BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya. Sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya bahwa penelitian tentang Kepribadian Tokoh dalam Novel RTDW Karya Tere Liye belum pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya. Akan tetapi, terdapat relevansi antara penelitian ini dengan penelitian lain karena, penelitian ini menggunakan psikologi sebagai pendekatan dalam menganalisis kepribadian tokoh, begitu juga dengan penelitian lainnya yang sama-sama menggunakan psikologi sebagai pendekatan untuk mempermudah analisis terhadap penelitian, khususnya pada kepribadian tokoh dalam novel. Peneliti yang telah melakukan penelitian dalam bidang sastra khususnya novel dengan menggunakan pendekatan psikologi adalah, Indrianti Talib dengan judul penelitian Kepribadian Tokoh Evan dan Shiren Dalam Novel Tentang Cinta Karya Riri Sardjono (suatu penelitian berdasarkan pendekatan psikologi sastra) Tahun 2012. Penelitian tersebut membahas kepribadian pada tokoh Evan dan Shiren dalam novel Tentang Cinta. Adapun permasalahan dalam penelitian tersebut yakni: (a) Bagaimana kepribadian tokoh Evan dan Shiren dalam novel Tentang Cinta karya Riri Sardjono, dilihat dari aspek id, (b) Bagaimana kepribadian tokoh Evan dan Shiren dalam novel Tentang Cinta karya Riri Sardjono, dilihat dari aspek ego, (c) Bagaimana kepribadian tokoh Evan dan Shiren dalam novel Tentang Cinta karya Riri Sardjono, dilihat dari aspek super ego. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa aspek id, ego dan super ego yang tampak pada kepribadian kedua tokoh tersebut didominasi oleh super ego. hal tersebut
disebabkan tokoh Evan maupun Shiren selalu berhati-hati dalam mempertimbangkan sesuatu, sehingga keduanya dapat mengontrol kemauan id maupun ego mereka masing-masing. Penelitian yang relevan tentang analisis kejiwaan tokoh pada novel, pernah juga dilakukan oleh Misna Abubakar Doe yang mengkaji nilai dalam novel Putri Sinyue karya Chiung Yao (2007). Penelitian ini berupa kajian terhadap novel cina, yang menitikberatkan pada pembahasan tentang Nilai Moral Perwatakan Tokoh Putri Sinyue Karya Chiung Yao. Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini yakni: (a) bagaimana struktur novel Putri Sinyue karya Chiung Yao, (b) bagaimana tokoh novel Putri Sinyue karya Chiung Yao (c), bagaimana hubungan tokoh dengan unsur lain (d) bagaimana perwatakan tokoh Putri Sinyue (e) bagaimana nilai moral perwatakan tokoh. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa, nilai moral pada perwatakan tokoh Putri Sinyue mengandung nilai moral yang tinggi dan moral rendah. Moral tinggi Nampak pada peran perwatakan Putri Sinyue, sedangkan moral rendah digambarkan melalui perwatakan tokoh Yanchi. Relevansinya antara penelitian kepribadian tokoh pada novel RTDW karya Tere Liye dengan penelitian pada novel Putri Sinyue Karya Chiung Yao, dilihat dari pendekatan yang digunakan yakni psikologi dan dengan novel sebagai objeknya. Berdasarkan tinjauan di atas, maka penelitian ini tidak mengembangkan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dengan penelitian ini ada persamaan yaitu sama-sama mengkaji novel dilihat dari kepribadian tokoh serta menggunakan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan psikologi namun terdapat perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada kepribadian tokoh yang berbeda selain itu, tokoh yang dianalisis dalam peneliian ini tidak hanya difokuskan pada tokoh utama, akan tetapi ada beberapa
tokoh lainnya yang berperan penting dalam menggerakan alur cerita pada novel RTDW karya Tere Liye. 2.2 Hakikat Novel 2.2.1 Pengertian Berbicara mengenai novel tentu saja tidak lepas dari dunia kesastraan karena, novel merupakan bagian dari sastra yang memiliki kandungan serta banyak peristiwa yang terjadi di dalamnya. Novel adalah sebuah karya fiksi yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa latin novellus, kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru atau new dalam bahasa Inggris (Priyatni 2010:124). Forster (dalam Tuloli, 2000: 17) menyatakan bahwa novel adalah cerita (rekaan) dalam bentuk prosa yang agak panjang. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa cerita dalam novel lebih panjang dibandingkan cerpen yang termasuk juga dalam prosa. Novel mempunyai kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh, serta mengekpresikan sebuah dunia yang jadi. Watt (dalam Tuloli, 2000:17) mendefinisikan bahwa novel adalah suatu ragam sastra yang memberikan gambaran pengalaman manusia, kebudayaan manusia, yang disusun dalam bentuk peristiwa, tingkah laku tokoh, waktu dan plot, suasana dan latar. Adapun novel yang dimaksudkan pada penelitian ini yakni novel RTDW karya Tere Liye. Permasalahan yang menonjol pada novel RTDW ini, terletak pada kepribadian tokoh yang digambarkan melalui perjalanan hidupnya. 2.2.2 Jenis-Jenis Novel Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel. Dalam dunia kesusasteraan sering ada usaha untuk mencoba membedakan antara novel serius dan novel populer (Nurgiantoro 2010: 17). Dari pendapat tersebut, Nurgiantoro jelas mengkategorikan novel
menjadi dua jenis yaitu, novel populer dan novel serius. Novel populer adalah jenis novel yang kebanyakan diminati oleh remaja hal ini dikarenakan, novel populer menyuguhkan problema kehidupan yang berkisar pada cerita asmara yang simpel dan bertujuan untuk menghibur. Sedangkan isi cerita dalam novel serius membahas masalah-masalah kehidupan kemanusiaan yang diungkapkan pengarangnya. Dengan demikian novel tersebut, menyajikan persoalanpersoalan kehidupan manusia secara serius sehingga bermanfaat bagi pembaca. Adapun novel pada penelitian ini dikategorikan dalam jenis novel serius. Hal ini disebabkan, novel RTDW karya Tere Liye banyak membahas persoalan-persoalan kehidupan. 2.2.3 Unsur-unsur Novel Novel sebagai sebuah karya fiksi, menawarkan dunia-dunia yang berisi model yang diidealkan, dan merupakan dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur pembangun di dalamnya. Novel bagian dari karya fiksi yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik, oleh Rene Wellek dan Austin Werren (dalam Tuloli 2000:14). Pada unsur intrinsik terbagi atas tema, alur, latar, sudut pandang, tokoh dan penokohan, serta gaya dan amanat. Keseluruhan unsur tersebut saling berhubungan antara satu dan lainnya. Penelitian ini lebih difokuskan pada unsur tokoh, hal tersebut dikarenakan perspektif yang menjadi sudut pandang p enelitian mengarah pada kepribadian tokoh yang tercermin dalam dialog-dialog pada novel. Agar mempermudah pembaca dalam memahami arah penelitian ini diuraikan konsep tentang tokoh dan penokohan dengan harapan mempermudah pemahaman. 1) Tokoh karya sastra khususnya novel, tidak terlepas dari peran serta tokoh dalam penceritaannya. Sebuah novel akan terkesan berharga bahkan dinikmati pembaca karena peran tokoh dalam cerita yang dibuat oleh pengarangnya. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh (Aminuddin 2009: 79). Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan hal tersebut sebagaimana yang dikemukan oleh Aminuddin (1995:79) seorang tokoh utama memiliki peran penting dalam suatu cerita. Sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena kemunculannya hanya melengkapi, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Dalam karya fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama (Nurgiantoro, 2010: 164).Tokoh cerita menurut Abrams (dalam Nurgiantoro 2010:165) adalah, orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendurungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Adanya tokoh dalam novel, mempunyai peranaan penting dalam menghidupkan setiap peristiwa dalam novel tersebut. Tokoh adalah elemen struktural fiksi yang melahirkan peristiwa (Sayuti 2000: 74). Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Berdasarkan perannya, tokoh dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh yang dapat membuat pembaca lebih menyukai tokoh tersebut dibandingkan tokoh sebaliknya (antagonis). Hal ini disebabkan tokoh protagonis dapat memberi efek empati bagi pembaca, dengan melakukan hal-hal yang bersifat positif, sehingga pembaca lebih tertarik pada tokoh protagonis tersebut. Menurut Altenbernd & Lewis ( dalam Nurgiantoro 2010: 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero, tokoh yang merupakan pengejawahtanan norma-norma,
nilai-nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh yang memiliki peran protagonis dalam penelitian ini ialah tokoh Vin. Vin merupakan sosok yang baik hati, ia mau menolong Ray, meskipun secara tidak langsung Ray telah menelantarkanya. Forster (dalam Nurgiantoro, 2010: 181) menyatakan berdasarkan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana atau flat character dan tokoh bulat atau round character. Tokoh sederhana, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu. Sifat maupun tingkah lakunya monoton sehingga tidak memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sedangkan tokoh bulat, merupakan kebalikan dari tokoh sederhana. Tokoh kompleks tingkah laku maupun wataknya bermacam-macam, bahkan mungkin bertentangan dan sulit diduga, terkadang tokoh bulat menjadi sisi yang baik namun ia pun bisa berubah menjadi sisi yang jahat. Abrams (dalam Nurgiantoro, 2010: 183) berpendapat, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia sesungguhnya, karena disamping memiliki berbagai kemungkinan sikap dan tindakan, ia juga sering memberikan kejutan. Tokoh kompleks dalam penelitian ini dicerminkan melalui karakter tokoh Ray yang sering berubah-ubah, begitu juga dengan tokoh Plee, yang tadinya merupakan tokoh jahat pada akhirnya berubah menjadi tokoh yang baik begitupun dengan Koh Cheu yang berubah menjadi orang baik dan menyesali semua perbuatannya yang merugikan orang banyak. Adapun tokoh yang terdapat dalam novel RTDW terdiri dari enam belas tokoh. Akan tetapi tokoh dalam penelitian ini, dibatasi hanya pada empat tokoh yaitu, tokoh Ray, tokoh Plee, tokoh Vin dan tokoh Koh Cheu. Hal tersebut disebabkan ke empat tokoh itulah yang mempunyai peran penting dalam alur cerita sehingga, mempermudah peneliti memahami isi novel RTDW karya Tere Liye. Selain itu jika ditinjau dari aspek psikoanalisa Freud maka kepribadian ke
empat tokoh itulah lebih cenderung terlihat, dibandingkan tokoh-tokoh lain yang ada dalam novel tersebut. 2) Penokohan Penokohan adalah pelukisan tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya termasuk juga keyakinanya, cara pandang hidupnya dan sebagainya. Pengarang mengangkat manusia dalam karyanya dan kehidupannya. Oleh sebab itu, penokohan merupakan unsur cerita yang sangat penting karena melalui penokohan, cerita akan menjadi lebih nyata dalam angan pembaca. Seperti yang di definisikan oleh Aminuddin (2009: 79) bahwa, cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan. 2.3 Pendekatan Psikologi Sastra Jatman (dalam Endraswara 2008:97) menyatakan, karya sastra dan psikologi memiliki pertautan yang erat, secara tak langsung dan fungsional. Pertautan tak langsung karena baik sastra maupun psikologi memiliki objek yang sama yaitu kehidupan manusia. Psikologi dan sastra memiliki hubungan fungsional karena sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut riil, sedangkan dalam sastra bersifat imajinatif. Oleh karena itulah peneliti mengkaji Kepribadian Tokoh dalam Novel RTDW karya Tere Liye, menggunakan pendekatan psikologi sastra. Mengingat bahwa psikologi dalam novel juga berperan penting untuk mengungkap kejiwaan dalam hal ini termasuk pula kepribadian tokoh, yang ada dalam novel tersebut, sehingga aspek kejiwaan maupun kepribadian yang dimiliki oleh tokoh, dapat diketahui. Dalam pengkajian karya sastra, pendekatan psikologi menitikberatkan pembacaan yang ketat dan mendalam terhadap karya sastra itu (Tuloli, 2000: 84). Kutha Ratna (2009: 61) menyatakan, pendekatan psikologi pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu:
pengarang, karya sastra, dan pembaca, dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologi lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Dalam mengkaji sebuah novel khususnya mengenai psikologi tokohnya tidaklah mudah, karena untuk mengkaji aspek psikologi itu sendiri, peneliti harus mengetahui seluk beluk kehidupan tokoh dan menganalisisnya secara mendetail sehingga, dapat menciptakan pemahaman yang memang sesuai dengan watak tokoh maupun kepribadiannya. Parker (2008:7) menyatakan bahwa psikologi terkait erat dengan pemahaman diri sesuai akal sehat sehari-hari, sehingga terkadang kita kesulitan untuk memisahkan diri dari asumsi yang diciptakan oleh disiplin itu sendiri mengenai apa yang ditelitinya. Endraswara (2008:96) menyebutkan, beberapa asumsi dasar yang menjadi landasan pijak kajian psikologi sastra. Pertama, adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi tengah sadar atau subconsius setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscius). Kedua kajian psikologi sastra di samping meneliti perwatakan tokoh secara psikologis juga meneliti aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu : 1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi. 2) Studi proses kreatif. 3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. 4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca (Wellek dan Warren, dalam Endraswara 2008 : 98).
Berdasarkan pendapat Wellek dan Warren (dalam Endraswara 2008: 98) di atas, penelitian pada novel RTDW karya Tere Liye ini, mengarah pada perspektif ketiga, yaitu pendekatan psikologi sebagai studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik dapat dijelaskan, bahwa analisis yang akan dilakukan terutama diarahkan pada kondisi kejiawaan tokoh yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap kepribadiannya secara menyeluruh. 2.4 Teori Kepribadian Aliran psikoanalis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia, psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori kepribadian Freud untuk mengungkap kepribadian tokoh Ray/Rehan, Plee, Vin dan Koh Cheu dalam novel RTDW karya Tere Liye. Teori kepribadian Freud memiliki tiga sistem aspek kepribadian yang saling mendominasi serta membentuk suatu kepribadian. Menurut Freud (dalam Sujanto dkk, 2009: 59) psikoanalisis terdiri atas tiga sistem atau aspek kepribadian, yaitu: 1) Das Es (the id), yaitu aspek biologis. 2) Das Ich (the ego), yaitu aspek psychologis. 3) Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis. Aspek psikoanalisis Freud meskipun mempunyai peran serta fungsi masing-masing, akan tetapi ketiganya saling berkaitan dalam membentuk kepribadian maupun perilaku manusia. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. (1) Id
Id yaitu, kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia, dan merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya yang mendasar seperti makan, minum, rangsangan seksual nitas dan agrevitas. Id adalah bagian paling primitif dan orisinal dalam kepribadian manusia. Misalnya seseorang dapat berperilaku agresif terhadap orang lain. Untuk memenuhi kebutuhannya, ada dua cara yang dilakukan id yaitu melalui reflek atau reaksi-reaksi otomatis seperti berkedip, serta melakukan proses primer yaitu dengan membayangkan makanan pada saat lapar. Oleh sebab itu id memerlukan sistem lain, agar dapat merealisasikan imajinasi atau alam bawah sadarnya tersebut menjadi kenyataan. Sistem itulah disebut ego. (2) Ego Ego berfungsi menjembatani tuntunan id dengan realitas di dunia luar. ego adalah mediator yang menyebabkan manusia mampu menundukan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud rasional. Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas yaitu membantu manusia mengadakan kontak dengan objek luar (kenyataan). (3) Super Ego Super ego merupakan unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan di alam bawah sadar, dorongan - dorongan primitif dan mendorong individu untuk memantapkan karir produktif di masyarakat. Dilihat dari uraian di atas dan dari segi fiksi maka, ketiga aspek tersebut berhubungan erat dengan kehidupan tokoh yang kepribadian serta kejiwaannya diungkapkan si pengarang melalui karyanya dan ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan karena merupakan hasil
interaksi substansi dalam kepribadian para tokoh tersebut. Secara umum, id bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, ego sebagai komponen psikologisnya sedangkan super ego adalah komponen sosialnya. 1. Penerapan Psikologi Sastra Pada hakikatnya novel merupakan kajian dari ilmu sastra, sedangkan psikologi adalah cabang ilmu lain, akan tetapi keduanya berkaitan jika ditinjau dari aspek penokohan yang terdapat pada karya sastra dalam hal ini yakni novel. Hal tersebut disebabkan tokoh yang ada dalam karya sastra itu sendiri, mempunyai kejiwaan seperti halnya manusia. Bedanya pada novel kejiwaan atau kepribadian pada tokoh ditentukan oleh pengarang. Jika dikaitkan antara psikologi dengan karya itu sendiri, maka ada keterkaitan antara keduanya. Hal ini disebabkan psikologi merupakan ilmu yang membahas tentang kejiwaan. Ketika ia dilekatkan pada novel, maka kejiwaan yang dimaksud ialah kejiwaan dalam tokoh yang ada pada novel tersebut. Penelitian pada novel RTDW karya Tere Liye menggunakan psikologi sastra sebagai pisau untuk membedah atau menganalisis kepribadian tokoh sehingga, mempermudah penelitian terhadap novel tersebut. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, teori psikoanalisa Freud yang disebut id, ego, dan super ego. Novel RTDW sangat menarik untuk diteliti, karena permasalahannya terfokus pada kepribadian tokoh dalam novel tersebut. Hal ini dikarenakan dari sekian tokoh yang ada dalam cerita novel RTDW, diketahui bahwa ada empat tokoh yang ternyata mempunyai ketiga aspek psikoanalisa Freud. Ketiga aspek id, ego, dan super ego dalam novel, tercermin melalui kepribadian tokoh yang dianalisis.
2. Tahapan Psikologi Sastra Penelitian psikologi sastra tidak bisa disamakan dengan penelitian psikologi murni yang lebih mengacu pada manusia secara nyata. Berbeda dengan psikologi sastra yang arah penelelitianya kepada objek yang tidak nyata, tokoh tentunya. Maka dari itu jelas berbeda dengan tahapan penelitian psikologi murni. tahapan sastra dalam penelitian ini yakni, membaca berulang-ulang novel RTDW karya Tere Liye dengan maksud agar pemahaman terhadap novel tersebut lebih dalam sehingga permasalahan tersebut dapat dikualifikasi. Setelah itu mengklasifikasi data id, ego, dan super ego yang nampak pada kepribadian tokoh agar dapat diketahui apakah semua tokoh dapat dianalisis melalui ketiga aspek psikoanalisa Freud atau hanya beberapa tokoh saja, yang ternyata mempunyai peran penting dalam novel tersebut. Kemudian mendeskripsikan dan menganalisis kepribadian tokoh itu, melalui tiga aspek yakni id, ego dan super ego. Setelah mendeskiripsikan kepribadian tokoh tersebut, selanjutnya menyimpulkan hasil analisis. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini terlihat jelas arah permasalahannya yaitu hanya berfokus pada kepribadian tokoh.