Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays) Lokal Sumbawa 1 Wening Kusumawardani 2 Fenny Arisandi 1 Dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas samawa 2 Mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Samawa ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays) lokal Sumbawa.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan cara melakukan percobaan untuk mendeskripsikan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays) lokal Sumbawa. Rerata hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 42 hari setelah tanam 193,3 cm sampai 255,6 cm. Pengamatan pada daun pada umur 49 hari setelah tanam hari setelah tanam jumlah daun 12 helai sampai helai. Pengamatan pada lebar daun memiliki lebar 8,4 cm sampai 8,6 cm. Pada pengamatan permukaan daun yaitu permukaan daun berambut, dan pengamatan bentuk ujung daun yaitu bentuk ujung daun runcing. Hasil pengamatan pada penutupan kelobot dari sedang sampai bagus, pada kerusakan tongkol tidak ada, Sedangkan pada panjang tongkol,4 cm sampai 15,4 cm dan diameter tongkol 3,2 cm sampai 3,4 cm. Pengamatan pada warna biji dari merah, bervariasi dan putih, pada susunan baris biji teratur dan jumlah baris biji 12 baris sampai baris. Umur panen tanaman jagung lokal ini 85 hari. Kata Kunci : Deskripsi, Jagung Lokal Sumbawa 1
PENDAHULUAN Jagung merupakan tanaman pangan penting dalam kelompok serealia selain gandum dan padi. Kasrino (2006) menyatakan bahwa di Indonesia, pemanfaatan jagung sebesar 50% untuk industri pangan, sedangkan 50% lagi untuk industri pakan (makanan untuk unggas). Kecenderungan proporsi tersebut akan berubah pada tahun 2020 dimana industri pakan memerlukan jagung sekitar 76,2%.Batang jagung terdiri atas buku dan ruas. Daun jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman sehingga lazim terjadi penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama penyinaran, dan suhu. Menurut Suprapto (2005), jagung lokal umumnya merupakan campuran beberapa strain atau beberapa varietas sehingga warna,bentuk dan ukuran bijinya sangat beragam dan daya hasilnya rendah dibanding varietas unggul nasional. Keragaman yang ditemukan pada varietas jagung lokal melalui perubahan vegetatif, merupakan keragaman genetik karena menunjukkan penampilan yang berbeda pada lingkungan tumbuhnya. Beberapa ciri varietas lokal tradisional mempunyai keragaman antar dan dalam varietas, dapat beradaptasi pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, menghasilkan produksi yang stabil namun rendah (Aquinos-Alsacar, 1999 dalam Hetharie, 2002). Deskripsi merupakan suatu panduan menyajikan sejarah asal-usul sifat-sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap penyakit dan hama utama serta anjuran tanam. Sifat-sifat morfologi yang di sajikan dalam deskripsi sebagian besar merupakan sifat yang di atur secara kuantitatif sehingga penampilannya dapat menimbulkan varietas fisik. Varietas tersebut dapat terjadi pada semua varietas terutama jika ditanam pada lokasi dan musim tanam yang berbeda (Suprihatno, 2005). Berdasarkan temuan temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays) merupakan 114
keturunan langsung dari teosinte (Zea mays). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman (Yogo, 2001). MATERI DAN METODE PENELITIAN Alat yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : alat tulis berfungsi untuk mencatat hasil kegiatan, cangkul berfungsi untuk mengolah tanah, sabit berfungsi untuk membersihkan lahan dari gulma, penggaris/meteran berfungsi untuk mengukur tinggi tanaman dan lebar daun, jangka sorong untuk mengukur sudut antar helaian daun dan batang, gembor berfungsi untuk menyiram tanaman, sprayer berfungsi untuk menyemprotkan pupuk organik cair bio sugih, kamera berfungsi untuk mendokumentasi kegiatan penelitian, alat tugal berfungsi untuk membuat lubang tanam. Bahan yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 6 aksesi jagung lokal sumbawa yang berasal dari beberapa daerah yang berbeda-beda, air berfungsi untuk menyiram tanaman/sebagai pelarut untuk pupuk organik cair bio sugih, pupuk organik cair Bio Sugih berfungsi sebagai pestisida nabati. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dengan cara melakukan budidaya jagung lokal untuk mendeskripsikan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays) lokal Sumbawa. Deskriptif ialah salah satu cara penelitian dengan menggambarkan suatu objek sesuai dengan kenyataan yang ada. Kuantitatif adalah suatu metode penelitian dimana data yang diperoleh berupa angka-angka atau pernyataan-pernyataan yang dinilai. Penanaman dilakukan pada bedengan, dengan panjang bedeng yaitu 200 cm, lebar 200 cm dan tinggi bedeng yaitu 25 cm. Jumlah bedeng keseluruhan adalah 6 bedeng. Jarak antar bedengan yaitu 50 cm. Dengan jarak tanam yaitu 40 cm x 40 cm. Setiap bedeng terdiri dari 25 tanaman.jumlah tanaman keseluruhannya adalah 150 tanaman. Setiap bedengan merupakan aksesi tanaman jagung lokal. 115
Benih aksesi jagung lokal yang digunakan merupakan koleksi dari Fakultas Pertanian dan Perikanan Program studi Agroteknologi yang diperoleh dari Desa Pelat Kecamatan Unter Iwis, Desa Langam Kecamatan Lopok, Desa Pungkit Kecamatan Lopok, Desa Mamak Kecamatan Lopok, Desa Lantung Spukur Kecamatan Lantung Dan Desa Lantung Pdesa Kecamatan Lantung. Pengambilan tanaman sampel dilakukan dengan cara acak (random sampling) dengan mengabaikan tanaman pinggir. Cara pengambilan sampel dengan cara diundi pada setiap aksesi dan diberi nomor pada masing-masing tanaman yang ingin dijadikan tanaman sampel. Jumlah tanaman sampel yaitu 12% dari jumlah populasi. Jadi dari 25 tanaman perbedeng terdapat 3 tanaman sampel. Jumlah tanaman sampel keseluruhan 18 tanaman. Parameter pertumbuhan tanaman : Tinggi tanaman (cm), Jumlah daun (helai), Lebar daun (cm), Permukaan daun, Bentuk ujung daun, Penutupan klobot, Kerusakan tongkol, Panjang tongkol, Diameter tongkol (cm), Warna biji, Susunan baris biji, Jumlah baris biji. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan karena tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul, 2005). untuk parameter tinggi tanaman pada umur 7, 14, 21, 28, 35 dan 42 hari setelah tanam disajikan pada Tabel Tabel Tinggi Tanaman Jagung Lokal Sumbawa Umur Pengamatan 7,14, 21, 28, 35, dan 42 Hari Setelah Tanam Tinggi Tanaman (cm) () 7 14 21 28 35 42 I 8,1 8,7 7,5 10,0 8.6 8,7 35,8 39.2 29,4 44,3 41,1 48,1 63,6 70,2 58,2 74,2 72,4 83,2 95,8 106,0 99,6 116,6 109,6 125,7 142,2 158,7 148,1 172,5 161,0 205,5 193,3 210,1 201,9 221,1 218,5 255,6 : Hari Setelah Tanam Tabel 1 menunjukkan rerata tinggi tanaman tertinggi pada umur 7 hari setelah tanaman terlihat pada aksesi IV yaitu 10,0 cm, sedangkan rerata tinggi 116
tanaman terendah terlihat pada aksesi III yaitu 7,5 cm. Rerata tinggi tanaman tertinggi pada umur 14 hari setelah tanam terlihat pada aksesi VI yaitu 48,1 cm, sedangkan rerata tinggi tanaman terndah terlihat pada aksesi III yaitu 29,4 cm. Rerata tinggi tanaman tertinggi pada umur 21 hari setelah tanam terlihat pada aksesi VI yaitu 83,2 cm, sedangkan rerata tinggi tanaman terendah terlihat pada aksesi III yaitu 58,2 cm. Rerata tinggi tanaman tertinggi pada umur 28 hari setelah tanam terlihat pada aksesi VI yaitu 125,7 cm, sedangkan rerata tinggi tanaman terendah terlihat pada aksesi I yaitu 95,8 cm. Rerata tinggi tanaman tertinggi pada umur 35 hari setelah tanam terlihat pada aksesi VI yaitu 205,5 cm, sedangkan rerata tinggi tanaman terendah terlihat pada aksesi I yaitu 142,2 cm. Rerata tinggi tanaman tertinggi pada umur 42 hari setelah tanam yaitu 255,6 cm, sedangkan rerata tinggi tanaman terendah terlihat pada aksesi I yaitu 193,3 cm. Data Daun Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang. Umumnya berwarna hijau dan berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari melalui fotosentesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrop obligat, dimana daun memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia. Daun juga berfungsi sebagai organ pernapasan atau respirasi, tempat terjadinya transpirasi dan tempat terjadinya gutasi (Yudi, 2011). Jumlah Daun parameter jumlah daun pada umur 7, 14, 21, 28, 35, dan 42 hari setelah tanam disajikan pada Tabel Tabel Jumlah Daun Tanaman Jagung Lokal Sumbawa 49 Jumlah Daun Tanaman I 12 12 : Hari Setelah Tanam Tabel 2 menunjukkan rerata jumlah daun tanaman jagung lokal Sumbawa pada umur 49 hari setelah tanam pada aksesi I 12 helai, aksesi II helai, aksesi III 12 helai, aksesi IV helai, aksesi V helai, dan aksesi VI helai. 117
Lebar Daun Berikut data rata-rata hasil pengamatan parameter lebar daun pada umur 49 hari setelah tanam disajikan pada Tabel Tabel Lebar Daun Tanaman Jagung Lokal Sumbawa 49 Lebar Daun Tanaman I 8,6 8,5 8,5 7,4 8,1 8,4 : Hari Setelah Tanam Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat rerata lebar daun tanaman jagung pada umur 49 hari setelah panen pada aksesi I lebar daun yaitu 8,6 cm, pada aksesi II lebar daun 8,5 cm, pada aksesi III lebar daun 8,5 cm, pada aksesi IV lebar daun 7,4 cm, pada aksesi V lebar daun 8,1 cm, dan pada aksesi VI lebar daun 8,4 cm. Jadi rerata lebar daun yang paling besar yaitu pada aksesi I lebar daun 8,6 cm, sedangkan yang paling kecil yaitu pada aksesi IV dengan lebar daun 7,4 cm. Permukaan Daun Data hasil pengamatan pada parameter permukaan daun disajikan pada Tabel Tabel Permukaan Daun Tanaman Jagung Lokal Sumbawa 49 Permukaan Daun Berambut I Berambut Berambut Berambut Berambut Berambut : Hari Setelah Tanam Tabel 4 menunjukkan bahwa permukaan daun tanaman jagung lokal sumbawa pada semua aksesi yaitu permukaan daunnya berambut. Bentuk Ujung Daun untuk parameter bentuk ujung daun disajikan pada Tabel Tabel Bentuk Ujung Daun Tanaman Jagung Lokal Sumbawa 49 Bentuk Ujung Daun I : Hari Setelah Tanam Tabel 5 menunjukkan bahwa ratarata bentuk ujung daun tanaman jagung lokal sumbawa pada pengamatan umur 49 hari setelah tanam dari aksesi I sampai dengan aksesi VI bentuk ujung daunnya runcing. Data Tongkol Secara morfologi, tongkol jagung adalah tangkai utama malai yang termodifikasi yakni bagian dalam organ betina tempat bulir/buah duduk menempel. Tongkol jagung diselimuti 118
oleh daun kelobot yang tumbuh dari buku terletak di antara batang dan pelepah daun (Tracy, 2005). Penutupan Klobot untuk parameter penutupan klobot disajikan pada Tabel Tabel Penutupan Klobot Tanaman Penutupan Klobot I Sedang Bagus Sedang Sedang Sedang Bagus : Hari Setelah Tanam Tabel 6 menunjukkan rerata penutupan kelobot pada aksesi I yaitu sedang, pada aksesi II penutupan kelobotnya bagus, pada aksesi III, aksesi IV, dan aksesi V penutupan kelobotnya sedang, dan pada aksesi VI penutupan kelobotnya bagus. Jadi rerata penutupan kelobot yang bagus yaitu pada aksesi II dan aksesi VI, sedangkan pada aksesi I, aksesi III, aksesi IV, dan aksesi V penutupan kelobotnya sedang. Kerusakan Tongkol pada parameter kerusakan tongkol disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kerusakan Tongkol Tanaman Kerusakan I Tongkol : Hari Setelah Tana Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat pada aksesi I bahwa tidak ada kerusakan tongkol, begitu pula pada aksesi II, aksesi III, aksesi IV, aksesi V, dan aksesi VI. Jadi tidak ada kerusakan tongkol pada semua aksesi Panjang Tongkol untuk parameter panjang tongkol disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Panjang Tongkol Tanaman Hari Setelah Tanam Panjang Tongkol (cm) I,4 14,8,9 14,4 15,0 15,4 : Hari Setelah Tanam Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat rerata panjang tongkol pada pengamatan umur 85 hari setelah panen pada aksesi I (,4 cm), pada aksesi II panjang tongkol (14,8 cm), pada aksesi III panjang tongkol (,9 cm), pada aksesi IV panjang 119
tongkol (14,4 cm), pada aksesi V panjang tongkol (15,0 cm), dan pada aksesi VI panjang tongkol (15,4 cm). Jadi rerata panjang tongkol terpanjang yaitu pada aksesi VI dengan panjang tongkol (15,4 cm). Diameter Tongkol Berikut data rata-rata hasil pengamatan untuk parameter diameter tongkol disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Diameter Tongkol Tanaman hari setelah tanam Diameter Tongkol I (cm) 3,2 3,3 3,2 3,3 3,4 3,2 : Hari Setelah Tanam Tabel 9 menunjukkan rerata diameter tongkol tanaman jagung lokal sumbawa pada umur 85 hari setelah tanam yaitu aksesi I (3,2 cm), aksesi II (3,3 cm), aksesi III (3,2 cm), aksesi IV (3,3 cm), aksesi V (3,4 cm) dan aksesi VI (3,2 cm). Jadi rerata diameter tongkol yang paling besar yaitu pada aksesi V (3,4 cm), sedangkan rerata diameter tongkol yang terkecil yaitu pada aksesi I, aksesi III dan aksesi VI yang masingmasing diameter (3,2 cm). Data Biji Warna Biji pada parameter warna biji disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Warna Biji Tanaman Jagung Lokal Sumbawa 85 Hari Setelah Tanam Warna Biji I Merah Merah Bervariasi Bervariasi Putih Bervariasi : Hari Setelah Tanam Berdasarkan hasil pengamatan warna biji jagung menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang beragam antar aksesi. Perbedaan tersebut terlihat dari warna biji yang cukup beragam. Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa warna biji pada aksesi I dan aksesi II berwarna merah; pada aksesi III, aksesi IV, dan aksesi VI warna bijinya bervariasi; dan aksesi V warna bijinya putih. Susunan Baris Biji pada parameter susunan baris biji disajikan pada Tabel 1 Tabel 1 Susunan Baris Biji Tanaman Susunan Baris Biji 120
I : Hari Setelah Tanam Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa rerata susunan baris biji dari aksesi I sampai dengan aksesi VI, susunan baris bijinya teratur. Jumlah Baris Biji Jumlah baris biji per tongkol dihitung dengan cara menghitung jumlah baris biji setiap tanaman sampel yang telah dibuang kelobotnya. Berikut data rata-rata hasil pengamatan untuk parameter jumlah baris biji disajikan pada Tabel 1 Tabel 1 Jumlah Baris Biji Tanaman No Aksesi Jumlah Baris Biji I 12 12 14 12 : Hari Setelah Tanam Tabel 12 menunjukkan rerata jumlah baris biji pada umur 85 hari setelah tanam pada aksesi I 12 baris, aksesi II 12 baris, aksesi III baris, aksesi IV 14 baris, aksesi V 12 baris dan aksesi VI baris. Jadi rerata jumlah baris yang paling banyak yaitu pada aksesi IV berjumlah 14 baris, sedangkan rerata jumlah baris biji yang sedikit yaitu pada aksesi I, aksesi II, dan aksesi III, yang masing-masing jumlah baris biji yaitu 12 baris. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pengamatan dilakukan pada tanaman jagung (Zea mays) lokal Sumbawa dari beberapa desa yaitu: Desa Pelat Kecamatan Unter Iwis, Desa Langam Kecamata Lopok, Desa Pungkit Kecamatan Lopok, Desa Mamak Kecamatan Lopok, Desa Lantung Skukur Kecamatan Lantung dan Desa Lantung Pdesa Kecamatan Lantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 42 hari setelah tanam 193,3 cm sampai 255,6 cm. Pengamatan pada daun pada umur 49 hari setelah tanam jumlah daun 12 helai sampai helai. Pengamatan pada lebar daun memiliki lebar 8,4 cm sampai 8,6 cm. Pada pengamatan permukaan daun yaitu permukaan daun berambut, dan pengamatan bentuk ujung daun yaitu bentuk ujung daun runcing. Hasil pengamatan pada penutupan kelobot dari sedang sampai bagus, pada kerusakan tongkol tidak ada, Sedangkan pada panjang tongkol,4 121
cm sampai 15,4 cm dan diameter tongkol 3,2 cm sampai 3,4 cm. Pengamatan pada warna biji dari merah, bervariasi dan putih, pada susunan baris biji teratur dan jumlah baris biji 12 baris sampai baris. Umur panen tanaman jagung lokal ini 85 hari. SARAN Perlu adanya penelitian lebih lanjut pada tanaman jagung (Zea mays) lokal Sumbawa untuk mendapatkan benih yang murni. DAFTAR PUSTAKA Hetharia, H dan H,R.D. Amanupunyo. 200 Respons Pertumbuhan Beberapa Varietas Kacang Hijau Lokal Asal Pulau Yamdena Terhadap Perlakuan Inokulan Rhizobium. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura, Ambon. Suprihatno. 200 Deskripsi Varietas Unggul. Sukamandi, Subang : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian- Balai Penelitian. Tracy. 200 Morphology and growth of maize. IITA/CIMMYT. Research guide 9. El Batan, Mexico. p. 8. Yogo. 200 Asal-usul Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Yudi. 201 Penjelasan Tentang Daun, Bentuk Daun, Fungsi Daun, dan Anatomi Daun.(Http:www.PenjelasanT entangdaundanbentukdaun.ht ml). diakses pada tanggal 29 September 201 Kasrino, F. 200 Suatu Penilaian Mengenai Prospek Masa Depan Jagung di Indonesia. Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, 29-30 September 200 Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Sitompul, S. M. 200 Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, hal. 2 Suprapto, H.S. 200 Bertanam Jagung.Penebar Swadaya, Jakarta. 122