V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang Pengumpul Pedagang perantara Konsumen b) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang besar Konsumen. 2. Fungsi pemasaran setiap pelaku pemasaran yaitu sebagai berikut: a) Ketua kelompok Lebaksiuh (pedagang pengumpul 1), melakukan fungsi pertukaran yaitu penjualan dan pembelian, fungsi fisik yaitu penyimpanan dan pengangkutan, dan fungsi fasilitas yang terdiri dari fungsi standardisasi dan grading, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar serta fungsi penanggungan resiko. b) Pedagang pengumpul 2, melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan fungsi penjualan dan fungsi fisik yaitu fungsi penyimpanan dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas yaitu penanggungan resiko. c) Pedagang perantara, melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan. d) Pedagang besar, melakukan fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan pembelian, serta fungsi fasilitas yaitu fungsi standardisasi grading dan fungsi penanggungan resiko.
50 3. Biaya, margin, dan keuntungan serta bagian yang diterima peternak setiap saluran pemasaran sebagai berikut: 1) Saluran pemasaran I total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 54.000,00 per ekor kambing PE, total margin pemasaran sebesar Rp. 900.000,00 per ekor, dan total keuntungan sebesar Rp. 846.000,00 per ekor. Presentasi bagian yang diterima oleh petani paling tinggi adalah pemasaran kambing Jantan umur 2-3 tahun sebesar 80%, dan paling rendah adalah pemasaran cempek lepas sapih sebesar 46%. 2) Saluran pemasaran II total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 239.000,00 per ekor kambing PE, total margin pemasaran sebesar Rp. 1.590.000,00 per ekor untuk kambing PE jantan dan Rp. 940.000,00 per ekor untuk kambing PE betina, dan total keuntungan sebesar Rp. 1.351.000,00 per ekor untuk pemasaran kambing PE jantan dan Rp. 701.000,00 per ekor untuk pemasaran kambing PE betina. Presentasi bagian yang diterima peternak baik spesifikasi kambing jantan maupun betina adalah sebesar 68%.
51 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian maka penulis merekomendasikan berupa saran saran sebagai berikut: 1. Penawaran harga jual dari ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh ditingkatkan hingga 50-60% sehingga dapat meningkat daya tawar bagi produsen, karena keuntungan yang diperoleh pedagang besar cukup tinggi. 2. Struktur pola pemasaran saluran 1 dipendekkan sehingga mengurangi biaya pemasaran yang dikeluarkan.
52 RINGKASAN Peternakan kambing perah merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Susu kambing yang terkenal akan khasiatnya untuk pengobatan, memberikan harga bersaing yang menggiurkan bagi para peternak yang ingin mengusahakan susu sebagai produk utama usahanya. Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu bangsa kambing perah pilihan untuk dibudidayakan, yang dapat memproduksi susu maupun daging sehingga kerap disebut sebagai kambing dwiguna. Produksi susu kambing PE yang diproduksi setiap kambing PE tidak lepas dari pengaruh genetik induknya, oleh karena itu budidaya bibit kambing PE penting artinya untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia. Budidaya bibit kambing perah PE inipun semakin digalakkan oleh pemerintah dengan diberikannya bantuan bibit ke kelompok ternak-kelompok ternak yang mengusahakan budidaya bibit kambing perah PE. Kelompok Ternak Lebaksiuh telah cukup lama beroperasi sebagai kelompok ternak yang membudidayakan bibit kambing PE. Populasi ternak kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh mencapai ±600 ekor dan anggota kelompoknya telah berjumlah 60 orang. Pemasaran bibit kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh melibatkan beberapa pelaku pemasaran diantaranya pedagang pengumpul, pedagang pemasaran, dan pedagang besar. Pelaku pemasaran tersebut membentuk saluran pemasaran yang panjang pendeknya serta keuntungan yang diambil setiap pelaku pemasaran akan menentukan harga eceran yang diterima oleh konsumen dan keuntungan yang diterima oleh peternak bibit kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran, fungsi lembaga pemasaran serta biaya, margin dan keuntungan pemasaran yang
53 didapat oleh setiap pelaku pemasaran. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode studi kasus. Penentuan lokasi penelitian dilakukan di Kelompok Ternak Lebaksiuh, desa Sindanggalih, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut dengan pertimbangan Kabupaten Garut merupakan sentra budidaya domba dan kambing di Jawa Barat dan Kelompok Ternak Lebaksiuh adalah kelompok ternak usaha perbibitan kambing PE terbesar di Kabupaten Garut. Jumlah informan yang dipilih secara sengaja (purposive) sebanyak 9 orang. Analisis data pada penelitian ini menggunakan rumus margin pemasaran. Hasil analisis dari data yang telah diambil dari lapangan yaitu pemasaran kambing PE Kelompok Ternak Lebaksiuh terdiri dari dua pola saluran pemasaran. Pola pemasaran I terdiri dari tiga pelaku pemasaran, dengan pola Produsen Ketua kelompok Lebaksiuh Pedagang Pengumpul Pedagang perantara Konsumen, sedangkan pola pemasaran II terdiri dari tiga pelaku pemasaran, dengan pola Produsen Ketua kelompok Lebaksiuh Pedagang besar Dinas Peternakan. Fungsi pemasaran setiap pelaku pemasaran yaitu: Ketua kelompok Lebaksiuh (pedagang pengumpul), memenuhi fungsi pertukaran yaitu penjualan dan pembelian, fungsi fisik yaitu penyimpanan dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas yang terdiri dari fungsi standardisasi dan grading, fungsi pembiayaan, fungsi informasi pasar serta fungsi penanggungan resiko; Pedagang pengumpul 2, memenuhi fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian; Pedagang perantara, memenuhi fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan; Pedagang besar, memenuhi fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi fasilitas yaitu fungsi standardisasi grading dan fungsi penanggungan resiko. Total keuntungan pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 846.000,00 per ekor, dan saluran pemasaran II sebesar
54 Rp. 1.351.000,00 per ekor untuk pemasaran kambing PE jantan dan Rp. 701.000,00 per ekor untuk pemasaran kambing PE betina. Total margin pemasaran saluran pemasaran sebesar Rp. 900.000,00 per ekor untuk saluran pemasaran I dan saluran pemasaran II sebesar Rp. 1.590.000,00 per ekor untuk kambing PE jantan dan Rp. 940.000,00 per ekor untuk kambing PE betina. Total biaya yang dikeluarkan untuk saluran pemasaran I dan II berturut-turut sebesar Rp. 54.000,00 dan Rp. 239.000,00 per ekor kambing PE. Presentasi bagian yang diterima oleh petani untuk saluran pemasaran I yang paling besar adalah kambing Jantan umur 2-3 tahun sebesar 80%, sedangkan yang paling kecil adalah cempek lepas sapih sebesar 46% dan saluran pemasaran II sebesar 68%.