BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB III PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan agar tidak berpindah ke perusahaan lain (Susanto, 2008:59). nyata dari sektor perbankan (Lupiyoadi dan Hamdani, 2009).

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan kepada ajaran islam yang diturunkan Allah SWT melalui Nabi. 2. Adanya tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai

BAB IV. Setelah dipaparkan pada bab II tentang fatwa Dewan Syariah Nasional dan

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GANTI RUGI DALAM JUAL BELI ANAK BURUNG

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

Konversi Akad Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal luas di belahan dunia

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HADIAH JALAN SEHAT DARI HASIL PENJUALAN KUPON. Kupon Di Desa Made Kecamatan Sambikerep Surabaya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT NASABAH MUSLIM DAN NON MUSLIM TERHADAP TRANSAKSI PEMBIAYAAN PADA PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Ikin Ainul Yakin

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak itu hingga sekarang perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan. Ia merupakan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya.

BAB V PEMBAHASAN. pertama yaitu uji Box s M. Karena nilai sig hitung Box s M pada fixed factors

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

Religion Pandangan Islam Mengenai Asuransi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dan dimiliki

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB IV ANALISIS PENINGKATAN KESEJAHTERAAN AGGOTA KOPERASI VIA PINJAMAN BEBAS BUNGA DI KOPERASI PERSAUDARAAN SEJATI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI A. Analisis Persepsi Masyarakat Muslim Mengenai Bunga dalam Kegiatan Ekonomi Kendala ekonomi yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat, membuat berbagai macam jasa peminjaman uang bermunculan di lingkungan masyarakat. Peminjaman tersebut merupakan jasa peminjaman yang berasal dari pemerintah maupun yang berasal dari lingkungan masyarakat. Namun pinjaman itu tidak diberikan secara cuma-cuma, peminjam harus memberikan tambahan atas pinjaman yang diterima. Tambahan atas pinjaman tersebut dikenal dengan bunga. Hal ini juga terjadi di Desa Sidomojo Krian Sidoarjo, kendala ekonomi yang terjadi pada masyarakat Desa Sidomojo menarik perhatian pemerintah dan masyarakat, sehingga mereka ikut berpartisipasi dengan menyediakan pinjaman yang mengandung bunga. Walau MUI telah membuat fatwa bahwa segala kegiatan ekonomi yang mengandung bunga itu haram, namun masyarakat mempunyai penilaian sendiri. Proses persepsi masyarakat terhadap bunga bermula dari pemahaman dasar 101

102 mereka mengenai bunga, kemudian mereka melakukan pengamatan terhadap bunga yang ada pada lembaga tersebut, dan dari pengetahuan dasar mengenai bunga serta pengamatan yang mereka lakukan. Mereka mulai memperhatikan kegiatan tersebut sehingga tercipta persepsi mereka mengenai boleh atau tidaknya penerapan bunga. Perbedaan persepsi masyarakat terjadi antara setuju terhadap penerapan bunga secara konvensional dan penerapan bunga dalam persepsi Islam. Berdasarkan hasil wawancara dari 17 nasabah yang menggunakan bunga, ada 10 orang nasabah setuju terhadap bunga pada lembaga tersebut dan menganggap bunga diperbolehkan dalam Islam, 3 orang setuju sedangkan sebaliknya, menurut mereka bila dilihat dari segi agama Islam bunga yang ada tidak diperbolehkan, dan 4 orang lainnya tidak setuju terhadap penerapan bunga karena dapat merugikan, serta dalam pandangan Islam bunga yang diterapkan pada kegiatan ekonomi walaupun persentasenya sedikit tetap tidak diperbolehkan. Perbedaan persepsi masyarakat mengenai bunga berasal dari lingkungan, masyarakat yang menganggap bunga boleh karena bunga sudah lama ada pada kegiatan masyarakat. Sehingga bunga menjadi tradisi pada kegiatan ekonomi masyarakat dan menciptakan persepsi masyarakat bahwa bunga itu berbeda dengan riba, menurut mereka bunga diperbolehkan sedangkan riba tidak

103 diperbolehkan. Dan ada pula masyarakat yang menganggap bunga itu adalah riba sehingga penggunaan bunga menjadi hal yang melanggar aturan. Persepsi masyarakat juga dipengaruhi oleh motif serta tujuan dari penggunaan bunga yang ada pada pinjaman tersebut. Sehingga masyarakat menilai riba atau bukan riba, diperbolehkan atau tidaknya bunga dari sifat, tujuan serta persentase dari bunga yang ada pada pinjaman tersebut. Masyarakat yang setuju dengan penerapan bunga merupakan masyarakat yang memaklumi keadaan ekonomi saat ini yang tidak bisa terlepas dari bunga, dan mereka menganggap bahwa bunga lahir dari sebuah tuntutan yang menghendaki adanya sebuah kemajuan zaman. Berbagai pendapat masyarakat mengenai diperbolehkannya bunga yang terkandung dalam kegiatan ekonomi. Ada yang berpersepsi bunga dibolehkan karena bunga tersebut bukan untuk sekedar menambah kekayaan pihak yang meminjamkan, melainkan untuk kepentingan umum serta untuk kebaikan bersama, baik untuk keperluan fasilitas umum maupun untuk keperluan perputaran modal. Konsep penggunaan bunga juga melatarbelakangi perbedaan persepsi masyarakat. Mereka yang melakukan kegiatan produksi memandang bunga pada pinjaman tersebut sebagai imbalan atas modal usaha yang telah diberikan kepada mereka (teori produktifitas). Sehingga wajar bila bunga itu ada karena usaha modal yang dipinjamkan kepada mereka digunakan untuk usaha, dan dari

104 pinjaman tersebut mereka mampu membuka usaha untuk mendapat penghasilan dari usaha. Ada pula masyarakat yang berpersepsi bahwa bunga boleh diterapkan dalam suatu kegiatan ekonomi, karena bunga merupakan suatu imbalan atas pinjaman, suatu imbalan atas jasa serta kemudahan persyaratan yang telah diberikan oleh si peminjam (teori bunga sebagai imbalan sewa). Diperolehnya keuntungan atas pinjaman juga menjadi suatu alasan bahwa penerapan bunga itu diperbolehkan. Sebagaimana teori yang telah dikutip oleh Ismail (teori peminjam memperoleh keuntungan) teori ini melihat bahwa peminjam memanfaatkan uang pinjamannya untuk melakukan aktivitas usaha, sehingga akan memperoleh keuntungan. 91 Bunga diperbolehkan, asalkan ada kesepakatan antara kedua belah pihak, jadi si peminjam memberi penjelasan terhadap ketentuan produk dan kebijakan bunga yang ada pada produk tersebut. Calon nasabah mengetahui resiko-resiko yang akan timbul setelah melakukan pinjaman sehingga peminjam tidak akan merasa terdzalimi. Meskipun sebagian masyarakat sudah menganggap bunga sebagai sesuatu yang wajar dalam kegiatan ekonomi, ada juga masyarakat yang mempersepsikan bahwa bunga tidak diperbolehkan. Karena bunga tersebut 91 Ismail, Perbankan Syariah, 24.

105 merupakan sebuah tambahan dimana tambahan tersebut identik dengan riba, meskipun bunga yang ada tersebut presentasinya sedikit. B. Analisis Implikasi Masyarakat Mengenai Bunga dalam Kegiatan Ekonomi Persepsi masyarakat mengenai bunga berperan penting terhadap keputusan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan yang berhubungan dengan bunga bukan hanya mereka yang menganggap bunga diperbolehkan, tetapi ada juga masyarakat yang berpendapat bahwa bunga itu tidak diperbolehkan. Namun terdapat perbedaan antara boleh atau tidaknya penggunaan bunga dari aspek ekonomi dan aspek agama, bunga yang diperbolehkan dalam aspek ekonomi belum tentu diperbolehkan dalam aspek agama dan begitu pula sebaliknya. Masyarakat yang menganggap bunga itu diperbolehkan dalam agama Islam mereka bebas memilih pinjaman, mereka hanya memperhatikan persyaratan serta keuntungan yang mereka peroleh. Ada pula masyarakat yang mempersepsikan tidak semua bunga diperbolehkan dalam agama Islam, mereka memilah mana bunga yang diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan. Mereka hanya memilih pinjaman yang penggunaan bunganya tidak memberatkan dan bunga digunakan untuk kegiatan yang positif. Maka mereka memilih lembaga penyedia pinjaman yang dianggap baik.

106 Masyarakat yang menggangap bahwa bunga tidak diperbolehkan dalam agama Islam, tetapi masih tetap menggunakan pinjaman yang mengandung bunga. Meskipun bunga yang mereka anggap riba itu dilarang. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yang terdapat di Qs. Al-Baqarah: 278 Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. 92 Mereka terpaksa meminjam uang dengan bunga karena semua pinjaman menggunakan bunga dalam kegiatan operasionalnya. Sebagian dari mereka menggangap bahwa bunga dilarang sehingga mereka mencoba untuk mencari pinjaman yang menggunakan bunga untuk kepentingan bersama, seperti menjadi nasabah KOPWAN yang menggunakan bunga sebagai perputaran modal kembali. Bunga yang dibayarkan kepada KOPWAN digunakan untuk memberi pinjaman kepada masyarakat lain untuk membuka usaha. Mereka juga memilih PNPM walaupun PNPM menggunakan bunga. Namun bunga tersebut digunakan untuk kebaikan bersama seperti membangun 92 Ibid., 47.

107 saluran air, memperbaiki jalan yang rusak dan membantu masyarakat yang kurang mampu untuk memperbaiki rumah (Rumah Sehat). Bunga yang ada pada PNPM dan KOPWAN merupakan bunga yang sesuai dengan teori produktifitas yaitu bunga yang ada berasal dari usaha yang telah dilakukan oleh nasabahnya. Sedangkan bunga yang ada pada bank thil-thil dan rentenir sesuai dengan teori bunga sebagai imbalan atas uang yang dipinjamkan yaitu bunga yang berhak diterima pihak yang meminjamkan sebagai penghasilannya. Masyarakat yang berpendapat bahwa bunga yang ada pada simpan pinjam sesuai dengan teori peminjam memperoleh keuntungan. Bunga yang ada pada pinjaman yang telah dikenakan kepada anggotanya dibagikan kembali kepada anggotanya lagi. Meskipun bunga yang ada pada kegiatan ekonomi tersebut mempunyai tujuan yang jelas namun tetap saja dari sudut pandang agama bunga yang ada tersebut tidak diperbolehkan. Hal tersebut karena bunga mempunyai unsur mendzalimi. Keharaman bunga juga didukung oleh keputusan fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Bunga, memutuskan hukum bunga (interest): a. Praktik pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada masa Rasulullah SAW, yaitu riba nasi ah. Dengan demikian,

108 praktik pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk riba, dan riba haram hukumnya. b. Praktik penggunaan tersebut hukumnya adalah haram, baik dilakukan oleh bank, asuransi, pasar modal, pegadaian, koperasi, dan lembaga keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu. 93 C. Analisis antara Persepsi Mengenai Bunga dan Implikasinya dalam Kegiatan Ekonomi Persepsi masyarakat mengenai bunga mempunyai hubungan dengan kegiatan ekonomi masyarakat setiap harinya. Kegiatan ekonomi masyarakat tersebut juga berdampak pada perekonomian. Maka secara garis besar persepsi masyarakat di Desa Sidomojo dapat dibagai menjadi dua persepsi dan implikasi, yaitu: 1. Pinjaman yang mengandung bunga diperbolehkan, maka menggunakan pinjaman yang mengandung bunga Bunga merupakan sesuatu yang wajar pada suatu perekonomian. Banyak alasan mengapa bunga itu harus ada sehingga masyarakat tetap menggunakan pinjaman yang menerapkan bunga. Pinjaman tersebut mulai dari persentase yang kecil hingga besar. Berikut kategori bunga yang diperbolehkan dalam Islam menurut Hasan: 93 Muhammad Dwiono, Selamat Tinggal, 111.

109 a. Bunga yang persentasenya tidak terlalu memberatkan masyarakat. b. Bunga yang ada pada pinjaman yang digunakan untuk usaha, sehingga bunga tersebut berkedudukan sebagai bagi hasil atas usaha yang telah dilakukannya. Konsep bunga yang diperbolehkan menurut Hasan adalah bunga produktif, yaitu bunga yang diambil dari nasabah yang berhutang untuk kebutuhan suatu produksi atau usaha. Kegiatan ekonomi masyarakat yang sesuai dengan konsep bunga yang diperbolehkan menurut A. Hasan adalah PNPM dan KOPWAN, karena pinjaman yang ada tersebut digunakan untuk masyarakat yang melakukan kegiatan produktif, serta bunga yang dikenakan pada pinjaman tersebut persentasenya sedikit dan tidak memberatkan masyarakat. Berikut adalah aktifitas masyarakat yang menggunakan bunga, yaitu: a. Kegiatan produktif Berdasarkan hasil wawancara dengan 17 responden di Desa Sidomojo mengenai kegiatan produktif, terdapat 6 orang yang setuju serta menganggap bunga yang ada pada pinjaman tersebut diperbolehkan dan menggunakannya untuk kegiatan produksi, mereka memproduksi barang yang bersifat halal dan tujuan produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui be\rdagang.

110 Hasil wawancara di atas, menjelaskan tentang responden yang setuju dengan diterapkannya sistem bunga, hal tersebut juga didukung oleh teori konvensional yang dikutip oleh Ismail dalam bukunya mengenai pembolehan bunga dalam kegiatan produktif, yaitu sebagai suatu properti dari modal, sehingga pihak memberi pinjaman dapat mengambil bunga sebagai imbalan atas dana yang digunakan oleh peminjam secara produktif. Teori ini menganggap uang digunakan sebagai modal untuk memproduksi barang. Uang juga memiliki kekuatan sebagai alat untuk memproduksi barang yang lebih banyak dan dengan nilai yang lebih tinggi. Dengan meningkatkan produktivitas, maka keuntungan akan bertambah, sehingga pihak pemberi pinjaman membebankan bunga atas keuntungan dari dana yang dipinjamkan. 94 b. Kegiatan Konsumtif Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang responden mengenai bunga dalam kegiatan konsumtif, mereka setuju terhadap diterapkannya bunga. Menurut mereka bunga yang digunakan untuk kebutuhan konsumtif tersebut dalam agama Islam juga diperbolehkan. Maka mereka menggunakan pinjaman yang 94 Ismail, Perbankan Syariah, 24.

111 mengandung bunga untuk memenuhi kebutuhan mereka, konsumsi barang yang sifatnya halal. Hasil wawancara di atas didukung oleh teori konvensional yang dikutip oleh Ismail yang mengemukakan bahwa peminjam memanfaatkan uang pinjamannya untuk melakukan aktivitas usaha, sehingga akan memperoleh keuntungan. Kreditor memberikan waktu kepada debitur untuk menjalankan usahanya agar memperoleh keuntungan. Dengan demikian, maka bunga boleh diberikan sebagai pembagian hasil atas usaha debitur 95. Adanya bunga yang terdapat dalam kegiatan produktif seharusnya tidak diperbolehkan, karenakan usaha yang dijalankan tidak selalu menghasilkan keuntungan yang besar untuk membayarkan bunga. Hal itu sesuai dengan teori yang membantah mengenai bunga yang seharusnya tidak diperbolehkan dalam kegiatan ekonomi, alasan tidak diperbolehkannya bunga dalam kegiatan produksi menurut Ismail yaitu peminjam belum tentu menggunakan uang pinjamannya untuk memproduksi barang maupun meningkatkan fungsi barang menjadi nilai yang lebih tinggi. Dengan demikian, maka pembebanan bunga tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk diperbolehkannya bunga. 95 Ibid.,

112 2. Bunga tidak diperbolehkan, tetap menggunakan pinjaman Menurut sebagian nasabah pengguna pinjaman di Desa Sidomojo, bunga tidak diperbolehkan, namun karena kondisi ekonomi mereka yang mendesak serta semua jasa peminjaman menggunakan bunga, maka mereka terpaksa menggunakan pinjaman yang menerapkan bunga. Menurut mereka bila dalam keadaan terpaksa, maka hal yang tidak diperbolehkan menjadi diperbolehkan. ال م ح ظ و ر ات ح ت ب ي و ر ات ا لض ر Kondisi Dharurah akan memperbolehkan sesuatu yang semula dilarang 96 Sedangkan kategori bunga yang diharamkan menurut A Hasan: a. Mengadung paksaan, sesudah jatuh tempo nasabah dipaksa untuk membayar hutang atau menambah, sehingga nasabah tersebut terpaksa untuk membayar tambahan. b. Mengandung sifat menyusahkan, bunga yang terlalu besar persentasenya membuat nasabah mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya. 96 Maimoen Zubair, Formulasi Nalar Fiqh, Cet V (Surabaya: Khalista, 2009), 223.

113 Bunga yang tidak diperbolehkan menurut pendapat Hasan adalah bunga yang bersifat konsumtif, yaitu bunga yang dipinjam oleh orang yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi masyarakat yang sesuai dengan ketentuan bunga yang tidak diperbolehkan adalah bank thi-thil, rentenir dan simpan pinjam, karena ketiga kegiatan tersebut mengunakan bunga yang persentasenya besar dan sebagian besar nasabahnya menggunakan bunga tersebut untuk kebutuhan konsumsi yang tidak menghasilkan, maka bunga yang ada tersebut semakin menambah beban nasabahnya. Bunga yang ada pada bank thi-thil, rentenir dan simpan pinjam ini dalam padangan Islam juga tidak diperbolehkan. Berikut kegiatan ekonomi masyarakat yang menganggap bunga tidak diperbolehkan, yaitu: a. Kegiatan produktif Nasabah pengguna pinjaman yang mengandung bunga untuk kegiatan produksi adalahd dua orang, mereka menggunakan pinjaman tersebut untuk memproduksi barang yang bersifat halal. b. Kegiatan konsumtif Masyarakat yang menggunakan bunga untuk kebutuhan konsumtif dan menganggap bunga tersebut tidak diperbolehkan

114 berjumlah enam orang, mereka menggunakan bunga untuk memenuhi kebutuhan hidup yang bersifat halal. Bila dilihat dari segi agama, tidak hanya bunga yang ada pada kegiatan konsumtif saja yang dilarang namun, bunga yang ada pada kegiatan produksi seperti PNPM dan KOPWAN juga tidak diperbolehkan karena setiap usaha tidak selalu mendapatkan laba. Maka dalam penerapan bunga pada pinjaman produktif ini masih terkandung unsur ketidakpastian, ada baiknya apabila sistem bunga tersebut diganti dengan sistem bagi hasil. Apabila sistem bagi hasil tidak memungkinkan karena cenderung merugikan pihak yang meminjam, prinsip bunga boleh dilakukan asalkan sipemberi pinjaman dapat mengerti keadaan ekonomi sipeminjam pada saat itu. Kebijakan dari pemberi pinjaman dapat dilakukan dengan cara memberi tenggang waktu pembayaran pinjaman tanpa diikuti dengan tambahan lainnya. Seperti yang tertera pada Qs. Al- Baqarah (2): 280 Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. 97 97 Departemen Agama RI, Al Qur anul Karim, 47

115 Keharaman yang ada pada penerapan bunga pada kegiatan produktif didukung oleh keputusan majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamar di Sidoarjo (1968) memutuskan, antara lain: a. Riba hukumnya haram dengan nas} s}ari>h} Al-Qur an dan As Sunnah. b. Bank dengan sistem bunga hukumnya haram dan bank tanpa bunga hukumnya halal. 98 Berdasarkan Muhtahmar tersebut memperkuat, lembaga apapun bila menerapkan bunga dalam kegiatan ekonominya tidak memandang digunakan untuk konsumtif maupun produktif bunga tersebut tetap diharamkan. Dari wawancara serta observasi yang telah dilakukan, kegiatan ekonomi (produksi dan konsumsi) masyarakat Sidomojo Krian Sidoarjo sudah sesuai dengan ekonomi secara Islami, karena sudah sesuai dengan ketentuan produksi dan konsumsi dalam Islam, tetapi kegiatan ekonomi tersebut berubah menjadi tidak sesuai dengan ekonomi Islam karena kesalahan dari sumber didapatkannya yaitu pinjaman yang mengandung bunga. Sebagian masyarakat menganggap bahwa bunga diperbolehkan karena dalam keadaan darurat agar tercapai kemaslahatan, namun pada 98 Ibid., 115.

116 kenyataannya tidak semua nasabah mendapat mas}lah}at setelah melakukan pinjaman yang mengandung bunga. Terlebih bagi mereka yang menggunakan pinjaman tersebut untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Kemaslahatan hanya dirasakan hanya diawal, untuk kedepannya mereka masih mengalami masalah bahkan dari pinjaman tersebut muncul masalah baru. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara, dampak perekonomian yang dirasakan oleh tujuh belas nasabah setelah menggunakan pinjaman yang menerapkan bunga adalah enam orang mengalami dampak kemajuan pada ekonominya, lima tidak menggalami perubahan pada perekonomiannya dan enam orang lainnya merasa perekonomiannya semakin menurun setelah menggunakan pinjaman yang menggunakan bunga. Keadaan ekonomi masyarakat memang dipengaruhi dari aktifitas ekonomi yang dilakukannya, namun bunga juga berperan dalam perekonomian masyarakat. Pinjaman yang menerapkan bunga yang terlalu besar dalam ekonomi tidak membantu masyarakat justru akan membuat ekonomi masyarakat melemah bahkan akan mengalami kerugian karena harus membayar bunga yang begitu besar.ss Tidak semua nasabah beruntung seperti yang dialami oleh Bu yani, yang usahanya mendapat laba yang banyak sehingga bunga tersebut tidak menjadi beban, atau seperti Bu Khadijah yang mendapat untung karena

117 bunga. Namun ada pula nasabah yang merasa terdzalimi seperti yang dialami oleh Bu Tuminah pengguna pinjaman bank thi-thil untuk kebutuhan konsumtif beliau merasa terdzalimi atas penerapan bunga yang telah diterapkan oleh bank thi-thil, perekonomiannya semakin memburuk. Rasa terdzalimi tidak hanya dirasakan oleh pengguna pinjaman untuk kebutuhan konsumtif tetapi rasa terdzalimi juga dirasakan oleh Bu Siti nasabah PNPM yang menggunakan pinjaman untuk kebutuhan Produktif. Bunga tersebut dianggap mendzalimi karena bunga tersebut membuat nasabah merasa terbebani. Dengan adanya bunga tersebut maka hutang semakin bertambah. Khusunya bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah yang menggunakan bunga tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Qs.An- Nissa (4): 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 99 99 Ibid., 83.