BAB I PENDAHULUAN. bilang: inilah dampak kebebasan pers. Terhadap pengelola media Kepala Batu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. yang hasil temuannya tidak berdasar pada hitung hitungan angka stastitik. 1

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan proses pengiriman pesan agar komunikan dapat dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepatcepatnya.selain

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media sering terjadi pada proses komunikasi massa.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB 1. Pendahuluan. Media massa adalah sebuah media yang sangat penting pada jaman ini, karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jenis, media massa elektronik, media massa cetak, dan media massa online.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Doli Nirwansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ketika mendengar Berita Kriminal Sergap di RCTI, sekilas. dan penjelasan yang panjang sehingga membuat pendengar atau pemirsa

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

Jenis - jenis Fotojurnalistik!

BAB I PENDAHULUAN. fase dimana mengalami pasang surut tentang kebebasan pers. Kehidupan pers

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. : Setiap orang berhak atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan. mengeluarkan pendapat. Serta ditegaskan dalam Pasal 28F, yaitu

RENCANA PEMBELAJARAN. Written by Checked by Approved by valid date. Muhammad Azhari, M.Pd. Tim Verifikasi Prof. Waspodo, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

KODE ETIK JURNALISTIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan zaman orde baru dimana setiap pemberitaan yang dilakukan

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Rekatama Media, hal 2. 2 Harimurti Kridalaksana. Leksikon Komunikasi. Cetakan Pertama Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

Kode Etik Jurnalistik

Menggali & Meburu Berita. fitri dwi lestari

DASAR DASAR JURNALISTIK

I. PENDAHULUAN. dan tingkatan ekonomi serta umur sudah dapat menggunakannya. Internet adalah

Inilah Tugas dan Fungsi Humas

Seminar Pendidikan Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, interaksi dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mudahnya mendapatkan pilihan informasi sesuai yang mereka butuhkan.

National Press Photographers Association ethics morality morals principles standards ethics in photojournalism

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, media masa tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

BAB I PENDAHULUAN. Citizen Journalism atau JW (untuk selanjutnya akan disebut sebagai JW) dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. kekuatan terbesar dalam membuat agenda setting bagi permisanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wartawan adalah seorang yang melakukan kegiatan sehari-hari sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan komunikasi membuat informasi menjadi aspek yang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB III SEGEMENTASI PASAR DAN BERITA

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, media massa telah menjadi konsumsi sehari-hari di tengah masyarakat, dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebebasan pers dan kode etika jurnalistik nyaris merupakan istilah yang paling kerap disebut para akademi komunikasi, aktivis dan pengawalan media ketika berbicara mengenai media dan jurnalisme di era pasca orde baru. Ibarat mimpi yang baru saja menjadi kenyataan, dua istilah itu menjadi buah bibir setelah 32 tahun kebebasan pers hanya jadi jarkon. Sehingga kedua istilah juga mulai mengalami kebebasan pers dan kode etik jurnalistik makin simpang siur karna keduanya ditempatkan sebagai istilah sakral karena begitu mudah diucapkan seperti barang yang di obral, pihak yang merasa kecewa, dengan kinerja pers pasca orde baru juga dengan mudah menyalahkan kebebasan pers. Terhadap media potografis, mereka bilang: inilah dampak kebebasan pers. Terhadap pengelola media Kepala Batu terhadap kritik, mereka bilang: Inilah akibat kode etik yang Banci sebuah umpatan spontan tapi ironis. 1 Perkembangan media terus mengelami perubahan, mengikuti zaman irama penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi informasi. Banyak cara yang digunakan manusia untuk berkomunikasi atau mengemukakan apa yang ingin disampaikan kepada orang lain. 2 Sebagaimana fungsi pers adalah informasi (to inform) berarti mempunyai tugas untuk menyampaikan informasi secepat-cepatnya tentang segala sesuatu yang ingin dan harus diketahui oleh masyarakat luas. Setiap informasi yang disampaikan hendaknya harus memenuhi kriteria dasar yaitu anatara lain; aktual, akurat, faktual, 1 Amir Effendi Sirenggar, Kebebasan dan Kode Etik Jurnalistik (Yogyakarta: UII Pers, 2004), hlm. Vii 2 Audy Mirza Alwi, Foto Jurnalistik Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa (Jakarta: Bumi askara, 2004), hlm. 2-4

benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur, adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis dan sebagainya. Tidak sekadar menginformasikan, berita yang disebarluaskan hendaknya juga dalam kerangka mendidik (to educate), education value-nya jangan sampai terlupakan. Selain itu, berita yang disampaikan sedapat mungkin juga dijadikan sebagai kontrol sosial (to control) terhadap fenomena yang ada di masyarakat, dengan begitu masyarakat akan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan sosialnya. Sedangkan untuk fungsi menghibur (toentertain), kinerja pers harus dapat menyuguhkan sebuah informasi yang menarik, menghibur sekaligus menyehatkan. Oleh karena itu, jurnalistik lebih kepada seni dan keterampilan dalam meliput, mengolah dan mempublikasikan berita daripada sekadar menyebar luaskan berita. 3 Dalam media online saluran termudah untuk mengekpresikan berita dan foto jurnalistik. Situs berita dan sejenisnya memajang foto jurnalistik. Kecepatan yang mendeteksi siaran berita televisi. Internet meakukan update gambar lebih cepat ketimbang media cetak. 4 Beberapa situs berita adalah hidangan dalam bentuk lain dari media yang tercetak kecepatan dalam publikasi misal Detik.com ini. Sedangkan kelebihan dari media online karena sifatnya adalah mempunyai fungsi interaktif dalam arti informasi yang dipublikasikan selalu up to date, kejadian atau peristiwa yang terjadi di lapangan dapat langsung di upload ke dalam situs web media online ini, tanpa harus menunggu hitungan menit, jam atau hari, seperti yang terjadi pada media elektronik atau media cetak. Analisis semiotika dipilih untuk menyelesaikan penelitian ini. Berkenaan dengan foto jurnalstik, analisis semiotika merupakan upaya untuk mempelajari 3 Limatus Sauda, Etika Jurnalistik Perspektif Al-Qur an, Dalam Jurnal Dakwah Dakwah & Komunikasi, ESENSIA, Vol. 15, No. 2, September 2014 (Yogyakarta : Pascasarjana UIN, 2014). hlm 162 4 Taufan Wijaya, Foto Jurnalistik, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2014), hm. 29

hakikat tentang keberadaan suatu tanda di mana semua perilaku manusia yang membawa makna atau fungsi sebagai tanda. Analisis semiotika Charles Sander Pierce adalah salah satu tokoh yang mengembangkan pendekatan semiotika, menurut Pierce adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda dalam teori segetiga (triangle meaning) yaitu: Ikon : ikon adalah hubungan kemiripan atau kesamaan antara tanda dan acuanya. Ikon adalah tanda yang muncul dari perwakilan fisik. Misalnya, patung manga di Indramayu adalah ikon kota Indramayu, patung pangeran diponogoro adalah icon pangeran diponogoro, sedangkan gedung sate adalah ikon dari kota Bandung. Indeks : yaitu tanda yang muncul dari hubungan sebab akibat. Istilah lain untuk indeks yaitu sinyal atau gejala. Misalnya, awan gelap sebagai tanda akan hujan. Symbol : yaitu tanda yang muncul dari kesepakatan. Misalnya, lampu lalulintas berwarna merah berarti kendaraan harus berhenti. 5 Foto Jurnalistik adalah suatu aktivitas dokumentasi pengambilan gambar dalam sebuah peliputan berita melalui sebuah foto dan teks yang memperkuat berita tersebut dan menyampaikan beragam bukti berupa visual atas suatu peristiwa yang terjadi di lapangan dalam sebuah media, fotografi jurnalistik mulai berkembang pada abad 19 setelah fotografi ditemukan seiring perkembangan teknologi. Dalam foto jurnalistik terdapat jenis foto salah satunya Foto Hard News adalah foto jurnalistik yang sangat penting, memiliki nilai aktualitas tinggi. Foto seperti ini biasanya dimuat di halaman utama atau rubrik utama majalah berita. 6 5 Yasraf Amir Piliang, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2009), hlm. 16-17 6 Rita Gani, Ratri Rizki Kumula Sari, Jurnalistik Foto (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 63

Pemberitaan dengan menggunakan unsur foto jurnalistik pada media online berperan untuk mempengaruhi para pembaca, agar keaktualan berita dapat dipercaya terhadap peneguhan pengetahuan dari pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya, member baru, menambah wawasan pengetahuan dan bentuk opini. Foto jurnalistik mampu merekam sesuatu secara cepat, objektif, hingga membuat cocok untuk menyajikan peristiwa yang mengandung berita dan informasi. Dengan foto jurnalistik maka isi dari berita biasa bisa tersirat terlebih dahulu jauh lagi foto jurnalistik dapat menampilkan berbagai keadaan, lingkungan suasana, perasaan dan aksi secara lengkap akurat. Dalam pengelolaan media di tanah air, sesungguhnya ada aturan main yang menjadi acuan bagi setiap wartawan, yaitu lewat kode etik jurnalistik. Pedoman yang dimuat dalam kode etik jurnalistik secara umum adalah memberi arahan kepada wartawan agar senantiasa memperhatikan nilai-nilai etika dalam menjalankan profesi kewartawanan. Dalam menulis berita dan mengambil foto untuk berita atau disebut foto jurnalistik. wartawan dituntut harus mempublikasikan berita dan foto jujur, obyektif dan didukung oleh fakta yang kuat. Dengan demikian diharapkan jangan sampai wartawan mempublikasikan berita atau foto yang di muat berbohong atau fitnah yang bisa berakibat fatal bagi pihak yang diberitakan. 7 Foto jurnalistik sebagai salah satu teknik komunikasi visual yang dapat memberikan nilai estetika (keindahan) dan artistic (seni) harusnya juga memiliki aturan-aturan atau etika tersendiri dalam penerbitnya. Dan dalam proses penerbitan foto jurnalistik, setiap media online memiliki kebijakan atau parameter tersendiri. 7 Hamdan Daulay, Kode Etik Jurnalistik Dan Kebebasan Pers di Indonesia Ditinjau dari Perspektif Islam, Jurnal Penelitian Agama, Vol. XVII, No. 2 Mei-Agustus 2008 (Yogyakarta : Pascasarjana UIN,2008), hlm. 296

Setiap media massa memiliki aturan dan kebijakan yang mereka buat untuk mengatur tentang penerbitan foto jurnalistik tersebut. Standar etika foto jurnalistk yang layak di muat telah tertera jelas dalam rumusan Pewarta Foto Indonesia (PFI) dan juga pada kode etik jurnalistik. Aturan tersebut dirancang guna mengatur pemuatan foto jurnalistik agar tidak melanggar dari kode etik Pewarta Foto Indonesia dalam setiap pemuatan atau publikasinya. Karena dalam pemuatan foto jurnalistik memiliki batasan-batasan yang jelas dan ketat sehingga wartawan akan tahu batasan-batasan tersebut, dalam hal ini wartawan harus paham betul terhadap aturan-aturan tersebut. Kebebasan pers bukan diartikan sebagai pers yang sebebas-bebasnya namun terdapat aturan yang terkait didalam kebebasan pers tersebut, system pers yang Indonesia yang merujuk pada system pers tanggung jawab social juga secara tersirat menerangkan bahwa setiap kegaiatan atau pekerjaan harus mampu dipertanggung jawabkan dari sudut pandang diri sendiri dan masyarakat luas pada umumnya. Begitu pula pada media online Detik.com dalam setiap penerbitan gambar pasti seharusnya sudah dipertimbangkan dengan matang hal-hal yang sudah masuk dalam aturan penerbitan gambar yang akan di publikasikan. Mengapa peneliti memilih detik.com pada penelitianya, menurut blooglok Detik.com adalah media online yang pertama di Indonesia, Detik.com menepati peringkat pertama dalam ukuran jumlah pembaca. Dalam sehari, Detik.com menerima kunjungan pembaca rata-rata 1.395.354 dan jumlah halaman yang dikunjungi sebanyak 3.488.285 halaman. 8 Pada rubrik news kriminalitas, gambar-gambar yang ditampilkan harus menurut etika yang dibuat oleh pewarta foto Indonesia. Peneliti ini dilakukan pada foto berita di Detik.com pada rubrik news kriminalitas edisi 2017, dengan sample 5 (lima) buah foto dalam rubrik news kriminalitas edisi januari 2017. 21:47 WIB 8 www.blogooblok.com/2015/10/ini-penghasilan-12-media-online.html?=1 diakses pada 10 mei 2017 Jam

Dalam Islam, etika yang dijadikan dasar nilai-nilai yang terkandung adalah al- Qur an. Al-Quran sebagai wahyu telah memberikan prinsip-prinsip dasar tentang etika komunikasi, termasuk etika foto jurnalistik. Etika foto jurnalistik dalam perspektif Al-Qur an diantaranya sperti, Teliti kebenaran tentang sumber berita (Q.S Al Hujurat ayat 6), tidak berprasangka buruk (An-Nur ayat 19) dan tidak mencela, memaki dan mengumpat (Al Hujurat ayat 11). 9 Dengan demikian foto berita di Detik.com sangat menarik dikaji, dimana pada media online tersebut, mayoritas menampilkan foto-foto yang aktual dan bersifat umum. Seperti foto yang menggambarkan berita pada peristiwa tragedi pembunuhan Pulomas. 10 Hal ini yang membuat penulis ingin mengetahui dan mengumpas lebih jauh etika foto jurnalistik di Detik.com pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017. Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk membahas atau mangajukan judul penelitian : ETIKA FOTO JURNALISTIK MENURUT PERSPEKTIF ISLAM DI MEDIA ONLINE DETIK.COM (Analisis Semiotika Studi Kasus: Rubrik News Kriminalitas Edisi Januari 2017). B. Rumusan Masalah Pokok masalah atau fokus penelitian ini terkait dengan Etika Foto Jurnalistik Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com. Dari penjelasan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 9 Sri Ayu Astuti, Kebebasan Pers dan Etika Pers Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Genta Publising, 2015), hlm. viii 10 https://m.detik.com/news/tragedipembunuhanpulomas.com, Diakses pada 3 Maret 2017 Jam 09:21 WIB

1. Bagaimana foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 di media online Detik.com ditinjau dari katagori Etika Foto Jurnalistik menurut umum dan perspektif Islam? 2. Apa perbedaan dan persamaan Etika Foto Jurnalistik Umum dan Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk mencari jawaban dari rumusan masalah yang mucul, yaitu: 1) Mengetahui apakah foto pada rubrik news kriminalitas edisi januari 2017 memenuhi standarisasi etika foto jurnalistik umum dan menurut persfektif islam 2) Menjelaskan Perbedaan dan persamaan Etika Foto Jurnalistik Foto Jurnalistik Umum dan Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com. Kegunaan penelitian memuat 2 (dua) hal, yaitu kegunaan teoritik dan kegunaan praktis di antaranya: 1) Secara Teoritik Secara teoritik penelitian ini akan bermanfaat bagi para pewarta fotod dan para wartawan media online dalam mengambil gambar untuk berita untuk di publikasikan di media online atau cetak. 2) Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan Etika Foto Jurnalistik Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com.

D. Sistematika Pembahasan Untuk memepermudah penyususnan dan pembahasan skripsi, penulis membagi sistematika pembahasan kedalam beberapa bagian. Hal ini dilakukan agar pembahasan saling terkaitan dan menghasilkan penelitian dan penyusunan yang utuh dan sistematis. Maka penelitian tentang Etika Foto Jurnalistik Menurut Perspektif Islam di Media Online Detik.com (Anaisis Semiotika pada Studi Kasus: Rubrik News Kriminalitas Edisi Januari 2017) disusun dengan sistematika berikut: BAB I PENDAHULUAN Yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika pembahasaan. BAB II TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Bab ini memuat tinjuan pustaka tentan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti atau skripsi karya orang serta berisi teori-teori yang menunjang penelitian ini. BAB III METOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi metode-metode penelitian yang dirujuk oleh peneliti. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN Bab ini menggambarkan tentang gambaran umum detik.com, sekilas tentang Detik.com, misalnya; sejarah,redaksi dll. Dan pada bab ini akan dibahas tentang temuan hasil peneliti dan juga analisis makna

ikon, indeks dan simbol yang terdapat pada foto jurnalistik di media online Detik.com BAB V PENUTUP Bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Kemudian bagian terakhir memuat daftar pusataka dan lampiran-lampiran.