FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI BANDA ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSIA PERTIWI MAKASSAR

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL PADA KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD WONOSARI TAHUN 2014

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

PERBEDAAN BERAT BADAN LAHIR DAN NILAI APGAR BAYI PADA IBU PARITAS TINGGI DAN PARITAS RENDAH DI RSUD CILACAP TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIMPANG RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2015

PERBEDAAN HASIL LUARAN BAYI ANTARA IBU PARITAS TINGGI DAN IBU PARITAS RENDAH

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN UMUR IBU DENGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BBLR PERIODE JANUARI SAMPAI DESEMBER 2012 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN TAHUN 2012

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. berkeadilan. Dimana penduduk hidup dalam lingkungan dan perilaku yang

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KASIH IBU MANADO TAHUN

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No 1 - Januari 2017

Hubungan Umur dan Paritas Dengan Kejadian Abortus Di RSUD Kabupaten Rokan Hulu 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

Keywords: low birth weight, age, parity, pregnancy complications

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BARU LAHIR RENDAH DI RSUD AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia lebih atau sama dengan 35 tahun. Kelompok usia ini sudah tidak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama

SKRIPSI. FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (Studi Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Kendangsari Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh

HUBUNGAN ANTARA INTERVAL KEHAMILAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RSUD BANGIL PASURUAN FELYANUARI FEF FIRDAUS

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

Risk Factors of Low Birth Weight (LBW) among Infants at dr.r. Soedjono General Hospital East Lombok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

A ALISIS FAKTOR-FAKTOR YA G MEMPE GARUHI KEJADIA BBLR DI RSUD TUGUREJO SEMARA G TAHU 2013

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR IBU YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN BBLR DI RSUD JOMBANG

ABSTRAK PENGARUH ROKOK TERHADAP BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH. FX. Jarot Dwipoyono Pembimbing : July Ivone, dr., MS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

HUBUNGAN PENCEMARAN UDARA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUANG NEONATUS RSUD SIDOARJO

Popy Handayani, Fitria Primi Astuti, S.SiT., M.Kes, Cahyaningrum, S.SiT Program Studi DIII Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN PENYEBAB TERJADINYA BAYI PREMATUR DI RUANG ANGGREK RSUD JOMBANG

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI BANDA ACEH FACTORS INFLUENCING THE OCCURRENCE OF LOW BIRTH WEIGHT IN BANDA ACEH Cut Ira Alfianti 1 ; Darmawati 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh email: cut.ira95@gmail.com; darmawati_dar@yahoo.co.id ABSTRAK Masalah bayi berat badan lahir rendah (BBLR) saat ini masih menjadi penyebab utama mordibitas dan mortalitas perinatal. BBLR disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi BBLR khususnya ditinjau dari usia ibu, jarak kelahiran, perdarahan antepartum, preeklamsia, trauma fisik, keadaan sosial ekonomi, merokok, kehamilan ganda, hidramnion, dan faktor lingkungan. Jenis penelitian deskriptif dengan desain retrospectif study dengan teknik pengumpulan data total sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 29 sampai 31 Juli 2016 terhadap 35 responden yang memiliki bayi BBLR di Ruang NICU RSUDZA. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan teknik wawancara terpimpin. Hasil penelitian menunjukkan usia ibu berada pada kategori baik sebanyak 30 orang (85,7%), jarak kelahiran pada kategori tidak baik sebanyak 21 orang (60%), keadaan sosial ekonomi pada kategori tinggi sebanyak 26 orang (74,3%), sebanyak 24 orang (68,6%) tidak mengalami perdarahan antepartum, 24 orang (68,6%) mengalami preeklamsia, 23 orang (65,7%) tidak mengalami trauma fisik, 19 orang (54,3%) terpapar asap rokok, 32 orang (91,4%) tidak mengalami kehamilan ganda, 25 orang (71,4%) tidak mengalami hidramnion, 22 orang (62,9%) berada pada lingkungan yang tidak baik. Disarankan kepada ibu supaya dapat melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan, dapat merencanakan kehamilan dengan jarak kelahiran 2 tahun untuk kelahiran berikutnya dan hamil dalam waktu reproduksi sehat (20-35 tahun) serta tidak berada disekitar orang yang merokok agar tidak terpapar dengan asap rokok. Kata Kunci : faktor yang mempengaruhi, BBLR ABSTRACT The problem of low birth weight still becomes the main cause of perinatal morbidity and mortality nowadays. It is caused by several factors, including the factor mother,embryo, and environment. The objective of this research was to find out the factors influencing the low birth weight if it is viewed from the age of the mothers, the birth interval, antepartum hemorrhage, preeclampsia, physical trauma, socio-economic conditions, exposure to cigarette smoke, multiple pregnancy, hidramnion, and environmental factors. This research used a descriptive research with retrospective study design. Samples were collected by using total sampling technique. Data collection was conducted on July 29 31, 2016 on 35 respondents with low birth weight babies in NICU of dr. Zainoel Abidin General Hospital. The instrument used was questioner with guided interview technique. The result showed that the age of mother was in good category that is 30 respondents (85,7%), the birth interval was in bad category that is 21 respondents (60%), socio-economic condition was in high category that is 26 respondents (74,3%), 24 respondents (68,6%) did not have antepartum hemorrhage, 24 respondents (68,6%) had preeclampsia, 23 respondents (65,7 %) did not had physical trauma, 19 respondents (54,3%) had exposure to cigarette smoke, 32 respondents (91,4%) did not have multiple pregnancy, 25 people (71,4%) did not have hidramnion, 22 people (62,9%) lived in poor environment. It is suggested that the mothers check their pregnancy at least 4 times during pregnancy, make birth intervalplanning at least 2 years to the next birth, and arrange pregnancy within healthy reproductive ages (20-35 years old), not be around smoking people to avoid the exposure to cigarette smoke. Keywords : factors influencing, low birth weight 1

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan angka kematian bayi menurun menjadi 14 per 1.000 KH pada tahun 2015 (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Penyebab tidak langsung kematian neonatal yang paling penting adalah BBLR yang berhubungan dengan lahir prematur dan IUGR. Di seluruh dunia, hampir sepertiga kematian neonatal berhubungan langsung dengan kelahiran prematur. Dari 16% bayi lahir BBLR, sekitar 60 80% mengalami kematian pada periode neonatal (Simbolon, 2006). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab utama mortalitas pada bayi. Hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah afiksia, BBLR dan infeksi (Profil Kesehatan Indonesia, 2013). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR yaitu usia ibu, paritas, ras, jarak kelahiran terlalu dekat, BBLR pada anak sebelumnya dan penyakit akut dan kronik yang dialami ibu. Kebiasaan buruk ibu yang dilakukan selama masa kehamilan seperti, merokok dan minum alkohol juga dapat menyebabkan kehamilan. Faktor lain yang mempengaruhi BBLR adalah preeklamsia, kehamilan ganda, infeksi bawaan pada janin dan kelainan kromosom (Sukarni, 2014). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia 10,2 % pada tahun 2013. Angka ini masih jauh dari angka pada tujuan indikator rencana Kementrian Kesehatan 2015-2019 yaitu maksimal 8%. Persentase angka BBLR tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah dengan jumlah 16,8 % dan yang terendah di Sumatra Utara, yaitu sebesar 7,2 %. Sedangkan di Aceh, persentase BBLR sebanyak 8,6% (Riskesdas, 2013). Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Secara khusus untuk mengetahui gambaran faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR ditinjau dari faktor usia ibu, jarak kelahiran, perdarahan antepartum, preeklamsia, trauma fisik, keadaan sosial ekonomi, merokok, kehamilan ganda, hidramnion dan faktor lingkungan di RSUDZA Banda Aceh. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adaah deskriptif dengan desain retrospective study. Tehnik pengumpulan data adalah wawancara terpimpin. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 29 s/d 31 Juli 2016. Penelitian ini dilakukan di RSUDZA Banda Aceh. Alat pengumpulan data yaitu kuesioner. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah 35 orang, yaitu ibu yang pernah melahirkan bayi BBLR yang bertempat tinggal di sekitar Banda Aceh dan Aceh Besar dengan radius 20 km dari pusat kota Banda Aceh. Uji statistik data yang digunakan adalah analisa univariat. HASIL Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSUDZA Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas tingkat pendidikan ibu berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 20 responden (57,1%). Ditinjau dari pekerjaan, lebih banyak yang tidak bekerja yaitu sebanyak 18 responden (51,4%). Ditinjau dari tipe gravidarum, mayoritas berada pada kategori multigravida yaitu sebanyak 30 2

responden (85,7%). Ditinjau dari tipe paritas, mayoritas berada pada kategori multipara yaitu sebanyak 26 responden (874,3%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di RSUDZA Banda Aceh (n=35) Data f % Pendidikan a. Rendah b. Menengah c. Tinggi Pekerjaan a. Bekerja b. bekerja Gravidarum a. Primigravida b. Multigravida Paritas a. Primipara b. Multipara c. Grandemultipara 7 8 20 18 17 5 30 5 26 4 20,0 22,9 571 51,4 48,6 14,3 85,7 14,3 74,3 11,4 Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan pada ibu yang melahirkan bayi BBLR di RSUDZA Banda Aceh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR. Tabel 2. Gambaran Distribusi Frekuensi Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR di RSUDZA Banda Aceh (n=35) Variabel Kategori f % Usia ibu Baik 30 85,7 baik 5 14,3 Jarak kelahiran Baik baik 14 21 40 60 Keadaan sosial Tinggi 26 74,3 ekonomi Perdarahan antepartum Preeklamsia Trauma fisik Merokok Kehamilan ganda Rendah 9 11 24 24 11 12 23 19 16 3 23 25,7 31,4 68,6 68,6 31,4 34,3 65,7 54,3 45,7 8,6 91,4 Variabel Kategori f % Hidramnion 10 28,6 25 71,4 Faktor lingkungan Baik baik 13 22 37,1 62,9 Pengolahan variabel usia ibu dikategorikan baik jika berusia 20-35 tahun dan tidak baik jika berusia <20 tahun dan >35 tahun, jarak kelahiran dikategorikan baik jika jarak kelahiran 2 tahun dan tidak baik jika <2 tahun, keadaan sosial ekonomi ibu dikategorikan rendah jika jumlah penghasilannya < Rp 2.100.000 dan dikategorikan tinggi jika Rp 2.100.000, perdarahan antepartum diketahui nilai rata-rata ( ) adalah 4,7 pengkategorian ada jika x 4,7 tidak jika x < 4,7, preeklamsia diketahui nilai rata-rata ( ) adalah 3,0 pengkategorian ada jika x 3,0 tidak jika x < 3,0, trauma fisik diketahui nilai rata-rata ( ) adalah 2,4 pengkategorian ada jika x 2,4 tidak jika x < 2,4, merokok diketahui nilai rata-rata ( ) adalah 4,9 pengkategorian ada jika x 4,9 tidak jika x < 4,9, kehamilan ganda dikatagorikan ada jika hamil lebih dari satu dan tidak jika hamil tunggal, variabel hidramnion diketahui nilai rata-rata ( ) adalah 3,3 pengkategorian ada jika x 3,3 tidak jika x < 3,3, dan faktor lingkungan diketahui nilai rata-rata ( ) adalah 4,2 pengkategorian baik jika x < 4,2 tidak baik jika x 4,2. PEMBAHASAN Bayi dengan berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Dahulu, bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961, WHO menyatakan bahwa semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weigth infant (Berat Badan Lahir Rendah/BBLR), karena mordibitas dan mortalitas nenonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya 3

tetapi juga pada tingkat kematangannya (Pantiawati, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain usia. Usia ibu untuk melahirkan bayi di Banda Aceh berada pada kategori baik. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Pada kehamilan diusia kurang dari 20 tahun secara fisik dan psikis masih kurang, misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia dini (Cunningham, 2006). Faktor Jarak kelahiran adalah jarak antara persalinan terakhir dengan kehamilan berikutnya, sebaiknya antara 2 sampai 5 tahun. Bayi BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun dengan kehamilan sebelumnya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistiarani (2008) yang menunjukkan 18 dari 23 bayi BBLR dilahirkan oleh ibu dengan jarak kelahiran <2 tahun dengan kehamilan sebelumnya. Jarak kehamilan merupakan faktor resiko ibu sebelum hamil yang mempengaruhi kejadian BBLR. Semakin kecil jarak antara dua kelahiran semakin besar resiko melahirkan BBLR (Kusnadi, 2005). Faktor keadaan sosial ekonomi berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Keadaan sosial. Menurut Syafiq (2007), faktor yang berperan dalam status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung ada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga maknanan itu sendiri, serta tingkat pengolahan sumber daya dan pekarangan. Selain itu, kurangnya pendapatan keluarga juga berpengaruh terhadap pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan yang membutuhkan biaya membuat ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah enggan untuk memeriksa kehamilan ke pelayanan kesehatan sehingga berdampak terhadap kesehatan ibu dan bayi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tazkiah, Wahyuni, dan Martini (2012) diperoleh hasil dari 65 responden, 48 responden memiliki keadaan sosial ekonomi rendah melahirkan 36 bayi dengan BBLR. Faktor perdarahan antepartum merupakan hal yang dapat membahayakan janin. Perdarahan berat yang terjadi pada usia kehamilan yang masih muda mungkin menjadi tanda-tanda terjadinya abortus, sedangkan perdarahan yag terjadi pada usia kehamilan tua dapat menyebabkan bayi lahir prematur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Arsyad, dan Rismayanti (2013) diperoleh hasil bahwa dari 101 responden, 2 diantaranya mengalami perdarahan antepartum dan keduanya melahirkan bayi dengan BBLR. Dari segi kejadian preeklamsia, bayi BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu yang mengalami preeklamsia selama masa hamil. Pada ibu preeklamsia terjadinya kegagalan pembentukan plasenta sehingga menyebabkan aliran oksigen dan nutrusi dari ibu ke janin menjadi tidak adekuat. Hal ini menyebabkan terhambatnya nutrisi ke janin sehingga ibu dengan preeklamsia melahirkan bayi BBLR. Penelitian yang dilakukan oleh Tintyarza (2013) didapatkan hasil bahwa bayi BBLR lebih banyak dilahirkan oleh ibu dengan preeklamsia dari pada ibu yang tidak mengalami preeklamsia. Trauma fisik merupakan faktor selanjutnya yang dapat menyebabkan kehamilan. Trauma pada kehamilan menjadi komplikasi kira-kira 1 dalam 12 kehamilan. Penyabab kematian paling sering bagi janin dalam trauma besar adalah kematian ibunya, jadi usaha menstabilkan keadaan ibu harus lebih didahulukan (Sukarni, 2014). Trauma dapat menyebabkan bahaya bagi ibu dan janin 4

seperti terjadinya keguguran dan bayi lahir prematur. Merokok meruakan hal yang berbahaya bagi janin. Bahaya yang ditimbulkan seperti BBLR, kecacatan, keguguran, bahkan meninggal saat melahirkan akibat kandungan dari rokok yaitu nikotin dan karbondioksida yang menimbulkan kontraksi pada pembuluh darah, akibatnya aliran darah dari janin melalui tali pusar janin akan berkurang sehingga mengurangi kemampuan distribusi nutrisi yang dibutuhkan oleh janin (Suririnah, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Arsyad, Rismayanti (2013) diperoleh hasil bahwa ibu yang merokok atau terpapar asap rokok lebih banyak melahirkan bayi BBLR daripada ibu yang tidak terpapar asap rokok. Faktor kehamilan ganda atau gestasi multijanin lebih besar kemungkinannya menyebabkan BBLR dari pada kehamilan janin tunggal. Pada trimester ketiga, massa janin yang lebih besar menyebabkan akselerasi pemtangan plasenta dan insifiensi plasenta relatif. Pada kehamilan dizigot, perbedaan yang sangat mencolok biasanya terjadi karena plasentasi yang tidak seimbang, dengan satu tempat plasenta mendapat perfusi yag banyak dari palsenta lainnya (Cunningham, 2012, p.916). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Makbruri (2015) didapatkan hasil dari 26 persalinan dari kehamilan multijanin, 16 melahirkan bayi BBLR, 1 BBLSR, dan 9 normal. Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin harus terbagi dan atau lebih untuk masing-masing janin sehingga suplai nutrisi ke janin menjadi berkurang. Hidramnion berpengaruh terhadap kejadian BBLR karena beresiko tinggi terjadi ketuban pecah dini sehingga kemungkinan bayi lahir prematur menjadi lebih besar. Faktor Hidramnion dihubungkan dengan penyakit pada ibu, seperti diabetes dan anemia. Selain itu juga dihubungkan dengan anomali kongenital pada sistem saraf pusat (anesefalus) dan sistem gastrointestinal (fistula trakeoesofagus, sumbatan pada saluran gastrointestinal atas), makrosomnia idiopatik, hidrofetalis, dan aneuploidi. Peningkatan volume cairan amnion dapat menyebabkan persalinan preterm, pecah ketuban dini, prolaps tali pusat, dan kematian perinatal (Reeder, 2011, p.531). Faktor lingkungan berdampak terhadap kelahiran BBLR. polusi dari lingkungan berdampak terhadap kesehatan ibu dan janin. Beberapa zat racun berbahaya yang terdapat dilingkungan merupakan teratogen yang dapat membahayakan caon embrio dan kelahiran cacat. Calon ibu yang terpapar zat-zat kimia berbahaya, radiasi, polusi, dan limbah beracun termasuk logam, merkuri, atau karbon monoksida dapat menyebabkan cacat visual, mental, dan lainnya. Sedangkan jika calon ayah dari bayi yang terpapar dapat menyebabkan sperma abnormal sehingga dapat mengakibatkan keguguran, kelainan kromosom, dan kanker pada anak (Johnson, 2010, p.70). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR di RSUDZA Banda Aceh dapat disimpulkan bahwa mayoritas ibu berada pada usia hamil yang baik, mayoritas ibu berada pada jarak kelahiran tidak baik, mayoritas ibu berada pada keadaan sosial ekonomi tinggi, mayoritas ibu tidak mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik, kehamilan ganda dan hidramnion, mayoritas ibu mengalami preeklamsia, terpapar asap rokok, dan berada pada lingkungan yang tidak baik. Bagi pendidikan diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR. Bagi tenaga kesehatan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang faktor-faktor 5

yang mempengaruhi kejadian BBLR sehingga dapat mensosialisasikan faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR sebagai bentuk upaya untuk meminimalisir kejadian BBLR. Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar atau bahan pertimbangan terhadap penelitian selanjutnya yang akan dilakukan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi BBLR seperti diabetes mellitus, nefritis, dan kelainan kromosom. REFERENSI Cunningham., Leveno., Bloom., Hauth., Rouse., & Spong. (2012). Obstetri williams. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2013. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015. www.depkes.go.id Johnson, J. (2010). Keperawatan maternitas. Yogyakarta: Rapha Publishing. Kementrian Kesehatan RI (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015. Makbruri. (2015). Faktor resiko yang mempengaruhi berat badan lahir rendah dan sangat rendah di Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang Periode 1 Januari-31 Desember 2008. Jurnal Gardien. Vol. 11. No. 1. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Rahmi., Arsyad, D. S., & Rismayanti. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSIA Pertiwi Makassar. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Reeder, S., J. (2011). Keperawatan maternitas: Kesehatan wanita, bayi, & keluarga. Jakarta: EGC. Simbolon, D. (2006). Kelangsungan hidup bayi Di Perkotaan dan Pedesaan Indonesia. Kesma, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1 No. 1. Diakses pada tanggal 12 April 2016. Sistiarani, C. (2008). Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang beresiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR): Studi pada ibu yang periksa kehamilan ke tenaga kesehatan dan melahirkaan di RSUDbanyuman tahun 2008). Semarang: UNDIP. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Sukarni, I., & Sudarti. (2014). Patologi: Kehamilan, nifas, dan neonatus resikot inggi. Yogyakarta: Nuha Medika. Suririnah, T. (2009). Asuhan kehamilan untuk kebidanan.jakarta: Salemba Medika. Syafiq. (2007). Gizi dan kesehatan masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tazkiah, M., Wahyuni, C. U., & Martini, S. (2012). Determinan epidemiologi kejadian BBLR pada daerah endemis malaria di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantann Selatan. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol. 1 No. 2. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. Tintyanrza, A. G. (2013). Hubungan preeklamsia/eklamsia dengan kejadian berat badan lahir rendah pada bayi di RSUD R.A Kartini Jepara. Diakses pada tanggal 25 Juli 2016. 6