dini, dari 200 responden dengan pendidikan menengah terdapat 23 orang (11,4%) responden yang melakukan pernikahan dini, sedangkan dari 49 responden dengan pendidikan tinggi tidak ada yang melakukan pernikahan salah satu faktor predisposisi terbentuknya perilaku seseorang. Pendidikan besar pengaruhnya terhadap perkembangan emosional dan intilektual dalam bersosisalisasi dengan lingkungan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula tingkat kecakapan emosionalnya, serta semakin berkembang kedewasaan (Wawan 2011). bahwa terdapat hubungan antara pendidikan responden dengan pernikahan dini dengan nilai p value : 0,001 dan OR: 4,595. Berdasarkan hubungan tersebut maka diperlukan upaya konseling pada remaja tentang seks masa remaja dan pernikahan dini untuk meningkatkan pengetahuannya berkaitan dengan tingkat pendidikan mereka yang rendah. Kesimpulan 1. Distribusi frekuensi pernikahan dini pada remaja terdapat 79 orang (21,88%) dengan pernikahan dini. 2. Distribusi frekuensi pendidikan remaja sebagian besar dengan pendidikan dasar sebanyak 56 orang (50 %). 3. Ada hubungan antara pendidikan dengan pernikahan dini pada remaja dengan nilai 2 hitung (78,135)> 2 tabel (5,991). dini. Saran Hasil ini memiliki kesesuaian dengan 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat pendapat Kumalasari (2012) yang menyatakan menjadi bahan masukan bagi pihak bahwa pendidikan yang rendah makin kecamatan mengenai kondisi yang ada di mendorong cepatnya pernikahan usia muda. Hal wilayah kerjanya dan dapat dikoordinasikan ini menyebabkan remaja tidak mempunyai dengan instansi terkait seperti BKKBN dan pandangan, wawasan, kepandaian, persepsi dinas sosial guna dilakukan konseling matang dan sebagainya mengenai informasi yang seksual masa remaja. dibutuhkan kaitannya dengan masalah kesehatan 2. Bagi Orang tua hasil penelitian ini dapat reproduksi. Sebagai akibat, banyak terjadi dijadikan bahan masukan, pengetahuan perilaku seks yang menyimpang pada mereka harus ditingkatkan dan pengetahuan tentang yang berpendidikan sangat rendah, apalagi pernikahan dini yaitu dampak tentang resiko disertai kemiskinan(widyastuti Yani, dkk,2009). kehamilan pernikahan muda kemudian Menurut YB Mantra yang dikutip bekerja sama dengan puskesmas guna Notoatmodjo (2010), pendidikan dapat dilakukan penyuluhan kepada orang tua dan mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku masyarakat. seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. pendidikan merupakan Andesia Maliana : Hubungan Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Pernikahan Dini 45

DAFTAR PUSTAKA Jurnal Kesehatan Akbid Wira Buana Volume 1 No 1 Edisi April, 2017 ISSN:2541-5387 Arikunto, S.2013. Prosedur Penalitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: RinekaCipta Budiarto, E.2002. Biostatiska untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC BKKBN, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orang Tua Menikahkan Anaknya Pada Usia Dini Di Desa Tumpok Blang Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar tahun 2013. www.jtptunimus-gdl-nanikkusum-7418-2. Pdf Departemen Kesehatan RI. 2005, diakses dariwww.kti-skripsi.net/2011/09. Pdf Desiyanti, 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado, diakses dari www.jurnal.pdf Kurnia Dewi, M. 2013. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana Untuk Mahasiswa Bidan. Jakarta: Trans Info Media Kusmiran, E. 2014. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika Jakarta Kumalasari, I. dkk. 2012. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta Puslitbang Kependudukan BKKBN. 2011. diakses dari: www.jtptunimus-gdlnanikkusum-7418-2. Pdf Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media Setiyanungrum,E.dkk.2014. Pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Jakarta : Trans info media Sarwono, PH. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa printer Sibagaring,E dkk. 2010. Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: Trans info media Siti Rahma, 2012. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Keluarga Dalam Pemberian Makanan Tambahan Kepada Bayi Sebelum Berusia 6 Bulan Pada Suku Mandailing Kelurahan Pancuran Kerambil Kecamatan Sibolga Sambas.Diakses dari : http://repository.usu.ac.id Sri Guna, N. Materi dan wacana perkuliahan chaqoqo.staff.stainsalatiga.ac.id. Sugiyono. 2013. Statiska untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Widyastuti, Y dkk. 2009. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Wawan, A dan Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Media Andesia Maliana : Hubungan Tingkat Pendidikan Perempuan dengan Pernikahan Dini 46