BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulailah mereka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang keberadaannya masih eksis hingga

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. jawab terhadap dirinya, bangsa dan agama. 1. mandiri dalam menjalani kehidupan yang dialaminya.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I ini dipaparkan tentang : a. Konteks Penelitian, b. Fokus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren yang dikenal berbasis Entrepreneur. Hal ini bisa dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin jauhnya dari ajaran-ajaran suci agama.

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2003), 1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, kehadiran suatu media pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia hidup di dunia pada dasarnya untuk beribadah kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengkondisikan kelas atau mengelola kelas, agar pelaksanaan. pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak didik untuk menjadikan putra-putrinya sebagai manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. demikian, persaingan harus diikuti dengan standar-standar yang telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tertua sekaligus merupakan ciri khas yang mewakili Islam tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demikian, PAI memiliki peran strategis untuk menciptakan peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dimana

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. dan manusia akan selalu mencari model-model atau bentuk serta sistem

BAB I PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya manusia dan tuntutan hidup dalam bermasyarakat,

PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN MODERN

BAB V PEMBAHASAN. analisis masing-masing rumusan masalah yang berupa hasil analisis statistik

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

STUDI PERBANDINGAN TENTANG EFEKTIFITAS METODE MENGAJAR WETONAN DAN SOROGAN DALAM PENELAAHAN PELAJARAN FIQIH

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dimana banyak faktor yang ikut mempengaruhinya.salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Menurut catatan sejarah masuknya Islam ke Indonesia dengan damai berbeda dengan daerah-daerah lain kedatangan Islam dilalui lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. Peranan para pedagang dan mubaligh sangat besar sekali andilnya dalam proses Islamisasi itu adalah pendidikan. 1 Pelaksanaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia. Dalam prakteknya, masyarakat ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ini, tidak hanya segi materi dan moril, namun telah ikut pula serta memberikan sumbangsih yang signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam hal ini dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan atau perguruan tinggi swasta yang merupakan bentuk dari penyelenggaraan pendidikan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut di butuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang masing-masing mempunyai tujuan sendiri yang selaras dengan tujuan tersebut. Salah satu dari pada lembaga pendidikan tersebut adalah pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang bergerak di luar sekolah, pondok 1 Putra Daulay, Haidar, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hal 3. 1

2 pesantren telah terbukti ikut andil dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dari segi materil maupun spirituil. Pendidikan pesantren yang dikelola oleh kyai ini berjuang dengan segala aktivitasnya tanpa mengharap pamrih materi kecuali mengaharap ridho Allah SWT. Pondok pesantren merupakan lembaga Islam tradisional yang tertua di Indonesia dan merupakan lembaga pendidikan Islam yang diterapkan umat Islam di Indonesia. Sebagai suatu lembaga pendidikan Islam, pesantren dari sudut historis cultural dapat dikatakan sebagai training center yang otomatis menjadi cultural center Islam yang diusahakan atau dilembagakan oleh masyarakat, setidak-tidaknya oleh masyarakat Islam sendiri yang secara defakto tidak dapat diabaikan oleh pemerintah 2. Di dalam lembaga pendidikan pondok pesantren terjadi interaksi antara Kiai dan Ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil tempat di masjid atau halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas kitab-kitab keagamaan islam klasik. Kitab itu lebih dikenal dengan sebutan kitab kuning, karena dimasa lalu kitab-kitab itu pada umumnya ditulis atau dicetak diatas kertas berwarna kuning. Kitabkitab itu ditulis oleh Ulama' zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti fiqh, hadits, tafsir, maupun tentang akhlak. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam yang mempunyai ciri yang spesifik dan pada umumnya bersifat tradisional. Pada awal perkembangannya pondok pesantren telah mengalami 2 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),hal 40.

3 bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama adanya dampak ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun perubahan bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk masyarakat. 3 Berbicara mengenai pendidikan di lingkungan pesantren, sistem pendidikan di pesantren memadukan penguasaan sumber ajaran islam yang bersumber dari Alloh SWT. Menjadi aktifitas individual muslim untuk di aplikasikan dalam hidup bermasyarakat. Sejak lama pesantren mendasarkan diri pada tiga ranah utama: yaitu faqahah (kecakapan atau kedalaman pemahaman agama), thabi ah (perangai, watak, karakter) dan kafa ah (kecakapan, operasianal). Jika pendidikan merupakan upaya perubahan, maka yang dirubah tiga ranah tersebut, tentu saja perubahan kearah yang baik. 4 Namun pengajaran kitab kuning tetap diberikan sebagai upaya pada masa lalu kegiatan pembelajaran dan pengajaran kitab kuning merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren, kegiatan pembelajaran tersebut ada yang memakai dengan sistem klasikal dan non klasikal. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan sistem pengajian klasikal para santri diklasifikasikan secara alamiah dalam arti tidak diformalisasikan dengan menggunakan tespen tempat berdasarkan 3 M. Bahri Ghazali, MA, Pesantren Berwawasan Lingkungan,( Jakarta: CV. Prasasti, 2003), hal 13-14. 4 Dian Nafi dkk, Praktis Pembelajaran Pesantren (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2007), hal 33.

4 kemampuannya. Kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan utamanya dikelompokkan berdasarkan pertimbangan tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mempelajarinya dalam tiga tingkatan: "kitab kecil" atau kitab dasar, kitab "sedang" atau kitab tingkat menengah, kitab "besar" atau kitab tingkat tinggi 5. Sedangkan kegiatan pembelajaran di masa sekarang kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam untuk meneruskan tujuan utama pesantren, yaitu untuk mendidik dan mencetak calon-calon ulama. 6 Pengajian kitab kuning merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan pesantren, karena kitab kuning adalah bagian atau elemenelemen dalam memberikan ilmu-ilmu keislaman dalam pondok pesantren. Namun dalam pengajian kitab kuning permasalahan yang sering kita jumpai adalah bagimana didalam penyampaian materi kepada santri secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien dan disamping itu sering juga kita sering jumpai tentang kurangnya seorang ustadz terhadap variasi menggunakan metode mengajar dalam upaya meningkatkan mutu pengajaran secara baik. Hakekat metode hanya sebagai alat, bukan tujuan. Untuk merealisir tujuan sangat dibutuhkan alat. Bahkan alat merupakan syarat mutlak bagi setiap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Bila kiai maupun ustadz mampu memilih metode dengan tepat dan mampu menggunakannya dengan baik, maka mereka memiliki harapan besar terhadap hasil pendidikan dan 5 Depag RI, Pola Pembelajaran di Pesantren (Jakarta: 2003), hal 22-23. 6 Zamarkhsari Dhofir, Tradisi Pesantren, (Yogyakarta: Inter Mesa, 1982), hal 50.

5 pengajaran yang dilakukan. Mereka tidak sekedar sanggup mengajar santri, melainkan secara profesional berpotensi memilih model pengajaran yang paling baik diukur dari perspektif didaktikmethodik. Maka proses belajarmengajar bisa berlangsung secara efektif dan efisien, yang menjadi pusat perhatian pendidikan modern sekarang ini. 7 Bertitik tolak pada pegertian metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian integral dalam suatu sistem pengajaran. 8 Dalam pengajaran kitab kuning di pondok pesantren kita telah mengenal berbagai macam metode pembelajaran, salah satunya yaitu metode sorogan. Metode ini biasa dianggap sangat statis dalam menerjemahkan kitab kuning ke dalam bahasa jawa. Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan perseorangan (individu), dibawah bimbingan seorang Kiai atau Ustadz. Metode sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan islam tradisional, sebab metode ini menuntut kesabaran, kerajinan ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid pengajian di pedesaan gagal dalam pendidikan 7 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2002),hal 43. 8 M. Basyiruddin Usman, Metodelogi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal 31.

6 dasar ini. Di samping itu banyak di antara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang telah menguasai metode sorogan sajalah yang dapat memetik keuntungan dari metode bandongan di pesantren. Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama atau pemula bagi seorang santri yang baru belajar kitab kuning dan bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seseorang dalam menguasai bahasa Arab. 9 Metode sorogan dapat bermanfaat ketika jumlah peserta didik sedikit dan waktu yang tersedia cukup banyak, sementara materi yang disampaikan cukup banyak. Dan sebaliknya jika peserta didiknya banyak dan waktu yang digunakan sedikit, sementara materinya banyak, maka dalam penggunaan metode ini kurang efektif dan efisien. Metode ini memiliki ciri pada penekanan yang sangat kuat pada pemahaman. Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. 10 Pondok pesantren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan pengajaran 9 Ibid, hal. 28-29. 10 Arif Sukamdi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Daya, (Jakarta: Mediatama Sarana Perkasa, 1946), hal 109.

7 kitab kuning menggunakan sistem klasikal dan non klasikal. Dalam prakteknya, pelaksanaan metode sorogan di Pondok Pesantren tersebut menggunakan sistem klasikal adalah disesuaikan dengan tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mempelajari kitab kuning. Hal tersebut ditujukan khususnya bagi santri baik itu yang pemula dalam belajar kitab kuning maupun yang ingin menjadi ulama agar santri lebih mudah dalam membaca, menerjemahkan dan memahami materi yang ada dalam kitab kuning yang mana materi kitab kuning tersebut berisikan tentang ilmu-ilmu keislaman. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis bermaksud untuk meneliti lebih jauh tentang pelaksanaan pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan yang telah diterapkan di pondok pesantren Salafiyyah Syafi iyyah wonokromo gondang tulungagung. Hal ini penulis anggap penting mengingat metode ini telah memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap cara memahami dan mendalami ilmu-ilmu keislaman. Oleh karena itu penulis merasa sangat tertarik dengan permasalahan ini dengan mengambil judul Implementasi Pembelajaran Kitab Kuning melalui Metode Sorogan untuk Meningkatkan Mahir Baca dan Pemahaman Santri di Pondok Pesantren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung. B. Fokus Penilitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

8 1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan di pondok pesantren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung? 2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan untuk meningkatkan mahir baca dan pemahaman santri di Pondok Persantren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung? 3. Bagaimana hasil pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan untuk meningkatkan mahir baca dan pemahaman santri di pondok pesantren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui prosees pelaksanaan pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan dalam meningkatkan mahir baca dan pemahaman santri di pondok persantren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan untuk meningkatkan mahir baca dan pemahaman santri di pondok pesantren Salafiyyah Syafi iyyah Gondang Tulungagung.

9 3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran kitab kuning dalam meningkatkan mahir baca dan pemahaman santri di pondok pesatren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Gondang Tulungagung. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan teoritis a. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam disiplin ilmu keguruan b. Untuk memperkuat teori bahwa metode pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 2. Kegunaan praktis a. Bagi Pondok Pesantren, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang berharga dalam meningkatkan pestasi belajar para santrinya. b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis serta dapat digunakan sebagai persyaratan menjadi sarjana. c. Hasil penelitian dapat dipakai sebagai bahan perbandingan atau acuan untuk pendidikan yang sama dimasa yang akan datang, juga dapat digunakan sebagai informasi bagi yang membutuhkan.

10 E. Penegasa Istilah 1. Pembelajaran kitab kuning. Di kalangan pesantren sendiri, di samping istilah kitab kuning, terdapat juga istilah kitab klasik (Al-kutub Al-qadimah), karena kitab yang ditulis merujuk pada karya-karya tradisional ulama berbahasa Arab yang gaya dan bentuknya berbeda dengan buku modern. 11 Untuk memahami Kitab Kuning (kitab gundul), maka dari itu di pesantren menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah metode sorogan. 2. Metode sorogan. Kata sorogan berasal dari bahasa jawa (sorog) yang berarti menyodorkan kitab kehadapan kyai. Metode sorogan adalah bentuk pengajaran yang bersifat individual, dimana santri satu persatu datang menghadap kyai atau membantunya membawakan kitab tertentu. 12 3. Mahir baca/ membaca Membaca adalah proses mengerti pesan yang disampaikan lewat simbol tulisan (Comprehension Following Decoding), menentukan makna pesan (Interpretation Following Literal Comprehension), dan menentukan makna pesan bagi situasi secara faktual (application following interpretation). Dengan kata lain, membaca dapat diartikan 11 Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (Yogyakarta:LKiS, 2004,), hal 36. 12. Abdulah Syukri, gontor dan pembaharuan pendidikan pesantren, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal 73.

11 sebagai informasi yang di hadirkan secara visual, serta menginterprestasikan dan mengaplikasikan informasi tersebut. 13 4. Pemahaman. Pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. 14 F. Sistematika Penulisan Skripsi Agar pembahasan lebih mudah, terarah dan sistematis, maka dalam skripsi ini penulis klasifikasikan kedalam enam bab, dengan sistematika sebagai berikut: 1. Bab I : Merupakan bab pendahuluan yang mendiskripsikan latar belakang masalah tentang pembejaran kitab kuning dengan sistem sorogan, dari latar belakang ini timbul berbagai pokok permasalahan (rumusan masalah), tujuan penulisan serta kegunaan penelitian dan definisi operasional sehingga menjadi menarik untuk dibaca dan dibahas, selebihnya menguraikan teknik dan metode untuk mendapatkan data yang valid dan relevan dengan pembahasan, disamping itu penulis berupaya untuk mensistemasikan pembahasan 13 http://www.e-jurnal.com/2014/02/pengertian-membaca.html. Tgl 24 april, jam 13. 59. 14 Arif Sukadi Sadiman. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa, 1946), hal 109.

12 agar mudah dipahami. Bab ini merupakan instrumen yang menjadi pijakan dalam pembahasan bab bab selanjutnya. 2. Bab II : Metode penelitian pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka atau buku-buku teks yang berisi teori-teori besar dan teori-teori yang dihasilkan dari penelitian terdahulu. Uraian sistematis tentang tinjauan pelaksanaan metode sorogan, pembahasan dimulai dari pengertian sorogan, metode pengajaran pada sistem sorogan, pelaksanaan metode sorogan dalam pengajian kitab kuning, kemudian di lanjutkan pembahasan tentang tinjauan tentang pengajian kitab kuning, yang meliputi tentang pengertian, latar belakang kitab kuning, kitab kuning yang diajarkan dipondok pesantren dan teknik membaca kitab kuning, dan dilanjutkan tentang tinjauan pelaksanaan pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan untuk meningkatkan mahir baca dan pemahan santri di pondok wonokromo gondang tulungagung. 3. Bab III : Bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, kehadiran peneliti, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahap-tahap penelitian pembelajaran kitab kuning melalui metode sorogan untuk meningkatkan mahir baca dan pemahaman santri di pondok pesantren Salafiyyah Syafi iyyah Wonokromo Tulungagung. 4. Bab IV : Dalam bab ini berisi tentang penegasan secara konseptual dan operasianal yang mengarah ke variabel peneliti, mendukung

13 variabel dan diakhri dengan istilah secara keseluruhan yang di maksud oleh judul peneliti. 5. Bab V : Dalam bab ini penulis akan menjelaskan uraian tentang paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dalam pertanyaanpertanyaan atau pernyataan-pernyataan penelitian dan hasil analisis data. Paparan data tersebut diperoleh melalui pengamatan (apa yang terjadi dilapangan), dan atau hasil wawancara (apa yang dikatakan oleh informan), serta deskripsi informasi lainnya yang dikumpulkan oleh peneliti melalui prosedur pengumpulan data sebagaimana tersebut di atas. 6. Bab VI : Merupakan bab penutup atau terakhir dari pembahasan penulisan skripsi ini, selanjutnya penulis tampilkan kesimpulan dan saran.