PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

MENINGKATKAN DAYA MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika diajarkan tingkat dasar hingga tingkat menengah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional) Pasal 37 menegaskan bahwa mata pelajaran matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

PENDEKATAN EKSPLORATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika dalam kurikulum pendidikan nasional selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam kehidupan berbangsa. Maju

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Rusdian Rifa i 1

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

Oleh: Niken Larasati, Karlimah, Yusuf Suryana ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini dibahas mengenai hasil penelitian, analisis data, dan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang dapat. membantu manusia untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.2, September 2012

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG Ayu Sri Yuningsih (aiiu.sri94@gmail.com) Sumpena Rohaendi (sumpenarohaendi07786@gmail.com) ABSTRAK Penelitian ini menerapkan model pembelajaran jigsaw untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Metode penelitannya berbentuk quasi eksperimen dengan menggunakan desain penelitian non-equivalen control grup pretestpostest Design. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran secara konvensional ( discovery learning). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri 1 Subang, dengan sampel kelas VIII-G dan kelas VIII-H. Instrumen dalam penelitian ini adalah intrumen tes kemampuan representasi matematis dan instrumen no-tes berupa angket dan observasi. Dari hasil penelitian dengan rata-rata indeks gain tiap kelas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi siswa yang memperoleh pembelajaran model jigsaw dengan pembelajaran konvensional ( discovery learning). Model pembelajaran jigsaw memiliki peningkatan sebesar 0,7807 termasuk dalam kriteria tinggi, sedangkan untuk pembelajaran konvensional sebesar 0,6595 termasuk dalam kriteria sedang. Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa kemampuan penerapan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model jigsaw lebih baik daripada kemampuan representasi yang memperoleh pembelajaran konvensional (discovery learning). Hal tersebut diperkuat oleh data yang menggambarkan sikap siswa sebagian besar setuju terhadap pembelajaran model jigsaw dan dapat dikatakan untuk tingkat keberhasilan dalam observasi penelitian ini mempunyai kriteria tinggi dengan rata-rata nilai observasi guru 80% dan untuk rata-rata nilai observasi siswa 78%. Kata kunci: kemampuan representasi matematis, model pembelajaran jigsaw. 16

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki tujuan mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kompetensi yang dimiliki siswa harus sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Setiap kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia ternyata, menjadikan matematika sebagai mata pelajaran yang mempunyai alokasi waktu yang cukup banyak. Hal ini seharusnya menunjukkan bahwa pelajaran matematika dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut James (dalam Suherman, 2001: 16) bahwa, matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran dan kosep - konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak terjadi ke dalam tiga bidang yaitu: aljabar, analisis, dan geometri. Dalam pembelajaran matematika siswa belajar untuk berpikir logis, kritis, kreatif, serta dinamis sehingga siswa mampu menemukan ide-ide baru, yang dapat berguna dimasa yang akan datang. National Council of Teachers Mathematics (NCTM) menetapkan bahwa terdapat lima kemampuan yang harus dimiliki siswa melalui pembelajaran matematika dan termasuk ke dalam pembelajaran matematik tingkat tinggi, yaitu (1) pemecahan masalah (problem solving), (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proofing), (3) komunikasi (communication), (4) Koneksi (connection) dan (5) representasi (representation) (Hasratuddin, 2014: 32). Kelima kemampuan tersebut sangat penting, dan salah satunya representasi. Model atau bentuk pengganti dari suatu masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan objek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika (Jones dan Knuth, 1991). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa representasi matematis merupakan bentuk ekspresi yang digunakan siswa yang dapat disajikan dalam bentuk penggambaran, penuangan pemikiran dan ide/gagasan yang mereka gunakan untuk menyelesaikan suatu 17

permasalahan dan dapat direpresentasikan dengan objek, gambar, kata-kata atau simbol matematika. Hasil observasi sekolah MTs Negeri 1 Subang ditemukan bahwa kemampuan representasi matematis masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan representasi matematis siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang terlatihnya siswa dalam menyampaikan pendapat baik lisan maupun tulisan, siswa kesulitan dalam visualisasi dari soal, siswa kesulitan dalam membuat persamaan matematis atau ekspresi matematis dan siswa kesulitan dalam menjawab soal berupa teks tertulis. Sebagai contoh: ketika guru meminta siswa untuk mengemukakan pendapatnya siswa masih merasa kesulitan, selain itu siswa masih merasa kesulitan dalam menyajikan grafik, diagram atau tabel, dan siswa masih merasa kebingungan dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan melibatkan ekspresi matematis. Ada beberapa macam model pembelajaran yang bisa digunakan oleh seorang guru agar siswa aktif dalam pembelajaran sehingga mengasah kemampuan representasi siswa diantaranya model pembelajaran jigsaw. Pembelajaran model Jigsaw sebagai tipe sebuah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari beberapa siswa yang bertanggung jawab untuk menguasai bagian dari materi ajar dan selanjutnya harus mengajarkan materi yang telah dikuasai tersebut kepada teman satu kelompoknya (Sudrajat 2008: 1). Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mangajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Metode Jigsaw merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik, dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (Kurikulum 2013). Dengan demikian Jigsaw dapat dijadikan alternatif pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman konsep, keterampilan pemecahan masalah, merangsang daya berpikir kritis, sehingga diduga pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan representasi. 18

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang disajikan adalah. 1. Apakah peningkatan kemampuan penerapan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model jigsaw lebih baik daripada kemampuan representasi siswa yang memperoleh learning)? pembelajaran konvensional (discovery 2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penerapan model jigsaw? B. Kajian Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis NCTM menetapkan lima standar proses yang harus dimiliki siswa, yaitu pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi. Representasi merupakan salah satu dari lima standar proses yang tercakup dalam NCTM. Kelima standar proses tersebut tidak bisa dipisahkan dari pembelajaran matematika, karena kelimanya saling terkait satu sama lain dalam proses belajar mengajar matematika. Standar representasi menekankan pada penggunaan simbol, bagan, grafik dan tabel dalam menghubungkan dan mengekspresikan ide-ide matematika. Menurut Sabirin (dalam Komalawati, 2015: 24) representasi adalah model atau suatu bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menentukan solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat dinyatakan dengan gambar, objek, kata-kata atau simbol matematika. Mudzakir (2006) mengelompokkan representasi ke dalam tiga ragam representasi yang utama, yaitu (1) representasi visual berupa grafik, diagram, tabel dan gambar; (2) persamaan atau ekspresi matematis; dan (3) kata -kata teks tertulis. Bentuk operasional dari representasi matematis adalah sebagai berikut. Tabel 1. Bentuk Operasional Kemampuan Reprsentasi Matematis No Representasi Indikator 1. Visual a. Grafik, diagram atau tabel b. Gambar a. Menyajikan kembali data/informasi dari suatu representasi diagram, grafik atau tabel. b. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah c. Membuat pola gambar geometri. d. Membuat gambar bangun geometri untuk 19

memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelasaiannya. 2. Persamaan atau a. Membuat persamaan atau model matematis ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan. b. Membuat konjektur dari suatu pola hubungan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan melibatkan ekspresi matematis. c. Penyelesaian masalah dengan melibatkan ekspresi matematis. 3. Kata-kata atau teks a. Membuat situasi masalah berdasarkan data tertulis atau representasi yang diberikan. b. Menuliskan interprestasi. c. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan kata-kata. d. Menyusun cerita yang sesuai dengan representasi yang disajikan. e. Menjawab soal dengan menggunakan katakata atau teks tertulis. Mudzakir (dalam Komalawati, 2015: 25) 2. Pembelajaran Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. Dalam pelaksanaannya jigsaw menempatkan siswa ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Huda (Setyaningrum, 2012: 27) Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari Pelajaran mereka saat itu. Menurut Isjoni (Setyaningrum, 2012: 27) mengemukakan bahwa, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif jigsaw. Menurut Lie (dalam Susilawati, 2009: 166). a. Pengelompokan siswa yang heterogen antara empat hingga enam orang. b. Tiap kelompok diberi beberapa masalah yang berbeda-beda berupa item soal untuk diselesaikan dalam kelompok. Misal ada lima kelompok, tiap kelompok berhak mendapat satu soal. c. Ketua kelompok setelah membaca soal, kemudian bergabung dengan ketua kelompok lain membentuk kelompok ahli untuk menyamakan persepsi tentang pemecahan masalah/ soal masing-masing. d. Ketua kelompok kembali kepada kelompok asal untuk menjelaskan hasil diskusinya kepada anggota kelompoknya masing-masing. 20

e. Wakil dari kelompok masing-masing mempresentasikannya didepan kelas. f. Siswa lain mengomentari, melengkapi dan menyimpulkan. g. Guru mengklarifikasi masalah jika diperlukan. h. Pemberian kuis untuk mengakses kemampuan masing-masing siswa. Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu. a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya. b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat. C. Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan yakni quasi eksperimen. Desain yang digunakan berbentuk non-equivalent control grup pretes-postes design. Penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang memperoleh model pembelajaran jigsaw, dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini sebelum diberi perlakuan, kedua kelompok ini akan diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan representasi awal siswa. Setelah dilakukan pretes kemudian kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu dengan penerapan pembelajaran model jigsaw, sementara kelas kontrol mengikuti pembelajaran yang berlaku di sekolah tersebut, setelah diberikan perlakuan kedua kelompok tersebut diberikan postes. Soal yang diberikan pretes dan postes merupakan soal yang sama. Adapun bentuk desain penelitian ini menurut Ruseffendi (Komalawati, 2015: 33) digambarkan sebagai berikut. Keterangan: O X O ------------------- O O O X :Prestes dan Postes :Perlakuan berupa pembelajaran dengan model Jigsaw 21

D. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian di MTs Negeri 1 Subang, hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw lebih baik dibandingkan pembelajaran secara konvensional untuk meningkatkan kemampuan representasi siswa. Dari hasil uji perbedaan rata-rata non-parametrik ( Mann-Whitney) data indeks gain diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,011 lebih kecil dari 0,05 maka 22 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan representasi matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dapat dilihat di tabel dibawah ini. Tabel 2. Data Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Non-Parametrik (Mann-Whitney) Data Indeks Gain Data hasil sikap siswa terhadap pembelajaran jigsaw dihitung dengan persentase ratarata keseluruhan, yang bertujuan untuk mengetahui persentase rata-rata sikap siswa terhadap kemampuan representasi matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw. Berdasarkan data hasil sikap siswa menunjukkan bahwa rata-rata pernyataan positif terhadap kemampuan representasi siswa memberikan tanggapan 64% sangat setuju dan rata-rata pernyataan negatif memberikan tanggapan 50% tidak setuju dan 50 % sangat tidak setuju, jadi dapat dikatakan sebagian besar menyatakan sangat setuju adanya kemampuan representasi matematis. Berikutnya, rata-rata pernyataan positif terhadap model pebelajaran jigsaw memberikan tanggapan 56% setuju dan rata-rata pernyataan negatif memberikan tanggapan 75% sangat tidak setuju dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa menyatakan setuju bahwa pembelajaran model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan representasi. E. Simpulan Mann-Whitney U 461,500 Wilcoxon W 1241,500 Z -2,554 Asymp. Sig. (2-tailed),011 Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa kelas VIII di MTsN 1 Subang tahun ajaran 2015/2016, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Kemampuan penerapan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model jigsaw lebih baik daripada kemampuan representasi siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional (discovery learning). 2. Berdasarkan hasil angket, sikap siswa sebagian besar setuju terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw. F. Daftar Pustaka Hasratuddin. (2014). Pembelajaran Matematika Sekarang dan yang Akan Datang Berbasis Karakter. Journal Didaktik Matematika. 1, (2), 30-42. [29 Agustus 2016]. Jones, B.F., dan Knuth, R. A. (1991). What does research ay about mathematics?. Tersedia: http//www.ncrl.org/sdrs/areas/stw_esys/2math.html. [15 Maret 2016]. Komalawati, K. (2015). Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa dengan Menggunakan Metode Improve. Skripsi pada Sarjana Universitas Subang: Tidak diterbitkan. Mudzakir, H.S. (2006). Strategi Pembelajaran TTW untuk Meningkatkan Representasi Matematik Beragam Siswa; Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada siswa kelas II SMP di Kab.Garut). Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Setyaningrum, D. (2012). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Tegalsari 08 Kota Tegal. Tersedia: lib.unnes.ac.id/18177/1/1402408294.pdf. [01 April 2016]. Sudrajat, A. (2008). Cooperative Learning Teknik Jigsaw.[online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com. [15 Maret 2016]. Suherman. (2001). Strategi Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Susilawati, W. (2009). Belajar dan Pembelajaran Matematika Edisi II. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung 23