BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB I PENDAHULUAN. paru-paru. Penyakit ini paling sering diderita oleh anak. Asma memiliki gejala berupa

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN SENG DAN STATUS SENG SERUM TERHADAP KEJADIAN ASMA PADA ANAK OBESITAS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi terjadinya berat badan berlebih (overweight)

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. dan alergi meningkat di berbagai wilayah seluruh dunia, khususnya di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada. sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

HUBUNGAN ASUPAN SUGAR-SWEETENED BEVERAGES DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. anak kelas 1 di SD Negeri bertaraf Internasional dan SD Supriyadi sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Prevalensi asma semakin meningkat baik di negara maju maupun negara

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 8,7% di tahun 2001, dan menjadi 9,6% di tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. cukup beragam. Menurut Soekirman (2000) definisi dari masalah gizi adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

ABSTRAK PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena overweight saat ini sedang menjadi perhatian. Overweight atau

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

GAMBARAN UANG SAKU DAN PENGELUARAN KONSUMSI PANGAN PADA PENDERITA OVERWEIGHT DAN OBESITAS MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. immunoglobulin E sebagai respon terhadap alergen. Manifestasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Asma bronkial terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Diare didefinisikan sebagai buang air besar dengan konsistensi tinja cair

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas pada anak saat ini mulai meningkat dari tahun ke tahun. Data Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki dengan obesitas meningkat dari 27,8% tahun 1998, 32.4% tahun 2003, dan menjadi 36.1% pada tahun 2008. Child Health Surveillance Programme juga menemukan peningkatan obesitas pada anak usia sekolah dengan rasio mencapai 1:5. 1 National Center for Health Statistic menyatakan pada tahun 2009-2010 sebanyak 16,9 % anak dan remaja mengalami obesitas dengan prevalensi tertinggi pada usia 12-19 tahun. 2 Penelitian di Indonesia terhadap anak usia 5-15 tahun dengan menggunakan data Riskesdas 2007 menunjukkan persentase anak obesitas adalah sebesar 8,3%. 3 Penelitian di Semarang tahun 2004 pada anak usia 6-7 tahun mendapatkan prevalensi overweight adalah 9,1% dan anak obsitas 10,6%. 4 Peningkatan obesitas beberapa akhir dekade bertepatan dengan meningkatnya jumlah individu yang menderita penyakit atopi, terutama asma. Asma merupakan salah satu penyakit atopi yang cukup sering dijumpai pada anak-anak. National Center for Health Statistic menemukan terjadi peningkatan asma pada anak dari 3,6% pada tahun 1980 menjadi 7,5% pada tahun 1995 dan 5,2% pada tahun 2005. 5 Penelitian di Jakarta mengenai prevalensi asma pada anak usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergy inchildren (ISAAC) menunjukkan terdapat peningkatan prevalens asma dari 11,5% tahun 2001 naik menjadi 12,2% pada tahun 2008. 6 Penelitian 1

2 yang mengambil data anak usia 6-7 tahun di Semarang menunjukkan prevalensi asma pada tahun 2003 sebesar 9,25%. 7 Penelitian Laisina di Manado pada anak usia 6-7 tahun juga hampir memberikan hasil yang sama yaitu prevalensi asma pada anak perempuan sebesar 9,7% dan 11,2% pada anak laki-laki. 8 Hubungan antara obesitas, penyakit atopi dan asma telah banyak dilakukan penelitian. Laisina menemukan adanya hubungan bermakna antara riwayat asma pada orang tua, riwayat penyakit atopi pada orang tua selain asma, penyakit atopi pada anak selain asma, dan obesitas dengan kejadian asma pada anak (p < 0,01). 8 Penelitian Apandi menunjukkan bahwa ada korelasi antara obesitas dengan atopi dan riwayat atopi keluarga pada anak-anak yaitu dari 80 anak obesitas dengan dan tanpa riwayat atopi menunjukkan 40 (100%) dan 38 (95%) memiliki atopi. 9 Hasil penelitian longitudinal Gilliland terhadap 3.792 anak usia sekolah menunjukan risiko asma baru lebih tinggi pada anak overweight (RR= 1.52, 95% CI:1.14, 2.03) dan obesitas (RR= 1.60, 95% CI:1.08, 2.36). 10 Penelitian lain mengenai hubungan obesitas dengan alergi pada remaja menunjukkan body mass indeks memiliki korelasi yang signifikan terhadap alergi (OR= 1.16, CI: 1.01 1.34). 11 Penelitian yang dilakukan terhadap anak obesitas dengan dan tanpa atopi menunjukkan BMI dan IgE serum lebih tinggi signifikan pada anak obesitas dengan atopi. 12 Yussac menemukan anak obesitas pola konsumsi tinggi lemak baik dalam frekuensi maupun proporsinya dibandingkan dengan anak yang tidak obesitas. 13 Kualitas makan makanan yang buruk ini akan mempengaruhi status mikronutrien pada penderita obesitas, termasuk seng. Kebutuhan harian seng pada anak 9-18

3 tahun adalah 8-11 mg/hari dengan kadar normal rata-rata seng dalam plasma sekitar 80-110 mikrogram/dl. 14-15 Rendahnya asupan seng pada anak obesitas dapat menyebabkan defisiensi seng. Marreiro et al yang melakukan penelitian terhadap anak dan remaja menemukan asupan seng obesitas rata-rata 10mg/hari dengan 59% pasien dibawah Recommended Dietary Allowance (RDA). Penelitian tersebut juga menemukan bahwa pada 39% pasien obesitas memiliki konsentrasi seng plasma dibawah 75 mg/dl ataupun dapat dikatakan sebagai defisiensi seng dalam plasma serta 17% seng urin dibawah nilai rata-rata (300-600μg/24 jam). 16 Penelitian di Vietnam menunjukkan seng pada serum dan rambut orang obesitas lebih rendah secara nyata dibandingkan normal yaitu sebesar 22% dan 34%. 17 Penelitian Chen menemukan kelompok obes memiliki kadar leptin yang lebih tinggi pada setiap pengambilan sampel dibandingkan kelompok normal serta terdapat korelasi negatif antara kadar leptin dan seng dalam plasma (r=-0.51, p=0.012), sehingga disimpulkan bahwa seng memegang peran pada produksi leptin di jaringan adipose subkutan. 18 Meskipun demikian, masih belum jelas apakah defisiensi seng pada obesitas karena asupan yang tidak memadai untuk massa tubuh secara keseluruhan atau merupakan hasil dari perubahan dalam metabolisme mikronutrien pada obesitas atau keduanya. 19 Seng merupakan bagian integral dari timulin yaitu suatu hormon kelenjar timus. Timulin berperan dalam maturasi sel limfosit T. Defisiensi seng dapat menyebabkan penurunan maturasi sel T dan penurunan produksi sitokin Th1 sedangkan sel Th2 relatif tidak dipengaruhi oleh keadaan defisiensi seng. Dengan

4 demikian, defisiensi seng dapat memicu pergeseran keseimbangan dari sel Th1 ke arah dominasi sel Th2. 20 Ketidakseimbangan sitokin Th1 dan Th2 juga ditemukan pada asma. Dominasi sel Th2 akan meningkatkan produksi sitokin-sitokin yang berperan dalam proses inflamasi dan alergi seperti IL-4 dan IL 5 yang memicu pelepasan IgE, aktivitas eosinofil dan hiperresponsif jalan napas yang merupakan karakteristik dari asma. 21 Berdasarkan uraian di atas, timbul pertanyaan mengenai hubungan antara seng dengan kejadian asma pada anak obesitas. Dengan demikian, penulis bermaksud untuk menganalisis hubungan antara asupan seng dan status seng serum terhadap kejadian asma pada anak obesitas. 1.2 Permasalahan Penelitian Apakah terdapat hubungan antara asupan seng dan status seng serum dengan kejadian asma pada anak obesitas? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan seng dan status seng serum terhadap kejadian asma pada anak obesitas. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis hubungan antara asupan seng dengan status seng serum pada anak obesitas. 2. Menganalisis hubungan antara asupan seng dengan kejadian asma pada anak obesitas.

5 3. Menganalisis hubungan antara status seng serum dengan kejadian asma pada anak obesitas. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan yaitu sebagai sumbangan teoritis mengenai hubungan asupan seng dan status seng serum dengan kejadian asma pada anak obesitas. 2. Manfaat untuk pelayanan kesehatan yaitu sebagai pertimbangan ilmiah bagi klinisi perlunya peningkatan asupan seng dalam penanganan promotif, preventif dan kuratif asma pada anak obesitas. 3. Manfaat untuk masyarakat yaitu sebagai bahan edukasi mengenai asupan seng dan kejadian asma pada anak obesitas. 4. Manfaat untuk penelitian yaitu sebagai landasan penelitian selanjutnya mengenai asupan seng, status seng serum dan kejadian asma pada anak obesitas. 1.5 Orisinalitas Penelitian Penelitian yang hampir serupa dengan penelitian ini namun berbeda dalam teknis pemeriksaan, sesuai tabel di bawah ini: Tabel 1. Orisinalitas Penelitian Peneliti Judul Design Simpulan Apandi, Putria Rayani dkk (2011) Gilliland, Frank D. et al (2003) Correlation between obesity with atopy and family history of atopy in children. Obesity and the Risk of Newly Diagnosed Asthma in School-age Cross Sectional Sudi Prospektif Obesitas memiliki hubungan dengan atopi dan riwayat keluarga dengan atopi (p<0,001) Risiko onset baru asma lebih tinggi di antara anak-anak overweight (risiko relatif (RR) = 1,52, interval

6 D.N. Marreiro et al (2002) Children kepercayaan 95% (CI): 1,14 2,03) atau obesitas (RR = 1,60, CI 95%: 1,08, 2,36) Zinc Nutritional Status in Obese children and Adolescents Cross sectional Pada anak obesitas ditemukan asupan seng rata-rata 10mg/hari dengan 59% pasien dibawah RDA, 39% pasien memiliki konsentrasi seng plasma dibawah 75 mg/dl, 17% pasien memiliki seng urin dibawah nilai rata-rata (300-600μg/24 jam). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada subjek, waktu, tempat, dan variabel penelitian. Subjek yang diteliti ialah anak obesitas usia 11-14 tahun di SMPN 8 Semarang pada tahun 2013. Variabel yang diteliti adalah asupan seng, status seng serum dan kejadian asma pada anak obesitas.