BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

Oleh Helios Tri Buana

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

2017, No Uqubat dalam perkara jinayah, memiliki substansi yang sama dengan Pasal 197 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum A

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016. TAHAPAN DAN PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh: Agung Akbar Lamsu 2

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS

BAB V PENUTUP. Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan. 1. Tata cara di Pengadilan Agama Purwodadi dalam melaksanakan mediasi

BAB I PENDAHULUAN. lembaga Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, di samping Pengadilan

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor : 06/Pdt.G/2010/MS-Aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB IV MEDIASI DALAM PERKARA CERAI GUGAT DIPENGADILAN AGAMA SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

BAB III IMPLEMENTASI PERMA NO.1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DALAM PERKARA PERCERAIAN (STUDI DI PENGADILAN AGAMA KOTA SEMARANG)

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ke tahap yang lebih besar dan kompleks seiring dengan perkembangan

SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF MELALUI MEDIASI. Oleh : Prof. Rehngena Purba, SH., MS.

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

Oleh : YUDI PRASETYO

menyadari dan mengemban fungsi mendamaikan pihak yang berperkara. Sebab bagaimana adilnya putusan akan lebih adil hasil perdamaian.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 061/PUU-II/2004

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pada deskripsi dan analisis yang telah dilakukan diperoleh

BEBERAPA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUHAN DI DALAM DAN DI LUAR PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM KEBERHASILAN MEDIASI DI PENGADILAN

ABSTRAK HENDRY RAUF, NIM KONSEP HUKUM MEDIASI DAN PENERAPAN HAKIM TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI GORONTALO.

CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

P U T U S A N Nomor : 37/Pdt.G/2013/MS-Aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan ajudikasi sangat besar, hal ini menjadi masalah karena kemudian terjadi penumpukan perkara di Pengadilan. (Khususnya perkara Perdata). Hal ini disebabkan karena pandangan dan penilaian hakim belum tentu sejalan dengan para pihak, terutama pihak yang kalah, sehingga pihak yang kalah selalu mengadakan perlawananan hukum melalui upaya banding dan kasasi. Pada akhirnya semua perkara bermuara ke Mahkamah Agung RI yang mengakibatkan penumpukan perkara.mengatasi hal ini Mahkamah Agung kemudian mengeluarkan Perma Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang merupakan penyempurnaan dari Perma nomor 2 tahun 2003 tentang Mediasi. Tujuan Perma nomor 1 tahun 2008 adalah untuk lebih 1

mendayagunakan mediasi dalam proses penyelesaian perkara di Pengadilan khususnya perkara Perdata dan diharapkan dapat mengatasi penumpukan perkara, latar belakang untuk mendayagunakan mediasi dalam proses penyelesaian perkara di Pengadilan melalui Perma Nomor 1 tahun 2008 tercantum dalam Menimbang huruf c bahwa hukum acara yang berlaku baik Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg, mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di Pengadilan Negeri, sehingga sebelum para pihak menyelesaikan perkara melalui ajudikasi diwajibkan untuk menempuh proses mediasi terlebih dahulu seperti termuat dalam Pasal 7 tentang Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara dan Kuasa Hukum pada ayat 3 Pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri kedua belah pihak hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi. 2

Perma Nomor 1 tahun 2008 adalah bagian dari alternatif penyelesaian sengketa, maka mediasi seharusnya bersifat voluntir. Pasal 2 ayat (3) Perma Nomor 1 tahun 2008 mengenai Ruang Lingkup dan Kekuatan Berlaku Perma menyatakan Tidak menempuh prosedur mediasi berdasarkan Peraturan ini merupakan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 RBg yang mengakibatkan putusan batal demi hukum, sehingga apabila mediasi tidak dilakukan maka terhadap putusan pihak yang bersengketa akan batal demi hukum. Dalam perkara Perdata sebelum menempuh penyelesaian secara hukum disarankan menempuh penyelesaian secara damaiatau dikenal dengan istilah dading hal ini diatur dalam pasal 130 HIR/154 Rbgdimana sebelum hakim memeriksa pokok perkara hakim wajib menyarankan dan menawarkan kepada Para Pihak untuk menyelesaikan perkara secara damai dan apabila belum dapat didamaikan sebelum perkara 3

diputus oleh hakim para pihak dapat menyelesaikan melalui perdamaian. Berikut ketentuan Pasal 130 HIR dan Pasal 154 RBg. Pasal 130 HIR 1)Jika pada hari yang ditentukan itu, kedua belah Pihak datang, maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka. 2)Jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai, maka pada waktu bersidang, diperbuat sebuah surat (akte) tentang. itu, dalam mana kedua belah Pihak dihukum akan menepati perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan hukum dijalankan sebagai putusan yang biasa. 3) Keputusan yang sedemikian tidak diizinkan dibanding. 4)Jika pada waktu mencoba akan memperdamaikan kedua belah fihak, perlu dipakai seorang jurubahasa, maka peraturan pasal yang berikut dituruti untuk itu. 4

Pasal 154 Rbg 1) Bila pada hari yang telah ditentukan para pihak datang menghadap, maka pengadilan negeri dengan perantaraan ketua berusaha mendamaikannya. 2) Bila dapat dicapai perdamaian, maka di dalam sidang itu juga dibuatkan suatu akta dan para pihak dihukum untuk menaati perjanjian yang telah dibuat, dan akta itu mempunyai kekuatan serta dilaksanakan seperti suatu surat keputusan biasa. 3) Terhadap suatu keputusan tetap semacam itu tidak dapat diajukan banding. 4) Bila dalam usaha untuk mendamaikan para pihak diperlukan campur tangan seorang juru bahasa, maka digunakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal berikut. (Rv. 31; IR. 130.) Berdasarkan uraian diatas maka hakekat permasalahan dari penelitian ini adalah ketentuan 5

tentang diwajibkannya proses mediasi dalam penyelesaian perkara perdata melalui Pengadilan. Menurut Penulis pengaturan Perma Nomor 1 tahun 2008 telah menyimpang dari ketentuan utamanya yaitu HIR/RBg, dimana lembaga perdamaian (dading) hanya bersifat pilihan / fakultatif. Hal ini menurut penulis menimbulkan implikasi sangat fundamental secara Ketatanegaraan. Pengaturan Perma Nomor 1 tahun 2008 yang mewajibkan mediasi sebelum Pengadilan memeriksa pokok perkara dalam suatu konflik Keperdataan telah mengubah hakekat dari Kekuasaan Yudisial yang seharusnya melakukan ajudikasi menjadi penyelenggara mediasi, oleh karena itu maka pengaturan Perma Nomor 1 tahun 2008 tersebut akan dianalisis dari perspektif prinsip-prinsip hukum mengenai Kekuasaan Yudisial seperti tercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 6

A. Rumusan Masalah. Apakah Perma No. 1 Tahun 2008 telah sesuai dengan hukum? B. Tujuan penulisan. Menganalisis kesesuaian pengaturan Perma Nomor 1 tahun 2008 dengan prinsip-prinsip hukum tentang Kekuasaan Yudisial dalam Undang Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009. C. Metode penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahu sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistamatis 1 1. Jenis pendekatan Dalam hal ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis normatif 2 yang meliputi penelitian 1 Bambang sugiono, Metode Peneltian hukum, PT Raja Grafindo Persada,2002,hl.42 7

terhadap Perma No.1 Tahun 2008 tentang mediasi, Undang-Undang Kekuasaan kehakiman. 2. Jenis penelitian Dengan jenis penelitian eksploratif yaitu penelitian yang berifat terbuka dan memberikan data dengan pertimbangan bahwa penulis belum memiliki informasi yang lengkap tentang pokok masalah yang akan diteliti atau luasnya masalah. Menurut soerjono soeakanto, penelitian eksploratif dilakukan apabila pengetahuan tentang sesuatu geala yang akan diteliti dan diselidiki masi kurang sekali atau bahkan tidak ada. 3 3. Jenis data Untuk mencapai tujuan penelitian ini dibutuhkan data sekunder yaitu : 2 Johnny Ibrahim, Teori dan metodelogi Penelitian hukum Normatif, Bayumedia Publising, 2006 3 Soerjono Soekamto, pengantar Penelitian Hukum, UI, jkt, 1986, hl.9 8

a. Data sekunder yaitu : dengan mempelajari literature, bahan-bahan bacaan seta dokumendukumen kehakiman b. Metode pengumpulan data yaitu : dengan melakukan studi pustaka, dengan cara pengumpulan data dari perundang-undangan, majalah, journal, web site, serta dukumen-dukemen kehakiman baik yang dipublikasikan dan yang tdk dipublikasikan. 4. Unit amatan dan unit analisis Yang mejadi unit amatan yaitu Perma No.1 Tahun 2008 tentang mediasi, undang-undang kekuasaan kehakiman, UUD 1945. Sedangkan unit Analisisnya yaitu Apakah secara prinsip Perma No. 1 Tahun 2008 telah sesuai dengan hukum. 9

10