KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain :

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

5 KINERJA REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

TEKNOLOGI KAWIN SUNTIK(INSEMINASI BUATAN) PADA TERNAK KELINCI

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

I. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

20.1. Mengembangkan Potensi Peternakan Ruminansia Menerapkan Tingkah laku Ternak Ruminansia Menerapkan Penanganan Ternak ruminansia

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

I. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

Lokakarya Fungsional Non Peneli8 Cisarua/Ciseureuh-Puncak( m dpl),pandansari Berebes(1350 m dpl) dan Suren Gede-Wonosobo(1350 m dpl). Dalam ran

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

PEMOTONGAN EKOR, IDENTIFIKASI, KASTRASI, DAN PEMBERIAN Fe PADA ANAK BABI LOU AYY ALZAMAKHSYARI D

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu kabupaten diantara 5

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

KEGIATAN SIWAB DI KABUPATEN NAGEKEO

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN PENINGKATAN POPULASI DAN MUTU GENETIK SAPI DENGAN TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO. DOSEN PENGAMPU Drh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

DUKUNGAN TEKNOLOGI PENYEDIAAN PRODUK PANGAN PETERNAKAN BERMUTU, AMAN DAN HALAL

TEKNIK PEMELIHARAAN DOMBA FISTULA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)

PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL?

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46/Permentan/PK.210/8/2015 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA SAPI POTONG YANG BAIK

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

Transkripsi:

Tema Teknis Fangsional :`'on PenelHt 2002 KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI LWAYAN PASEK SUMADIA DAN R.DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak,Po.Box 221 Bogor 16002 Usaha Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan protein hewani untuk masyarakat pedesaan adalah dengan mengembangkan ternak kelinci sebagai ternak budidaya. Hal ini karena ternak kelinci mudah dipelihara. cepat berkembang biak. dapat memanfaatkan limbah pertanian secara efisien. dan tidak memerlukan biana Nang besar. Keunggulan dalarn hal reproduksi bukannya berarti tanpa kendala. Hambatan budidaya ternak kelinci adalah kematian anak yang masih terlalu tinggi dan terjadinya kegagalan reproduksi seperti kegagalan kebuntingan dan liter size yang terlalu rendah. Penyebab hal-hal tersebut adalah umur kawin yang terlalu muda. terjadinya bunting semu akibat penanganan yang kasar. kualitas semen pejantan yang tidak balk. kesehatan induk Nang kurang baik. waktu perka%vinan yang tidak tepat. cara melakukan perkawinan. kualitas clan kuantitas pakan tang diberikan. jarak kawin ulang setelah beranak yang terlalu cepat. clan stress akibat proses transportasi ternak. Makalah ini mengulas masalah'vang menvebabkan kegagalan reproduksi dan bagaimana upaya untuk memperkecil kegagalan tersebut. Kata Kunci : Kelinci. Kegagalan. Reproduksi. RINGKASAN PENDAHULUAN Daging sebagai sumber protein hewani. bagi masyarakat pedesaan masih tergolong barang mewah karena harganya sangat mahal. Usaha Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan protein hewani untuk masyarakat pedesaan adalah dengan mengembangkan aneka ternak seperti ternak kelinci. Usaha meningkatkan produksi daging dengan membudidayakan ternak kelinci sebagai ternak peliharaan dapat dianjurkan. karena mudah dipelihara. cepat berkembang biak. dapat memanfaatkan limbah pertanian secara efisien dan tidak memerlukan biaya yang besar (BIP. 1982). Keunggulan dalam hal reproduksi bagi ternak kelinci. bukan berarti tanpa ada kendala didalam budidaya. Kendala yang dihadapi dalam pengembangbiakan ternak kelincj adalah kematian anak yang masih terlalu tinggi dan terjadinya kegagalan reproduksi akibat dari manejemen perkawinan yang salah. Kegagalan reproduksi merupakan kegagalan kebuntingan pada ternak kelinci dan juga terjadinya liter size yang rendah.. Ada beberapa penyebab kegagalan reproduksi pada ternak kelinci yaitu umur kawin yang terlalu muda, terjadinya bunting semu akibat dari penanganan yang kasar. kualitas semen pejantan yang tidak balk, kesehatan induk yang kurang baik.waktu perkawinan yang tidak tepat. cara melakukan perkawinan. kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. jarak kawin ulang setelah beranak yang terlalu cepat. dan stress akibat proses transportasi Ternak. 167

lenni leknis Fungsional.~'on Penehri 100_7 Tujuan penulisan makalah adalah untuk membahas masalah kegagalan reproduksi pada ternak kelinci. clan upaya memperkecil kegagalan tersebut sehingga sasaran budidaya ternak kelinci sebagai penghasil daging dapat tercapai dengan baik. Untuk berhasilnya budidaya ternak kelinci. didalam manajemen perkawinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu 1. Sistim Perkandangan Untuk kandang reproduksi pada ternak kelinci sebaiknya dipisah antara kandang pejantan dengan kandang induk. Tujuan pemisahan ini adalah untuk mengontrol perkawinan kelinci sehingga tanggal perkawinan dapat tercatat pada kartu kandang. Selain itu untuk mencegah kelinci jantan mengawini induk secara terus menerus yang dapat mengganggu kebuntingan ataupun menurunkan kualitas clan kuantitas semen pejantan. Dengan pemisahan kandang clapat meningkatkan libido pejantan. sehingga perkawinan yang fertil dapat terjadi. 2. Pemilihan bibit MANAJEMEN PERKAWINAN TERNAK KELINCI Untuk berhasilnya budidaya kelinci. sebaiknya kelinci bibit yang akan diternakan berasal dari peternakan kelinci yang memiliki silsilah pada ternak yang dipeliharanya. mempunyai catatan produksi clan reproduksi. Selain itu ternak yang dijadikan bibit harus sehat (tidak cacat). memiliki penampilan yang baik. mampu beranak banyak. kelenjar mamae dapat memproduksi susu dengan baik. tidak kanibal. mencabuti bulu waktu beranak. beranak pada tempat yang disediakan clan memiliki sifat keibuan dalam mengasuh anaknya Sumadia. 1998 ). 3. Pemberian pakan Untuk berhasilnya budidaya ternak kelinci terutama mendapatkan produktivtas yang tinggi. selain pakan hijauan perlu diberikan pakan tambahan sebagai penguat. Pada pakan hijauan tidak memiliki kandungan gizi yang lengkap. oleh karena itu penambahan pakan penguat harus diberikan pada induk bunting clan induk laktasi. 4. Suhu lingkungan pada waktu mengawinkan clan care kawin Waktu mengawinkan kelinci yang paling tepat adalah pada saat induk kelinci sedang birahi dengan tanda vagina yang membengkak clan berwarna kemerahan serta dikawinkan pada saat suhu lingkungan tidak terlalu panas yaitu pagi hari atau sore hari (Purnama. 2000). Ada 2 cara mengawinkan ternak

Temn Teknis Fungsional \'on Penehri 2002 kelinci yaitu dengan kawin alam dan melalui Inseminasi Buatan. Pada kawin alam mengingat sifat teritorial pejantan. induk kelinci dibawa kekandang pejantan. Untuk mendapatkan perkawinan yang fertil pada kawin alam. sebaiknya dilakukan dengan 2 kali perkawinan. Sedangkan dengan Inseminasi Buatan. proses dan penanganan semen dan cara melakukan Inseminasi haru~idilakukan dengan baik. demikian juga dengan sinkronisasi estrus (Purnama. 1998). 5. Membuat kartu kandang Pembuatan kartu kandang untuk peternakan kelinci merupakan keharusan untuk mendapatkan catatan produksi dan reproduksi dari induk kelinci dan kelinci pejantan. Pada kartu kandang induk tercatat tanggal kawin. tanggal palpasi. tanggal beranak. jumlah anak yang dilahirkan. Sedangkan kartu kandang pejantan tercatat tanggal kawin dan hasil perkawinan. Dari catatan tersebut dapat diketahui produktivitas induk dan pejantan. sehingga memudahkan untuk melakukan seleksi pada ternak kelinci. MASALAH KEGAGALAN REPRODUKSI PADA KELINCI Kegagalan reproduksi pada ternak kelinci adalah berupa kegagalan kebuntingan dan liter size yang rendah. Jika didalam melakukan budidaya ternak kelinci. terutama sekali dalam melaksanakan manajemen perkawinan yang dilakukan secara sembarangan sangat berpotensi untuk terjadinya kegagalan kebuntingan. Bila hal ini terjadi berarti suatu kerugian. baik rugi waktu dan tenaga. juga rugi biaya. Untuk mencegah atau memperkecil kegagalan reproduksi pada ternak kelinci. terlebih dahulu harus mengetahui penyebab dari kegagalan tersebut. Ada beberapa penyebab kegagalan reproduksi pada ternak kelinci yang umum yaitu 1. Umur induk dan pejantan yang terlalu muda untuk dikawinkan Hal ini sering terjadi jika peternak mendapatkan calon bibit dari peternakan yang tidak membuat silsilah dan tidak ada catatan produksi dan reproduksi. Akibatnya peternak tidak tahu umur dari calon bibit yang akan dikawinkan dan akan langsung mengawinkannya. Dewasa kelamin pada ternak kelinci sangat bervariasi dan sangat bergantung pada breed nya. Kelinci betina lebih dahulu dewasa kelamin dari pada kelinci jantan. Untuk kondisi Indonesia hasil survei pada peternakan rakyat. kelinci jantan pertama kali dikawinkan pada umur 8 bulan sedangkan pada kelinci betina pada umur 6 bulan (Sastrodihardjo. 1985). Untuk kelinci betina sebenarnya dapat diketahui apakah telah birahi atau tidak. yaitu dengan cara memeriksa vagina kelinci. Jika vagina kelinci membengkak dan berwarna kemerahan berarti kelinci betina sedang 169

Tenor Teknis Fungsional ion Penelin 2001 birahi clan menerima pejantan. Sedangkan untuk kelinci jantan. walaupun sudah clapat melakukan perkawinan pada umur 4 bulan akan tetapi untuk menclapatkan fertilitas yang baik adalah pada umur 8 bulan. 2. Terjadinya bunting semu akibat dari penanganan yang kasar Bunting semu pada ternak kelinci merupakan kejadian yang biasa pada ternak kelinci. Pada kejadian bunting semu induk kelinci seolah-olah akan beranak. yang ditandai dengan mencabuti bulu pada hari ke 16-19. Hal ini disebabkan oleh penanganan yang kasar. dinaiki oleh betina lain atau waktu dikawinkan ticlak terjadi perkawinan. Perlakuan MI menyebabkan adanya corpus luteum persisten yang tertahan selama 2 minggu. Jika induk dikawinkan biasanya akan terjadi kebuntingan. 3. Kualitas semen pejantan yang kurang baik Kegagalan kebuntingan pada induk dapat juga disebabkan oleh kondisi semen pejantan yang kurang baik. Hal ini terjadi akibat clan seringnya pejantan dikawinkan. sehingga semen yang dihasilkan pada waktu kawin kuantitas clan kualitasnya menurun. Oleh karena itu sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan semen pejantan secara berkala yang meliputi pemeriksaan makroskopis seperti volume. warns. bau clan kekentalan clan pemeriksaan mikroskopis seperti gerakan massa. konsentrasi clan motilitas. 4. Kesehatan induk Induk yang sedang sakit sebaiknya tidak dikawinkan. karena selain induk mudah abortus juga dapat menyulitkan kebuntingan akibat clan kegiatan hormonal yang ticlak beraturan. Selain itu stress lingkungan berupa cekaman suhu yang terlalu panas clan lingkungan yang terlalu ramai juga dapat menyebabkan terjadinya abortus pada induk kelinci. 5. Suhu lingkungan yang tidak tepat untuk mengawinkan Waktu mengawinkan induk kelinci yang tepat terutama yang dipelihara pada daerah dataran rendah adalah pagi hari atau sore hari pada saat suhu lingkungan ticlak terlalu panas. Sedangkan pada daerah dataran tinggi. waktu untuk mengawinkan kelinci tidak menjadi masalah karena suhu lingkungan sudah dalam keadan sejuk sehingga peternak tinggal menyesuaikan waktu luang yang tersedia. Kegagalan kebuntingan. banyak terjadi pada perkawinan kelinci yang dilakukan dengan suhu lingkungan yang terlalu panas. Cekaman lingkungan yang panas pada pejantan dapat menghambat fertilitas sedangkan pada betina berisiko terjadinya kematian embrio atau terjadinya abortus. Selain itu ads kecendrungan induk kelinci menghasilkan liter size yang rendah. sehingga tidak menguntungkan dalam budidaya. Waktu yang tepat untuk kelinci kawin. adalah pada saat betina sedang estrus. Oleh karena itu sebelum 170

Temu Tekms Fungsional k-on Penelin 2002 dikawinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada induk. Jika dipaksakan untuk mengawinkan induk yang tidak estrus. sangat berisiko untuk tidak terjadinya kebuntingan sehingga dapat merugikan peternak. 6. Cara melakukan perkawinan Cara kawin dengan kawin alam. sebaiknya dilakukan pada kelinci dalam satu breed. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penetrasi kelamin jantan pada alat kelamin betina. Perkawinan yang berbeda breed pada kelinci terutama jika postur pejantan lebih kec[i dari betina akan menyulitkan copulasi. Akibatnya dapat merangsang terjadinya bunting semu pada induk kelinci. dan hal ini merupakan kegagalan reproduksi. Perkawinan dalam satu breed kadangkadang dapat juga bermasalah. ya[tu pada keadaan induk kelinci tidak mau untuk dikawini. Pada keadaan seperti ini perlu dibantu. karena kalau dibiarkan akan berakibat menurunnya libido pejantan clan pada induk dapat merangsang bunting semu. Untuk melakukan perkawinan silang cara yang paling cocok adalah dengan metoda Inseminasi Buatan. yaitu suatu perkawinan dengan mendepositkan semen ke saluran reproduksi kelinci melalu[ bantuan operator. Untuk berhasilnya Inseminasi. hal yang perlu diperhatikan adalah cara melakukan Inseminasi clan juga dalam proses penanganan semen. 7. Kualitas dan kuantitas pakan Kualitas pakan yang jelek akan berisiko terjadinya kegagalan kebuntingan pada induk kelinci. karena nutrisi yang dibutuhkan tidak seimbang. Hal ini sering terjadi pada induk yang tidak mendapatkan makanan tambahan akan tetapi hanya diberikan hijauan. Demikian juga dengan kuantitas pemberian pakan pada induk kelinci. pemberian pakan tambahan sebaiknya secukupnya sesuai dengan kebutuhan induk. Pemberian yang berlebihan. sangat berisiko terjadinya penimbunan lemak pada saluran reproduksi induk yang dapat menghambat kebuntingan. Sebaliknya pemberian pakan yang kurang akan menurunkan kesehatan induk terutama pada pemeliharaan kebuntingan clan juga pada pembentukan jaringan pada kelenjar mamae induk. Induk yang sedang bunting apabila tidak mendapatkan pakan yang cukup. sangat berisiko terjadinya abortus clan kelenjar mamae tidak terbentuk dengan sempurna sehingga produksi air susunya tidak dapat mencukupi kebutuhan anak. Selain itu dalam pemberian hijauan pakan ternak harus hat[-hati. karena ada beberapa jenis hijauan yang memiliki kandungan mimosin yang cukup tinggi seperti daun lamtoro dan kaliandara. Untuk jenis hijauan seperti [ni pemberian pada ternak bunting sebaiknya dihindar[. karena dapat menyebabkan terjadinya abortus. Pemberian daun lamtoro pada induk bunting dapat mengakibatkan embrio mati dan menempel pada dinding uterus yang pada akhirnya dapat menghambat terjadinya kebuntingan berikutnya.

temn Teknis fnngsional \on Peneliti 2002 8. Jarak kawin setelah beranak yang terlalu cepat Ternak kelinci yang baru beranak. pada pemeliharaan tradisional yang mencampurkan pejantan clan induk dalam satu kandang biasanya akan segera dikawini pejantan. Pada dasarnya induk yang baru beranak. dalam keadaan estrus clan siap menerima pejantan. Jika terjadi perkawinan biasanya akan terjadi kebuntingan. Yang menjadi persoalan adalah kesehatan reproduksi induk belum pulih. sehingga pada perkawinan yang fertil akan menyulitkan embrio untuk berimplantasi (bertaut) pada dinding uterus. Selain itu akan terjadi tarik menarik hormonal antara hormon yang mengatur produksi air susu dengan yang mempertahankan kebuntingan. Akibatnya produksi air susu akan berkurang clan tidak mencukupi kebutuhan. apalagi jika jumlah anak yang dilahirkan cukup banyak. Selain itu apabila terjadi kebuntingan. biasanya akan memiliki liter size yang rendah. akibat sulitnya embrio untuk bertaut pada dinding uterus yang masih luka. Dinding uterus yang luka akan memproduksi sel darah putih yang berguna untuk mencegah penyakit clan untuk menyembuhkan yang sekaligus dapat membunuh sperma yang berhasil masuk ke dalam uterus. Pengamatan di kandang persoaaan Balitnak. induk kelinci Rex yang dikawinkan I minggu setelah beranak rata liter size adalah 3 ekor. Raharjo at al (1993). merekomenclasikan untuk mengawinkan induk setelah 14 hari beranak. Dengan umur penyapihan 35 hari clan waktu kering kandang I minggu untuk menyiapkan kelahiran berikutnya. akan mendapatkan litter.size clan bobot sapih anak yang optimal dengan daya hidup yang lebih baik. 9. Akibat proses tranportasi ternak Kegagalan kebuntingan pada induk kelinci. sering terjadi jika induk bunting mengalami stress akibat proses transportasi untuk dibawa kesuatu tempat. Kegagalan kebuntingan yang umum terjadi adalah terjaclinya abortus akibat stress selama proses transportasi berlangsung clan juga akibat dari cara melakukan proses transportasi yang salah. Stress vang terjadi dapat berupa cekaman suhu atau dapat juga akibat penanganan yang kasar pada induk. Sumadia.dan Purnama (1999) mengemukakan. bahwa akibat proses transportasi terjadi penyusutan bobot yang berkisar antara 8-10 % akibat proses evaporasi untuk menurunkan suhu tubuh dalam usaha menjaga homeostatis. oleh karena itu membawa kelinci bunting sebaiknya ticlak dilakukan. KESIMPULAN Untuk berhasilnya budidaya ternak kelinci. maka melaksanakan manajemen perkawinan kelinci dengan baik clan benar harus dilakukan. sehingga pada akhirnya beternak kelinci akan memberikan keuntungan.

l enne leknos F ungsionul.inn Nenelin :OA= Hal-hal yang dapat menvebakan terjadinya kegagalan kebuntingan pada ternak kelinci dengan memperhatikan uraian diatas dapat diperkecil. sehingga sasaran budidaya ternak kelinci sebagai penghasil daging dapat tercapai. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini. penulis mengucapkan terima kasih kepada lbu Dr.Tresnawati.P yang telah membahas dan mengarahkan serta memberi koreksi sehingga makalah ini dapat diterima dan diterbitkan dalam proseding. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada Ka Puslitbangnak yangtelah memberi kesempatan untuk her Loka karya pada tenaga fungsional non peneliti. DAFTAR BACAAN Balai Informasi Pertanian. 1982. Pedoman Beternak Kelinci. Balai Informasi Pertanian.Departemen Pertanian. Kavu Ambon. Lembang Bandung. Pumama.R.D. 1998. Pemanfaatan Teknologi Kawin Suntik ( IB) Dalam Usaha Meningkatkan Produktivitas Induk Kelinci Di Indonesia. Prosiding Loka Karya Fungsional Non Peneliti tanggal 16 Desember 1998. Puslitbangnak Bogor. pp 91-96. Purnama.R.D. 2000. Pol a Reproduksi Pada Ternak Kelinci. Prosiding Loka Karya Fungsional Non Peneliti tanggal _5 September 2000. Puslitbangnak Bogor. pp 96-106. Raharjo.Y.C. F.X. Wijana dan T. Sartika. 1993. Pengaruh jarak kawin setelah beranak terhadap performans kelinci Rex. Ilmu dan Peternakan Vol 6 No. 1. pp 27-30. Sumadia.I.W.P.. 1998. Petunjuk Teknis Pemeliharaan Kelinci. Prosiding Loka Karva Fungsional Non Peneliti tanggal 16 Desember 1998. Puslitbangnak Bogor. pp 80-86. Sumadia.IW.P dan R.D.Purnama.1999. Tekni k Transportasi Ternak Kelinci. Prosiding Loka Karya Fungsional Non Peneliti tanggal 7 Desember 1999. Puslitbangnak Bogor. pp 71-74. Sastrodihard1o.S.. 1985. Performans reproduksi kelinci (Orvctolagus cuniccdus) pada peternakan kelinci di Jawa. Proceeding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Puslitbangnak Bogor. pp 187-195.