Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara

dokumen-dokumen yang mirip
Pengemasan sidat atau belut hidup melalui sarana angkutan udara

Pengemasan ular hidup melalui sarana angkutan udara

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih

Semen portland pozolan

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia

Semen portland campur

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Semen portland komposit

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

Pupuk kalium klorida

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji fisika - Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Semen portland komposit

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Cara uji daktilitas aspal

Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Kayu bundar jenis jati Bagian 2: Cara uji

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Bambu lamina penggunaan umum

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

Air demineral SNI 6241:2015

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Kertas Cara uji ketahanan sobek Metode Elmendorf

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Mutu karkas dan daging ayam

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Kayu gergajian daun lebar Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kertas dan karton - Cara uji daya serap air- Metode Cobb

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam

Semen beku Bagian 1: Sapi

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Air mineral SNI 3553:2015

Cara uji berat jenis aspal keras

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

Pupuk urea amonium fosfat

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

Kayu gergajian daun jarum Bagian 2: Cara uji

LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan yang Digunakan. 1. Beaker Glass 2. Blender. 3. Micrometer 4. Wadah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli Benih ikan patin siam di

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Pupuk SP-36 SNI

Benih lada (Piper nigrum L)

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan perkembangan bagi Badan Usaha Milik Negara

Semen beku Bagian 1: Sapi

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

Spesifikasi komposter rumah tangga individual dan komunal

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

BAB 3 METODE PENELITIAN. Usman beralamat di GG. Nusantara 1-3 Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik dan

Susu segar-bagian 1: Sapi

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Pupuk amonium klorida

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji bliding dari beton segar

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

Pupuk amonium sulfat

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Syarat Mutu... 1 4 Metode uji dan pengukuran... 2 5 Prosedur pengemasan... 3 6 Syarat penandaan... 3 Lampiran A (informatif) Contoh pengemasan kepiting hidup... 3 Bibliografi... 5 Tabel 1 Bahan kemas yang digunakan dalam pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara... 1 Tabel 2 Pengujian kemasan styrofoam... 2 Tabel 3 Pengujian kekuatan kemasan styrofoam... 2 Tabel A.1 Ukuran pengemasan kepiting hidup... 4 Gambar A.1 Contoh pengemasan kepiting hidup... 4

Prakata Standar Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara ini disusun mengingat kepiting hidup banyak diekspor dan dilalulintaskan dalam perdagangan dalam negeri melalui sarana angkutan udara, namun pada pengemasan kepiting hidup masih menggunakan bahan dan cara pengemasan yang tidak memenuhi standar. Standar ini merupakan revisi dari SNI 19-4856-1998, yang disusun oleh Panitia Teknis 65-05 Produk Perikanan yang telah dirumuskan melalui rapat-rapat teknis dan rapat konsensus pada tanggal 7 Oktober 2004 di Jakarta. Dihadiri oleh wakil-wakil produsen, konsumen, asosiasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi serta instansi terkait sebagai upaya untuk dapat dipergunakan oleh pengguna fasilitas transportasi/pengangkutan yang memerlukan. Berkaitan dengan penyusunan Standar Nasional Indonesia ini, maka aturan-aturan yang dijadikan dasar atau pedoman adalah: 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1984 jo. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989. 2. IATA Operational Safety Audit (IOSA) section 7 tentang Cargo Operation tahun 2003. 3. International Air Transport Association (IATA) tentang Live Animals Regulation (L.A.R) tahun 2004. 4. Civil Aviation Safety Regulation (CASR) 121 Point 363 tentang Responsibility for Airwothiness tahun 2004. 5. Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomo: KM 54 tentang Program Nasional Pengamanan Penerbangan Sipil tahun 2004. ii

Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara 1 Ruang Iingkup Standar ini digunakan khusus kepiting hidup yang diangkut menggunakan alat transportasi udara. 2 Istilah dan definisi 2.1 pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara semua kegiatan untuk mendapatkan kemas (packing) yang aman untuk kepiting hidup dan keselamatan penerbangan 3 Syarat Mutu 3.1 Bahan kemas Bahan kemas terbuat dari material Expandable Polyesterene (E.P.S) dengan density minimal 41kg/m 3 berbentuk kotak dan mampu menerima tekanan sebesar minimal 900kg/m 2. Tabel 1 Bahan kemas yang digunakan dalam pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara No Jenis bahan Satuan Syarat 1. Kotak styrofoam Tipe I (Panjang x Lebar x Tinggi) Tipe II (Panjang x Lebar x Tinggi) Tipe III ( Panjang x Lebar x Tinggi ) 750 x 420 x 400 750 x 420 x 320 750 x 420 x 220 2. Kotak styrofoam Tipe I ( Panjang x Lebar x Tinggi ) Tipe II ( Panjang x Lebar x Tinggi ) Tipe III ( Panjang x Lebar x Tinggi ) Tebal kotak styrofoam untuk semua tipe tersebut diatas 3. Kantong plastik vinil atau Polyesterene Expandable (P. E ) dengan ukuran sesuai tipe kotak styrofoam, tebal (minimal) 500 x 400 x 400 500 x 400 x 320 500 x 400 x 220 30 0.1 4. Plakban (Band type), lebar (minimal) 70 5. Strapping band, lebar_(minimal) 15 1 dari 5

3.2 Ukuran kemasan styrofoam hasil produksi Tabel 2 Pengujian kemasan styrofoam satuan dalam cm No SPFF Panjang x Lebar x Tinggi Panjang x Lebar x Tinggi Panjang x Lebar x Tinggi Tebal 1 SPFF 75 x 42 x 22 75 x 42 x 32 75 x 42 x 40 3 2 SPFF 50 x 40 x 22 50 x 40 x 32 50 x 40 x 40 3 CATATAN SPFF (Standard Packaging for Fresh Fish) 3.3 Kekuatan kemasan styrofoam Pada setiap kemasan dicantumkan berat maksimal yang diperbolehkan sesuai Tabel 3. Tabel 3 Pengujian kekuatan kemasan styrofoam No SPFF Panjang x Tinggi (cm) Berat (kg) Panjang x Tinggi (cm) Berat (kg) Panjang x Tinggi (cm) Berat (kg) 1 SPFF 75 75 x 22 22 75 x 32 40 75 x 40 45 3 2 SPFF 50 50 x 22 16 50 x 32 35 50 x 40 40 3 Tebal (cm) 4 Metode uji dan pengukuran 4.1 Ukuran kemasan styrofoam a) Kemasan diukur dimensi panjang, dimensi lebar, dimensi tinggi dan dimensi tebal. b) Sesuai dengan masing masing jenis seperti (Tabel 2). c) Kemasan ditimbang untuk mengetahui berat sesungguhnya. d) Volume tebal kemasan (volume kemasan bagian luar dikurangi volume kemasan bagian dalam) e) Kepadatan (density) kemasan minimal 38 41kg/m 3 adalah berat kemasan hasil timbang (berat sesungguhnya) dibagi volume kemasan sesungguhnya. 4.2 Kekuatan kemasan styrofoam dengan tes tekan (pressing) a) Pastikan alat timbang tersedia dan mampu memberikan tekanan minimal 900 kg layak digunakan untuk melakukan pengujian tes tekan. b) Pastikan 2 lembar papan kayu (plywood) tebal minimal 15 panjang dan lebar minimal sesuai ukuran kemasan. c) Kemasan yang diuji diletakkan pada alat timbang berat dan di atas kemasan diletakkan papan kayu (plywood) dengan menggunakan alat uji tekan pada kayu (plywood) yang ada diatas kemasan ditekan sampai pada alat timbang berat menunjukan angka minimal 900kg dan kemasan tidak pecah atau berubah bentuk. d) Pada setiap kemasan tercantum maksimal berat yang di perbolehkan adalah sebagai berikut sesuai (Tabel 2) 4.3 Kemampuan kemasan styrofoam digunakan untuk kepiting hidup 2 dari 5

a) Pastikan kemasan yang digunakan tertera embos serta tercantum nama dan alamat produsen, nomor sertifikat lulus uji dan stempel sebagai bukti melalui proses quality control. b) Pastikan pada badan kemasan yang digunakan terdapat lubang ventilasi. c) Pastikan kepiting hidup dalam keadaan terikat dan masih segar. d) Persiapkan ± 20 liter air sesuai habitat kepiting dalam bak dan diberikan 4 kantong plastik es basah masing masing 1 liter. e) Masukan kepiting hidup dalam keadaan terikat ke dalam bak air yang telah dipersiapkan serta perhatikan kondisinya serta angkat kepiting tersebut dari dalam bak air setelah 3 menit dan tempatkan pada ruangan yang aman. f) Pastikan kepiting hidup sudah tidak mengeluarkan tetesan air. g) Susun kepiting hidup kedalam kemasan yang telah dipersiapkan dengan membentuk sudut ± 45 untuk setiap ekornya dan maksimal 5 cm dibawah badan kemasan. h) Tutup kemasan yang sudah diisi kepiting hidup dan rapatkan dengan menggunakan isolasi. 5 Prosedur pengemasan a) Kepiting hidup diikat terutama pada bagian capitnva. b) Kepiting hidup yang sudah dalam keadaan terikat dimasukkan ke dalam kotak styrofoam. c) Berat kotak dan isinya timbang (diperhitungkan) agar tidak lebih dari 35kg. d) Kotak sterofoam yang sudah diisi kepiting hidup, selanjutnva ditutup dengan tutup sterofoam dan selanjutnya di satukan dengan menggunakan tape band (sesuai contoh gambar terlampir) e) Kotak selanjutnya diikat dengan menggunakan, tali pengikat disetiap sisinya. f) Kotak yang sudah tertutup ditimbang dan diberi label. 6 Syarat penandaan Setiap kemas harus diberi label sesuai ketentuan yang berlaku dengan benar dan mudah dibaca, yang memberi keterangan antara lain: a) Jenis produk. b) Berat bersih produk. c) Bandara asal dan bandara tujuan. d) Bila ada beberapa bahan tambahan lain harus diberi keterangan bahan tesebut. e) Nama dan alamat perusahaan, serta negara dimana produk dikemas. f) Tanggal, bulan, tahun saat produk tersebut dikirim (diterbangkan). Dalam sistim pelabelan dan pemberian kode harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Lampiran A 3 dari 5

(informatif) Contoh pengemasan kepiting hidup Gambar A.1 Contoh pengemasan kepiting hidup Tabel A.1 Ukuran pengemasan kepiting hidup TYPE A () B () C (Tinggi Termasuk Tutup) () I 750 420 220 II 750 420 320 III 750 420 400 4 dari 5

Bibliografi Garuda Engineering Order: AG/S25-00-0312R2, 1997. Hasil uji coba pengemasan yang dilakukan oleh tim Garuda, 2003. 5 dari 5