D I N A M I K A R E K A S A T W A V o l. 8 N o. 1, 5 M a r e t 2015

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

Kusmajadi Suradi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama Penyimpanan Temperatur Ruang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. ayam broiler berumur hari dengan bobot badan 1,0-1,3 kg. berasal dari pedagang sayur pasar Cileunyi.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang total koloni bakteri, nilai ph dan kadar air daging sapi di

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ABSTRAK LAMA PENYIMPANAN DAGING SAPI TERHADAP ALT BAKTERI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

Ketahanan Daging Rendang Tanpa Pemasakan Ulang Selama Penyimpanan Suhu Ruang Berdasarkan Uji Reduktase dan Organoleptik

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. 18,20 Lemak (g) 25,00 Kalsium (mg) 14,00 Fosfor (mg) 200,00 Besi (mg) 1,50 Vitamin B1 (mg) 0,08 Air (g) 55,90 Kalori (kkal)

Aspek Mikrobiologi Dendeng Asap Dengan Daging yang Berbeda pada Pengasapan Tempurung Kelapa

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, rumpun Anatini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

METODE Lokasi dan Waktu Materi

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

UJI BAKTERERIOLOGIS DAGING AYAM BOILER (Gallus gallus domestica) YANG DI JUAL DIPASAR MODERN KOTA PADANG

MATERI DAN METODE. Prosedur

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras

Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1) Bahan utama adalah daging kelinci sebanyak 1 kilogram yang diperoleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

BAB III METODE PENELITIAN

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

III. MATERI DAN METODE

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2011, Hal Vol. 6, No. 2 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

PENGOLAHAN PASTA LAOR (Eunice viridis) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI GARAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

Y ij = µ + B i + ε ij

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

Transkripsi:

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENDIAMAN DAGING PADA SUHU KAMAR SETELAH PEMOTONGAN TERHADAP KUALITAS DAGING BROILER Nunun Siti Syahriyah 1, Umi Kalsum 2, Nurul Humaidah 3 1 Program S1 Peternakan, 2,3 Dosen Fakultas Peternakan Universitas Islam Malang HP. 085859884183 ABSTRAK Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan waktu pendiaman daging pada suhu kamar (27 0 C ) setelah pemotongan terhadap kualitas daging broiler. Kualitas daging yang diteliti adalah nilai ph dan jumlah mikroba. Materi penelitian 4 ekor ayam berumur 37 hari dengan bobot rata-rata 1800 kg/ekor. Sampel yang diuji berupa daging dada. Perlakuan penelitian adalah daging didiamkan selama P0=0 jam, P1=3 jam, P2=6 jam, P3=9 jam. Metode yang digunakan Metode Percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan waktu pendiaman daging pada suhu kamar (27 0 C ) setelah pemotongan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kualitas daging broiler. Disimpulkan bahwa semakin lama pendiaman daging setelah pemotongan akan meningkatkan jumlah mikroba dan menurunkan ph daging. Daging masih layak diproses setelah pemotongan dengan pendiaman sampai 6 jam pada suhu kamar. Kata kunci : Lama pendiaman, daging broiler, nilai ph, jumlah mikroba. THE EFFECT OF DIFFERENCE STANDING TIME OF MEAT AFTER SLAUGHTER IN THE ROOM TEMPERATURE ON THE QUALITY OF BROILER MEAT ABSTRACT The aimed of this research was to determine the effect of different standing time of meat in the room temperature (27 C ) after slaughter on the quality of broiler meat. The research materials were 4 chickens was 37 days old with average weight of 1800 kg/head. The samples tested were breast meat. The treatments were standing time of meat for P0 = 0 hours, P1 = 3 hours, P2 = 6 hours, P3 = 9 hours. Experimental method using a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and were 4 replications. The results showed that the difference in meat standing time at room temperature after slaughter was significantly (P <0.01) on the quality of broiler meat. It was concluded that the longer of standing time of meat after slaughter will increase the number of microbes and decrease of the ph of meat. Meat is still worth processed after slaughter with standing up to 6 hours in the room temperature. Keywords: the standing time, broiler meat, ph value, and the number of microbes. 31

PENDAHULUAN Manusia membutuhkan bahan pangan dalam kehidupannya. Salah satu bahan pangan tersebut berasal dari hasil peternakan sebagai contohnya adalah daging ayam broiler. Daging ayam broiler merupakan hasil peternakan yang cukup digemari karena rasa dan aromanya yang khas, kandungan gizinya dapat memenuhi kebutuhan tubuh manusia dan beraneka ragam cara pengolahannya. Disamping itu, harga daging broiler lebih terjangkau dari pada daging sapi atau ruminansia lain. Daging ayam adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein,lemak, mineral serta zat lainnya yang yang sangat dibutuhkan tubuh. Usaha untuk meningkatkan kualitas daging ayam dilakukan melalui pengolahan atau kebusukan selama penyimpanan dan pemasaran. Daging ayam mudah tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Escherichia coli dan salmonella sp. Serta mikroba patogen lainnya. pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber-sumber pencemaran mikroba,seperti tanah, udara, air,debu, saluran pencernaan dan pernapasan manusia maupun hewan. Salah satu aspek usaha penting harus dilakukan guna mencegah wabah penyakit di lingkungan peternakan, yaitu usaha-usaha mengurangi jenis dan jumlah mikroorganisme. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorga nisme pada dan didalam daging termasuk temperature, kadar air /kelembapan, oksigen, tingkat keasaman dan kebasaan (ph) dan kandungan gizi daging. Mikro organisme yang berkembang dalam daging bisa dipengaruhi oleh lamanya peristiahatan sebelum pemotongan dan lama pendiaman pada suhu kamar. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang lama pengaruh perbedaan waktu pendiaman daging pada suhu kamar setelah pemotongan terhadap kualitas broiler. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium PUSAT Fakultas Peternakan, Universitas Islam Malang di jalan Mayjen Hartono 193, Malang 65144- Jawa Timur. Mulai tanggal 25-27 januari 2014. Materi Penelitian ini menggunakan 4 ekor ayam broiler berumur 37 hari, dengan bobot badan rata-rata sekitar 1800 g/ekor. Alat yang digunakan yaitu : pisau, pemotong ayam,panci, kompor, papan seksi, plastik (untuk sempel), kertas lebel, tempat penampungan ayam. Seperangkat peralatan untuk menghitung mikroba dengan metode TPC (Total Plate Count) yaitu alat yang terdiri dari 64 buah Petridis, 20 buah pipet, dan 20 tabung reaksi. ph Meter,Nutrien Agar,Plastic klip, kapas, alumunium foil, aquades steril 500 ml, alcohol 70%, cotton bud, tissue. Peralatan yang digunakan adalah alat-alat gelas steril seperti: tabung reaksi, cawan pentri, erlemeyer, pipet ukur, objek glass. Alat-alat laboratorium seperti: Tube shaker, autoklaf, waterbath, incubator, lampu spiritus, oven, colony counter. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode percobaan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Prosedur Penelitian diantaranya adalah a.menyembelih ayam broiler Proses penyembelihan dilaku kan dengan cara memutuskan tiga saluran utama pada bagian leher yaitu vena jugularis, arteri carotis, dan esophagus. Penyembelihan ayam dilakukan secara bersamaan artinya diwaktu dan tempat yang sama antara ayam ke-1 hingga ke-4. Pemilihan tempat penyembelihan harus diusahakan steril atau mempunyai daya dukung lingkungan yang baik bagi ayam sehingga kualitas ayam tetap terjaga. 32

a. Daging diambil bagian dada untuk diukur ph dan jumlah mikroba. b.pengukuran ph daging umumnya diukur dengan metode ektrometrik menggunakan alat ph meter. Elektrode ph meter yang baik digunakan adalah electrode tusuk yang juga terintegrasi untuk mengukur suhu daging. Suhu daging akan mempengaruhi nilai ph daging diperhatikan bahwa ph meter harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengukur nilai ph daging. b. Uji kuantitatif mikroba: Uji kuantitatif mikroba yang dilakukan terhadap daging terutama adalah jumlah mikroba arobik (menggunakan media Nutrien Agar), Dengan menggunakan batang pengoles (swab) steril, yaitu batang lidi yang pada ujungnya dibungkus kapas, mikroba pada permukaan contoh seluas 4 cm2(2 cm x 2 cm) diambil dengan cara mengoleskan batang pengoles yang sudah dibasahi dengan 5 ml air pengencer steril, ke kiri dan ke kanan masingmasing sebanyak tiga kali pada luas permukaan 4 cm2. Cara ini dapat dilakukan dengan membuat cetakan penolong seluas 2 cm x 2 cm yang terbuat dari alumunium foil kemudian disterilkan. Batang pengoles yang telah dioleskan tersebut kemudian direndam didalam air pengencer atau air destilata steril sebanyak 10 ml yang sebelumnya telah digunakan batang pengoles tersebut. Batang diputar-putar da diperas pada dinding tabung untuk melepaskan mikroba yang melekat pada kapas pengoles tersebut. Dibuat suspense dengan aquades sebanyak 10 ml kemudian dibuat diencerkan hingga pengenceran ke 10 4 dengan perbandingan 1:9. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perbedaan Waktu Pendiaman Daging Pada Suhu Kamar Setelah Pemotongan Terhadap Nilai ph Dari hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa perbedaan waktu pendiaman daging broiler pada suhu kamar setelah pemotongan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap ph daging broiler. Perhitungan selengkapnya ada di lampiran 1 dan dilanjutkan uji BNT untuk membedakan antar perlakuan. Rata-rata ph daging broiler dan notasi BNT disajikan pada table 1 di bawah ini Tabel 1. Rata-rata ph daging broiler pada penyimpanan berbeda Perlakuan Rata-rata P0 6,52 b P1 5,25 a P2 5,18 a P3 5,04 a Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh berbeda Hasil pengukuran ph terhadap pendiaman daging broiler pada suhu kamar setelah pemotongan berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Terhadap ph daging broiler. Berdasarkan hasil uji statistik bahwa P0 berbeda nyata (P<0,01) dengan P1, P2, P3. Perbedaan ini (P0 tidak sama dengan P1, P2, P3) disebabkan karena jaringan otot hewan pada saat masih hidup menghirup O2 terjadi proses respirasi (pernapasan) mempunyai ph pada kisaran kisaran 7,2 sampai 7,4 dan akan menurun setelah pemotongan (Buckle et al.1987;foegeding et al.1996), hal ini karena mengalami glikolisis (pemecahan glikogen - ATP + Asam laktat) yang akan mempengaruhi ph. Jika dalam keadaan asam maka ph menurun (>7) sedangkan dalam keadaan basa maka ph meningkat (>7). Keasaman (ph) tertinggi (6,52) pada daging ayam broiler segera setelah pemotongan (p), kemudian mengalami penurunan dengan semakin lamanya jangka waktu setelah pemotongan yaitu 3,6, dan 9 jam. Hal ini menunjukkan bahwa dengan terhentinya suplai oksigen setelah hewan mati menyebabkan terhentinya pula proses respirasi dan menyebabkan daging mengalami glikolisis. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Duna et al. (1993) bahwa rata-rata ph awal otot dada broiler 7,09 kemudian menurun menjadi 5,94 yaitu pada 6 jam postmortem, sedangkan pada otot dada kalkun ph menurun dari 6,22 pada 15 menit postmati menjadi 5,8 pada 120 menit setelah mati dan kemudian menjadi 5,47 pada kurang lebih 24 jam setelah mati (Lesiak et al.1997). Penurunan ph akan mempengaruhi sifat fisik daging. Laju penurunan ph otot yang cepat akan mengakibatkan rendahnya kapasitas mengikat air, karena meningkatkan kontraksi 33

aktomiosin yang terbentuk, dengan demikian akan memeras cairan keluar dari dalam daging. Suhu tinggi juga dapat mempercepat penurunan ph otot pascamortem dan menurunkan kapasitas mengikat air karena meningkatnya denaturasi protein otot dan meningkatnya perpindahan air ke ruang ekstraseluler (Lawrie, 1996). Penurunan kapasitas mengikat air ini dapat diketahui dengan mengukur eksudasi cairan pada daging mentah atau kerut pada daging masak, sebaliknya pada ph akhir yang tinggi dapat menyebabkan daging berwarna gelap dan permukaan daging menjadi sangat kering karena cairan daging terikat secara erat dengan protein (Lawrie, 1996). Soeparno (1992) menyatakan bahwa phdaging akan mengalami perubahan (menurun) sesuai dengan waktu penyimpanan, akan semakin lama penyimpanan akan semakin menurun sampai tercapai ph akhir yaitu antara 5,4 5,8. Pengaruh Perbedaan Waktu Pendiaman Daging Pada Suhu Kamar Setelah Pemotongan Terhadap Jumlah Mikroba. Dari hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa perbedaan waktu pendiaman daging broiler pada suhu kamar setelah pemotongan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah mikroba daging broiler. Perhitungan selengkapnya ada di lampiran 1 dan dilanjutkan uji BNT untuk membedakan antar perlakuan. Rata-rata jumlah mikroba daging broiler dan notasi BNT disajikan pada table 2 di bawah ini Tabel 2. Rata-rata jumlah mikroba daging broiler pada lama pendiaman berbeda setelah pemotongan Perlakuan Ratarata Jumlah mikroba (cfu/cm 2 ) Ratarata Jumlah mikroba (log cfu/cm 2 ) P0 1,3 x 10 2 2,13 a P1 2,0 x 10 2 2,31 a P2 9,2 x 10 3 3,53 b P3 3,3 x 10 6 6,38 c Keterangan : Notasi yang berbeda menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh berbeda Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pendiaman daging broiler pada suhu kamar setelah pemotongan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah mikroba daging broiler. Hal ini menyebabkan daging merupakan produk peternakan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi, sehingga daging menjadi media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Bagian dalam daging yang baru disembelih dari hewan sehat biasanya steril. Kontaminasi dan kebusukan daging biasanya berasal dari mikroorganisme pada permukaannya yang kemudian akan masuk kebagian daging. Semakin lama pendiaman daging broiler pada suhu kamar setelah pemotongan akan semakin tinggi pula jumlah mikroba daging broiler (Plummer, 1987). Hal ini diduga juga karena kontaminasi awal bakteri pada karkas diakibatkan dari mikroorganisme yang masuk ke pembuluh darah bila pisau yang digunakan untuk penyembelihan tidak steril dan kontaminasi berikutnya pada permukaan daging pada hampir setiap perlakuan selama penyembelihan, prosesing dan penyimpanan (Forrest et al,1975). Perlakuan P0 =0 jam, dan P1=3 jam sangat berbeda dengan perlakuan P2=6 jam dan P3=9 jam, hal ini disebabkan pada proses 0-3 jam mikroorganisme pada daging belum berkembang biak. Perlakuan P0 dan P1 juga berbeda dibandingkan P2 karena proses kontaminasi mikroba pada daging berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dengan adanya perlakuan P3 pada 9 jam semakin lama pendiaman daging broiler akan semakin tinggi jumlah mikroba daging broiler (Plummer, 1987). Menurut Fung (1987) menyatakan bila jumlah bakteri mencapai 10 7 unit koloni per cm 2 daging sudah tidak dapat diterima karena sudah dianggap membusuk dan bila sudah diatas 3,0 x 10 7 unit koloni per cm 2 adalah termasuk tinggi. Konstaminasi awal bakteri pada karkas diakibatkan dari mikroorganisme yang masuk ke pembuluh darah bila pisau yang konstaminasi pada permukaan daging pada hampir setiap perlakuan selama penyembelihan, prosesing, penyimpanan dan distribusi daging (Forrest et al,1975) mengakibatkan daging sudah berbau dan berlendir. 34

Hasil analais menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah total mikroba daging broiler menurut Elliot dan Michener (1961) yang disanitasi Mountney (1966), daging unggas mulai berbau bila jumlah bakteri mencapai 10 6-10 8 unit koloni per cm2 akan timbul lendir bila jumlah bakteri mencapai 10 7-10 9. Lama waktu pendiaman daging setelah pemotongan akan semakin banyak total jumlah bakteri yang mempengaruhi mikroorganisme pada daging. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa waktu pendiaman daging broiler disuhu kamar sampai 3 jam jumlah mikrobanya tidak berbeda dengan daging segar (0 jam) sedangkan pada pendiaman 6 jam mulai terjadi peningkatan jumlah mikroba yang sangat nayata, demikian juga pada pendiaman 9 jam. KESIMPULAN Semakin lama pendiaman daging setelah pemotongan akan meningkatkan jumlah mikroba daging dan menurunkan ph daging. Daging masih dapat diproses setelah pemotongan dengan pendiaman sampai 6 jam. DAFTAR PUSTAKA Amrullah, L. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-2. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor. Buckle,K.A., R.A.Edwards,G.A Fleet, dan M. Wooton. 1987.Ilmu Pangan Terjemahan Hari P.dan Adiono. Universitas Indonesia press. Yakarta Dwidjoseputro, D.1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. Duna,A.A.,D.J. Kilpatrick dan N.F.S.1993.Effect of postmortem, Temperatur on chiken in pectorals Major : Muscle shortening and cooked Meat Tenderness.J.British Poultry Sci.34:689-697. Fardiaz, S. 1993. Mikrobiologi Pangan. Penuntun Praktekpraktek Laboratorium. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Foegeding.E.A.,T.C.Lanier dan H.O.Hultin.1996.Characteristics of Edible Muscle Tissues.Pada Food Chemistry.Ed.O.R.Fennema.Marcel Dekker, Inc.,New york Forrest,J.C.,E.B.Aberle,H.B.Hedrick, M.D. Judge,dan R.A. Merkel.1975.Principle of meat science.w.h.freeman and Co.,San Fransisco. Gittinger, J. Price. Economic Analysis of Agriculture Projects. Baltimore: Jhons Hopkins University Press, 1992 Hardini, S. Y. P. K. 2004. Pertumbuhan Awal Ayam Merawang yang Dipelihara Bersama Ayam Broiler. Jurnal Matematika, Sains dan Teknologi, Vol. 5 (1). Komariah, I. I. Arief, & Y. Wiguna, 2004. Kualitas fisik dan mikroba daging sapi yang ditambah jahe (zingiber officinale roscoe) pada konsentrasi dan lama penyimpanan yang berbeda. Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Lawrie,R.A.1996.Ilmu Daging Terjemahan Aminuddin P.Penerbit Universitas Indonesia Press,Jakarta. Lesiak.M.T.,D.G.Olson,L.A.Lesiak dan D.U.Ahn.1997.Effect of Post Mortem Time Before Chilling and Chilling Temperatur on Water Holding Caoacity and Textur of Turkey Breast Muscle. J. Poultry Sci.76:552-556. Priyatno, M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. PT. Penebar Swadaya, Jakarta Plummer, D. T., 1987, An Introduction to Practical Biochemistry, Tata Mc Graw Hill Publishing Company LTD, Bombay- New Delhi. Soerparno, 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada Unyversity Press. Yogyakarta. Smid, E. J. & L. G. M. Gorris. 2007. Natural antimicrobials for food 35

preservation. In: M. S. Rahman (Ed.). Handbook of Food Preservation. 2nd ed. CRC Press, New York. Yutnosumarto,S.1993.Percobaan Analisis Dan Interpretainya.Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. 36