BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan. penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009(2) menyebutkan. (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi. pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada periode adalah program Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga. menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat dengan inti yaitu pelayanan medis melalui pendekatan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. antara lain melalui kegiatan pengamanan makanan dan minuman, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan rawat jalan, rawat

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

G U B E R N U R J A M B I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU HIGIENE PENGOLAH MAKANAN. Roza Mulyani*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan yang meliputi upaya peningkatan

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan gizi ruang rawat inap adalah rangkaian kegiatan mulai dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

HIGIENE PENJAMAH DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. harus memenuhi kebutuhan zat gizi, makanan juga harus aman dari

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda ( ) pada jawaban yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2009 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan makanan merupakan salah satu kebutuhan dari manusia untuk menunjang kehidupannya. Jika ditinjau dari segi kesehatan, makanan selain berfungsi sebagai sumber energi zat pembangun dan zat pengatur juga mempunyai peran dalam penyebaran penyakit. Jika pasien mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh pihak rumah sakit maka akan mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat karena kebutuhan gizi sudah terpenuhi. Oleh karena itu penyelenggaraan makanan yang higienis dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan di rumah sakit karena pelayanan makanan rumah sakit diperuntukkan untuk orang sakit dengan ancaman penyebaran kuman pathogen yang tinggi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan, serta dapat pula menimbulkan alergi (Depkes RI, 2001). Menurut Food and Drug Administration (2010) faktor resiko utama terjadinya penyakit bawaan makanan adalah rendahnya kebersihan diri penjamah makanan. Penjamah makanan dapat mengkontaminasi atau menularkan penyakitnya secara langsung pada makanan yang diolahnya melalui tangan, kuku, rambut, pakaian yang kotor, serta kebiasaan penjamah

makanan dalam mengolah makanan. Oleh karena itu kebersihan pengolah makanan atau higienis penjamah makanan merupakan kunci keberhasilan dalam pengolahan makanan yang aman dan sehat. Penjamah makanan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam penyiapan dan penyajian makanan kepada orang lain. Perilaku higiene perorangan penjamah makanan sangatlah perlu diterapkan dalam pengolahan makanan untuk mencegah penularan penyakit bawaan makanan. Faktor kebersihan penjamah atau petugas makanan dalam istilah populernya disebut higiene perorangan merupakan prosedur menjaga kebersihan dalam pengelolaan makanan yang aman dan sehat. Prosedur menjaga kebersihan merupakan perilaku bersih untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani. Prosedur yang penting bagi pekerja pengolah makanan adalah pencucian tangan, kebersihan dan kesehatan diri. Di Amerika Serikat 25 % dari semua penyebaran penyakit melalui makanan, disebabkan pengolah makanan yang terinfeksi dan higiene perorangan yang buruk (Purnawijayanti, 2001). Menurut Michaels et al (2004), CDC (Centers for Disease Control andprevention) melaporkan sebesar 20% infeksi akibat makanan disebabkan oleh penjamah makanan. Pada tahun 2014 terjadi kasus keracunan makanan di rumah sakit Indonesia yaitu di rumah sakit Borromeus yang memakan korban ratusan karyawannya, dan hal serupa juga terjadi pada tahun 2015 yaitu di Rumah Sakit Paru Goenawan Partowidigdo Yogjakarta sebanyak 32 orang terkena keracunan makanan di Rumah Sakit tersebut. Dari hasil penelitian pada tahun 1995 di Rumah Sakit Umum Perawatan Fatmawati, diketahui bahwa sebanyak 22 orang (64,7%) tenaga yang terlibatdalam pengolahan makanan di dapur memiliki pendidikan yang hanya lulusan SMA, serta pengetahuan dan perilaku kurang tentang sanitasi makanan. (Depkes RI, 1992) dan dari 3 (tiga) rumah sakit (RS Fatmawati, RS

Pasar Rebo, dan RS Persahabatan) di temukan bahwa proses pengolahan makanan di instalasi gizi belum memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan hasil penelitian 64% penjamah makanan memiliki pendidikan SD, 66,7% prilaku penjamah masih suka mengobrol pada saat mengolah makanan, dan hasil observasi 100% prilaku penjamah makanan tidak mencuci tangan, 63,3% penjamah sudah memiliki pengetahuan yang baik. (djarismawati, 2004). Menurut Howes et al (1996) sikap penjamah makanan merupakan faktor penting selain pengetahuan dan pelaksaaan dalam penyelenggaraan makanan yang menyebabkan terjadinya penyakit bawaan makanan. Adanya hubungan yang positif antara pengetahuan, sikap, dan perilaku dari penjamah makanan dapat bertujuan untuk menjaga kebersihan makanan yang akan disajikan kepada pasien. Rumah Sakit X memiliki fasilitas pelayanan : rawat inap (VVIP, VIP, kelas 1, 2, 3, ICU, ICCU), 29 poliklinik spesialis pada rawat jalan, layanan penunjang medik (laboraturium 24 jam, radio diagnostik, farmasi, bank darah, patologi anatomi, rehabilitasi medis, MCU, HD, dan Cath Lab), layanan kedokteran kepolisian (instalasi kedokteran forensik, PPAT, pelayanan sentra visum dan medikolegal, narkoba, psikiatri forensik, pemeriksaan DNA, layanan toksilogi kedokteran, perawatan tahanan), dan pelayanan penunjang lain (instalasi gizi, laundry, CSSD, transit jenazah, ambulance, pengolahan limbah padat dan cair). Berdasarkan hasil wawancara di instalasi gizi rumah sakit X bahwa pernah terjadi kesalahan pada saat pengolahan makanan yang berimbas pada penyajian makanan dimana pernah ada ulat di dalam brokoli yang disajikan untuk pasien. Dan menurut hasil observasi bahwa ruang pengolahan makanan masih terlihat kotor, 22 orang dari 30 orang para penjamah makanan masih suka mengobrol pada saat mengolah makanan, 8 orang penjamah makanan

tidak memakai apron pada saat mengolah makanan dan juga topi sebagai penutup kepala bagi koki pria. Menurut WHO (2005) bahwa faktor-faktor utama yang mengakibatkan kontaminasi makanan sehingga mengakibatkan foodborne illness adalah kesalahan penyiapan makanan beberapa jam sebelum di makan, disertai dengan terjadinya kontaminasi silang akibat personal hygiene yang buruk dalam mengolah makanan dan penyimpanannya dalam suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri patogenserta pemasakan atau pemanasan yang kurang memadai untuk mengurangi pathogen. Menurut Lawrence Green (1993) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa prilaku manusia dalam hal kesehatan dibentuk oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor predisposisi merupakan faktor yang ada dalam diri seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, nilai, budaya, kepercayaan, dll. Faktor pendukung dapat berupa fasilitas. Sedangkan faktor pendorong merupakan faktor yang berasal dari luar diri seperti pengawasan, peraturan dan hukum. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor personal hygiene pada penjamah makanan pada pengolahan makanan di Rumah Sakit X. 1.2 Idetifikasi Masalah Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam personal hygiene pada penjamah makanan dalam pengolahan makanan antara lain : pengetahuan, sikap, pendidikan, usia, jenis kelamin, status ekonomi, kebudayaan, sarana dan prasarana, dan kegiatan penyuluhan penjamah makanan. Faktor-faktor tersebut merupakan kunci dari pengolahan makanan yang aman dan sehat sehingga dapat mencegah terjadinya penularan penyakit bawaan pada makanan. 1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini hanya membatasi masalah tentang faktor-faktor personal hygiene pada penjamah makanan dalam pengolahan makanan di Rumah Sakit X. Faktor-faktor tersebut adalah : Pengetahuan, sikap, pendidikan, sarana dan prasarana, dan kegiatan penyuluhan untuk penjamah makanan. Peneliti tidak membahas tentang kebudayaan, status ekonomi, dan kepercayaan karena hal tersebut tidak dapat diukur secara pasti. Berdasarkan pembatasan masalah inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor personal hygiene pada penjamah makanan dalam pengolahan makanan di Rumah Sakit X 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya maka peneliti akan berfokus pada Faktor-faktor personal hygiene pada penjamah makanan dalam pengolahan makanan di Rumah Sakit X 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Faktor-faktor personal hygiene pada penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 2. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X.

3. Mengetahui gambaran pendidikan tentang personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 4. Mengetahui gambaran sikap tentang personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 5. Mengetahui gambaran kegiatan penyuluhan tentangpersonal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 6. Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan penjamah makanan dengan personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 7. Mengetahui hubungan antara faktor pendidikan penjamah makanan dengan personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 8. Mengetahui hubungan antara faktor sikap penjamah makanan dengan personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 9. Mengetahui hubungan antara faktor kegiatan penyuluhan penjamah makanan dengan personal hygiene penjamah makanan dalam pengolahan makanan di rumah sakit X. 1.6 Manfaat Penelitian Berdasarkan fokus permasalahan dalam penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan peniliti dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.6.1 Manfaat Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini diharapkan akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai personal hygiene para penjamah makananan akan sanitasi dan hygiene dalam pengolahan makanan. 1.6.2 Manfaat Bagi Rumah Sakit Melalui penelitian ini diharapkan bagi rumah sakit agar lebih memperhatikan personal hygiene para penjamah makanan akan sanitasi dan hygiene dalam pengolahan makanan. 1.6.3 Manfaat Bagi FIKES Esa Unggul Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan referensi bagi FIKES Esa Unggul mengenai apa yang menjadi faktor-faktor personal hygiene para penjamah makanan akan Sanitasi dan Higiene penjamah makanan pada pengolahan makanan.