V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

P R O F I L DESA DANUREJO

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

I. DESKRIPSI KEGIATAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

Transkripsi:

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Keadaan Umum Daerah Penelitian 5... Keadaan Umum Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam regional Provinsi Bali. Kabupaten Badung secara geografis terletak pada 8 4 20 8 50 48 Lintang Selatan dan 5 05 00 5 26 6 Bujur Timur dengan wilayah seluas 48,52 km 2 atau sekitar 7,43 persen dari daratan Pulau Bali. Wilayah Kabupaten Badung terdiri dari enam wilayah kecamatan dan 62 desa/kelurahan. Enam kecamatan yang termasuk di wilayah Kabupaten Badung terdiri dari Kecamatan Kuta Selatan, Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Mengwi, Kecamatan Abiansemal dan Kecamatan Petang. Perbandingan suhu udara di Kabupaten Badung selama tahun 200 dengan suhu maksimum tertinggi terjadi pada Bulan Maret yaitu 32,3 C, sedangkan suhu terendah terjadi pada Bulan Juli dan Agustus dengan suhu sebesar 29,5 C. Sementara itu suhu minimum tertinggi terjadi pada Bulan Mei 26,0 C dan terendah pada Bulan November sebesar 24,9 C. Kelembapan udara di wilayah ini berkisar antara 8 86 persen. Curah hujan di wilayah Kabupaten Badung berkisar antara 66 508,2 mm per tahun. Kecamatan Kuta Selatan berjarak 36 km dari Kabupaten Badung. Luas wilayah Kecamatan Kuta Selatan adalah 0,3 km 2 dengan ketinggian 28 m di atas permukaan laut. Batas batas wilayah Kecamatan Kuta Selatan terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kuta, sedangkan sebelah selatan, barat dan timur berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Secara geografis wilayah Kecamatan Kuta Selatan terletak pada 08 46 58.7 Lintang Selatan dan 5 0,4.3 Bujur Timur. Kecamatan Kuta Selatan merupakan wilayah Kabupaten Badung yang langsung berbatasan dengan pesisir pantai. Kondisi ini mendukung pengembangan potensi perikanan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan. Tabel berikut menunjukkan hasil produksi perikanan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan. 48

Tabel 9. Produktivitas Hasil Perikanan di Kecamatan Kuta Selatan Tahun 20 Komoditi Produktivitas (ton/ha) Udang/Lobster 8,52 Tuna 289,54 Tongkol 03,29 Cakalang 623,52 Layang 26,97 Kakap 8,55 Kerapu 3,48 Lencam/Jangki 0,77 Tenggiri 2,37 Ekor Kuning 9,80 Lemuru 43,76 Layur 7,2 Nila 7,25 Kepiting 2,69 Rumput Laut 4.036,66 Sumber : Profil Kecamatan Kuta Selatan, 20 Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 9, terlihat beberapa komoditi yang dihasilkan dari wilayah perairan yang berada di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Pada data tersebut ditunjukkan bahwa rumput laut merupakan komoditi perikanan dengan produktivitas tertinggi. Penduduk Kecamatan Kuta Selatan sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 6.644 orang atau 5,06 persen. Hal ini didasarkan oleh kesesuaian dari kondisi alam dan lingkungan wilayah Kuta Selatan yang dikelilingi oleh wilayah perairan yang sangat mendukung aktivitas penduduk khususnya dalam kegiatan budidaya laut. Jenis mata pencaharian lain yang mendominasi penduduk di wilayah Kecamatan Kuta Selatan adalah pekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 3.636 atau 30,9 persen. Pekerjaan ini biasanya didominasi oleh penduduk yang bekerja sebagai karyawan di bidang pariwisata dan perhotelan. Data mengenai mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kuta Selatan dapat dilihat pada Tabel 0. 49

Tabel 0. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Kuta Selatan Jenis Mata Pencaharian Penduduk (orang) Petani 3.635 Pegawai Negeri Sipil 5.99 Pengrajin Rumah Tangga 30 Peternak.269 Nelayan 6.644 Montir 62 Dokter Swasta 22 Bidan/Perawat Swasta 6 TNI 56 POLRI.048 Pengusaha Kecil dan Menengah.659 Pengacara 2 Dosen Swasta 24 Karyawan Swasta 3.636 Sumber : Profil Kecamatan Kuta Selatan, 20 5..2. Keadaan Umum Desa Kutuh Desa Kutuh merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Kuta Selatan. Batas batas wilayah Desa Kutuh terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jimbaran yang masih termasuk dalam regional Kecamatan Kuta Selatan, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Ungasan yang masih termasuk dalam regional Kecamatan Kuta Selatan dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Benoa yang juga termasuk dalam wilayah Kecamatan Kuta Selatan. Desa Kutuh memiliki luas wilayah sebesar 83,720 ha. Jumlah penduduk di wilayah Desa Kutuh adalah 3.362 orang. Aktivitas mata pencaharian warga sebagian besar bekerja di sektor agribisnis seperti pertanian, peternakan dan perikanan. Hal ini terbukti dari jumlah penduduk yang beraktivitas pada sektor ini terdiri dari 753 orang penduduk yang tercatat sebagai petani (termasuk petani rumput laut) dan 455 orang sebagai peternak. Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Profil Desa Kutuh pada Tahun 200, menunjukkan 50

tanaman rumput laut memiliki kontribusi dalam perekonomian warga desa, hal ini ditunjukkan melalui nilai produksi rumput laut di Desa Kutuh pada Tahun 200 yang mencapai Rp 5.925.70.000 dengan luas lahan sebesar 70 ha. 5..3. Keadaan Umum Kelurahan Benoa Kelurahan Benoa merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Kuta Selatan dengan ketinggian 50 500 m di atas permukaan laut. Batas batas wilayah Kelurahan Benoa terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan Keluarahan Tanjung Benoa yang masih termasuk dalam regional Kecamatan Kuta Selatan, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Desa Ungasan dan Kelurahan Jimbaran yang masih termasuk dalam regional Kecamatan Kuta Selatan dan sebelah timur berbatasan langsung dengan Selat Lombok. Kelurahan Benoa secara administrasi memiliki luas wilayah sebesar 2.828 ha dengan kondisi bentang alam terdiri dari dataran seluas.207,6 ha dan perbukitan seluas.620,4 ha. Keadaan suhu rata rata minimal 23,5 25 C dan maksimum 29,5 32 C. Jumlah penduduk di wilayah Desa Kutuh adalah 2.340 orang. Aktivitas mata pencaharian warga Kelurahan Benoa di sektor agribisnis terdiri dari aktivitas di bidang peternakan dan perikanan/kelautan. Penduduk yang berprofesi sebagai peternak berjumlah 785 orang sedangkan yang berprofesi sebagai nelayan (termasuk petani rumput laut) berjumlah 5 orang. 5.2. Karakteristik Petani Responden Petani rumput laut yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang. Para petani responden berasal dari dua desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, yaitu Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa yang merupakan sentra pembudidayaan rumput laut di wilayah Kecamatan Kuta Selatan bahkan di wilayah Kabupaten Badung. Metode penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Para petani responden pada umumnya menjadikan mata pencaharian sebagai petani rumput laut sebagai pekerjaan utama dan melakukan kegiatan budidaya rumput laut secara rutin. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman dalam berbudidaya rumput laut dilihat dari segi waktu dan luas lahan garapan budidaya 5

rumput laut yang dimiliki. Data mengenai identitas petani responden dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Karakteristik Responden Petani Rumput Laut Di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Karakteristik Jumlah (orang) Persentase Umur 25 tahun 25 50 tahun 50 tahun Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan Tinggi Pengalaman Budidaya < 5 tahun 5 0 tahun 0 tahun Kelompok Tani 2 5 3 7 6 6 2 28 Non Kelompok Tani 4 3 4 Kelompok Tani 6,67 % 50,00 % 43,33 % 23,33 % 53,33 % 3,33 % 20,00 % 6,67 % 93,33 % Non Kelompok Tani 80,00 % 20,00 % 20,00 % 60,00 % 20,00 % 80,00 % 20,00 % Luas Garapan 000 tali ris 000 2000 tali ris 2000 tali ris 8 0 2 4 26,67 % 33,33 % 40,00 % 80,00 % 20,00 % Total petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 35 orang. Petani responden yang berasal dari Desa Kutuh berjumlah 3 orang dan empat orang berasal dari wilayah Kelurahan Benoa. Jumlah petani yang berasal dari Desa Kutuh juga terbagi atas petani yang tergabung dalam kelompok tani dan yang tidak bergabung ke dalam kelompok. Di wilayah Desa Kutuh sendiri terdapat empat kelompok tani rumput laut yang aktif, yaitu Kelompok Tani Segara Amertha, Kelompok Tani Merta Sari, Kelompok Tani Sari Segara dan Kelompok Tani Arta Segara Jati. Pengambilan responden petani rumput laut yang tergabung dalam kelompok tani di wilayah Desa Kutuh juga terdiri dari para anggota yang mewakili dari empat kelompok tani yang ada. Umur petani responden dalam penelitian ini berkisar antara 20 65 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebanyak 9 orang petani responden yang 52

terdiri dari 5 orang petani yang menjalankan aktivitas tataniaga melalui kelompok dan empat orang petani yang tidak menjalankan aktivitas tataniaga melalui kelompok tani memiliki umur berkisar antara 25 50 tahun. Sementara itu petani dengan umur yang relatif muda ( < 25 tahun) yang menjadi responden dalam penelitian ini hanya berjumlah dua orang. Data tersebut menunjukkan bahwa ketertarikan pemuda untuk ikut serta dalam aktivitas pembudidayaan rumput laut sangat jarang ditemui di lokasi penelitian, hal ini dikarenakan sebagian besar pemuda di wilayah ini cenderung lebih banyak memiliki mata pencaharian di sektor lain, khususnya di sektor pariwisata. Tingkat pendidikan menjadi salah satu hal yang diperhatikan dari identitas petani responden. Sebanyak 9 orang petani responden hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD) saja. Sebanyak satu orang lulus di tingkat SLTP, tujuh orang lulus di tingkat SLTA sementara delapan orang tidak tamat Sekolah Dasar. Tingkat pendidikan petani tentunya dapat mempengaruhi kinerja petani khususnya terkait perolehan informasi dalam kegiatan budidaya rumput laut. Dalam melakukan kegiatan budidaya rumput laut, sebanyak 29 petani responden baik yang menjalankan aktivitas tataniaga melalui kelompok tani ataupun non kelompok tani telah menjalankan kegiatan usahatani rumput laut selama sepuluh tahun. Pengalaman petani ini akan menjadi salah satu faktor pendukung dalam keberhasilan budidaya rumput laut. Luas lahan garapan dalam aktivitas budidaya rumput laut dihitung berdasarkan jumlah tali ris yang dimiliki oleh petani. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebanyak 3 orang petani responden memiliki luas lahan sebanyak 2000 tali ris. Berdasarkan hasil wawancara dengan perwakilan kelompok tani di Desa Kutuh menyatakan bahwa rata rata lahan yang dimiliki oleh petani adalah seluas lima are dengan 000 tali ris. Berdasarkan data pada Tabel menunjukkan bahwa responden petani yang mengelola aktivitas tataniaga secara individu cenderung memiliki lahan pembudidayaan rumput laut lebih sedikit dibandingkan petani yang mengelola aktivitas tataniaga melalui kelompok. Di wilayah Desa Kutuh petani responden memiliki jumlah tali ris yang lebih banyak dibandingkan petani di wilayah Kelurahan Benoa. Hal ini dikarenakan lahan pantai di wilayah Pantai Geger, Kelurahan Benoa sudah mulai diambil alih oleh 53

para investor sebagai bagian dari pembangunan proyek perhotelan di kawasan tersebut, sehingga lahan petani untuk mengusahakan budidaya rumput laut semakin berkurang. Para petani rumput laut yang menjadi responden dalam penelitian ini mengelola kegiatan usaha budidaya rumput laut secara individu dan kelompok. Di Pantai Kutuh yang merupakan lokasi budidaya rumput laut yang termasuk di dalam wilayah Desa Kutuh, petani rumput laut sebagian besar melakukan kegiatan budidaya rumput laut secara kelompok. Kelompok petani rumput laut di wilayah Desa Kutuh berperan langsung dalam memfasilitasi pemasaran rumput laut milik anggota. Namun, terdapat juga beberapa petani rumput laut di wilayah Desa Kutuh yang mengelola kegiatan budidaya rumput laut secara individu. Para petani ini menjual hasil panen rumput laut yang dihasilkan melalui pedagang pengumpul. Berbeda halnya dengan para petani rumput laut di wilayah Pantai Geger, Kelurahan Benoa. Di wilayah pantai ini para petani rumput laut juga tergabung ke dalam wadah kelompok tani, namun kelompok tani di Pantai Geger hanya mengkoordinir aktivitas pembudidayaan rumput laut saja, namun dalam kegiatan pemasaran hasil panen dilakukan masing masing oleh anggota petani. Petani di wilayah Pantai Geger juga menjual hasil panen rumput laut kepada pedagang pengumpul. 5.3. Karakteristik Responden Lembaga Tataniaga Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil perairan yang memiliki nilai tinggi di wilayah Kabupaten Badung. Rumput laut juga menjadi salah satu komoditi perairan yang memiliki nilai ekspor, hal ini tentunya mengakibatkan adanya keterlibatan beberapa lembaga dalam tataniaga rumput laut. Peranan beberapa lembaga dalam tataniaga rumput laut juga dapat dilihat dalam tataniaga rumput laut yang berasal dari wilayah Kecamatan Kuta Selatan. Beberapa lembaga yang terlibat dalam tataniaga rumput laut ini diantaranya adalah pedagang pengumpul, agen perantara dan eksportir. Lembaga tataniaga yang terdapat dalam saluran tataniaga rumput laut di wilayah Kecamatan Kuta Selatan diperoleh melalui metode snowball sampling yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan, pedagang pengumpul yang terlibat dalam saluran tataniaga rumput laut 54

berjumlah dua orang. Kedua pedagang pengumpul tersebut berasal dari wilayah Desa Sawangan, Kecamatan Kuta Selatan. Para pedagang pengumpul ini selanjutnya akan memasarkan rumput laut kepada satu orang eksportir yang sama yang berada di wilayah Provinsi Bali. Selain pedagang pengumpul dan eksportir, terdapat pula peranan agen perantara yang mengirimkan produk rumput laut yang berasal dari wilayah Desa Kutuh ke pihak eksportir yang berada di Surabaya. Masing masing individu dari lembaga tataniaga tersebut memiliki beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi kinerja serta kegiatan usaha yang dilakukan, data mengenai karakteristik individu dari responden lembaga tataniaga dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Individu dari Responden Lembaga Tataniaga Rumput Laut di wilayah Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan Lembaga Tataniaga Karakteristik Umur 25 tahun 25 50 tahun 50 tahun Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Perguruan Tinggi Pengalaman Usaha < 5 tahun 5 0 tahun Pedagang Pengumpul Agen Perantara Eksportir Orang % Orang % Orang % 2 50 50 50 50 00 00 00 00 2 2 2 00 00 00 Pada Tabel 2 tersaji data yang menunjukkan tingkat pendidikan dari responden akan mempengaruhi tingkatan individu dari lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga rumput laut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pelaku 55

eksportir memiliki tingkat pendidikan paling tinggi dibandingkan pelaku lembaga pemasaran yang lain yaitu hingga jenjang perguruan tinggi. Selain itu, pengalaman usaha dari para pelaku lembaga pemasaran sudah tergolong lama yaitu berkisar pada 5 0 tahun kecuali pada agen perantara yang baru menggeluti usaha pengangkutan rumput laut selama kurang dari lima tahun. 5.4. Kelompok Tani Kelompok tani rumput laut yang berada di Desa Kutuh berperan dalam aktivitas budidaya dan pemasaran hasil panen rumput laut milik anggota. Peranan kelompok tani dalam aktivitas budidaya meliputi penyediaan sarana budidaya dan memberikan panduan teknis dalam pelaksanaan budidaya rumput laut. Salah satu kelompok tani rumput laut di Desa Kutuh yaitu Kelompok Tani Segara Amerta menjadi kelompok tani terbaik dan memperoleh penghargaan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 200. Prestasi tersebut menjadikan aktivitas budidaya rumput laut di Desa Kutuh mendapatkan perhatian khusus seperti adanya bantuan untuk pembangunan pondok milik petani rumput laut. Salah satu keunggulan dari kelompok tani rumput laut di wilayah Desa Kutuh ini adalah adanya peranan kelompok tani dalam aktivitas tataniaga khususnya dalam memfasilitasi pemasaran hasil panen rumput laut kering milik petani. Kelompok tani memberikan persyaratan kualitas dari hasil panen rumput laut yang harus dipatuhi oleh masing masing anggota. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kadar air, kebersihan hasil rumput laut yaitu tidak ada kotoran seperti organisme laut lain yang menempel dan tidak mengandung pasir karena berdasarkan hasil wawancara dengan pihak kelompok tani yang mengatakan bahwa pasir dapat mempengaruhi kualitas dalam penepungan. Peranan kelompok tani dalam aktivitas tataniaga dimulai dengan pencarian informasi harga jual rumput laut yang berlaku di sentra pembudidayaan rumput laut di seluruh Indonesia selanjutnya pihak pengurus kelompok akan menentukan kisaran harga yang akan ditawarkan kepada calon pembeli. Selanjutnya pengurus kelompok akan menentukan jadwal penjualan di tingkat kelompok tani yang biasa dilakukan setiap dua bulan sekali. Pihak pengurus akan mengumpulkan hasil panen rumput laut kering dari setiap anggota. Rumput laut kering yang dikumpulkan telah dikemas dalam karung dengan volume ± 00 kg per karung. 56

Pengemasan yang dilakukan merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan oleh pembeli. Hasil panen rumput laut kering selanjutnya akan dikumpulkan di balai kelompok. Pelayanan lain yang diberikan oleh kelompok tani kepada para anggota adalah bantuan permodalan dengan penetapan bunga sebesar,5 persen per tahun. Pengembalian terhadap pinjaman dari masing masing anggota akan diperhitungkan pada saat waktu penjualan yang ditentukan. Kelompok tani juga menyediakan barang barang kebutuhan sehari hari seperti kebutuhan bahan pokok bagi para anggota. Fasilitas tersebut hanya diberikan kepada para anggota kelompok tani. Para petani rumput laut yang tidak tergabung dalam keanggotaan kelompok tani bisa melakukan penjualan melalui kelompok namun dengan pemberlakuan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan anggota kelompok tani yaitu dengan pemotongan harga sebesar Rp.000,00 per kilogram rumput laut kering. 5.5. Budidaya Rumput Laut 5.5.. Pemilihan Lokasi Budidaya Pemilihan lokasi yang tepat menjadi faktor utama dalam menentukan keberhasilan budidaya rumput laut. Hal ini dikarenakan pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi setempat, pertumbuhan rumput laut tentunya akan mempengaruhi tingkat produksi dan kualitas. Penentuan lokasi harus disesuaikan dengan metode budidaya yang akan digunakan. Pemilihan lokasi budidaya rumput laut perlu memperhatikan tiga faktor yang akan saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain, yaitu faktor ekologis, faktor kemudahan (aksesibilitas) dan faktor risiko (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2009). ) Faktor Ekologis Beberapa parameter terkait faktor ekologis yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya rumput laut antara lain : pergerakan air, kondisi dasar perairan, kedalaman, salinitas, kecerahan, pencemaran dan ketersedian bibit dan tenaga kerja yang terampil. 57

a) Pergerakan air Lokasi yang baik untuk budidaya rumput laut adalah lokasi perairan harus terlindung dari arus dan hempasan ombak yang terlalu kuat. Besarnya kecepatan arus yang ideal antara : 20 40 cm/detik. Indikator suatu lokasi yang memiliki arus yang baik adalah adanya tumbuhan karang lunak dan padang lamun yang bersih dari kotoran dan miring ke satu arah. Pergerakan air yang cukup akan membawa hara sebagai nutrisi yang cukup dan sekaligus mencuci kotoran yang menempel pada thallus, membantu pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi suhu air yang besar. Suhu yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 20 28 C. b) Dasar perairan dan kedalaman air Dasar perairan yang terdiri atas pecahan pecahan karang dan pasir kasar, dipandang baik untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii. Kondisi dasar perairan yang demikian merupakan petunjuk adanya gerakan air yang baik. Lokasi budidaya yang baik untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut Eucheuma cottonii adalah pada kedalaman 7 meter. Kedalaman air pada saat surut terendah minimal 0,40 meter. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada kedalaman perairan tersebut sinar matahari masih dapat mencapai tanaman dan petani tetap dapat melakukan kegiatan poduksi seperti pemasangan sarana budidaya. c) Salinitas Eucheuma cottonii adalah rumput laut yang bersifat stenohaline. Organisme ini tidak tahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik berkisar antara 28 35 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan kondisi salinitas tersebut harus dihindari lokasi yang berdekatan dengan muara sungai. d) Kecerahan Cahaya matahari merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis terjadi pembentukan bahan organik yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kecerahan perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari. 58

Kecerahan perairan yang ideal adalah lebih dari satu meter. Air yang keruh (biasanya mengandung lumpur) dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari di dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu. Di samping itu kotoran dapat menutupi permukaan thallus, dan menyebabkan thallus tersebut membusuk dan patah. Secara keseluruhan kondisi ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. e) Pencemaran Perairan yang telah tercemar oleh limbah rumah tangga, industri, maupun limbah kapal laut harus dihindari. Semua bahan cemaran dapat menghambat pertumbuhan rumput laut. f) Ketersediaan bibit Bibit rumput laut yang baik harus tersedia baik kuantitas maupun kualitas secara kontinyu. Apabila di lokasi budidaya tidak tersedia bibit maka harus didatangkan dari lokasi lain. g) Tenaga Kerja Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi budidaya terutama petani/nelayan lokal. Penggunaan tenaga lokal dapat menghemat biaya produksi dan sekaligus membuka peluang/kesempatan kerja. 2) Faktor Kemudahan Pemilik usaha budidaya rumput laut biasanya memilih lokasi yang berdekatan dengan tempat tinggal sehingga kegiatan monitoring dan penjagaan keamanan dapat dilakukan dengan mudah. Jarak maksimum yang direkomendasikan adalah satu kilometer. Lokasi diharapkan berdekatan dengan sarana jalan, karena akan mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, dan hasil panen. Hal tersebut akan mengurangi biaya pengangkutan. 3) Faktor Risiko a) Faktor Keterlindungan Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya dan tumbuhan rumput laut, maka diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin 59

dan gelombang yang besar. Lokasi yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung (ada penghalang atau pulau di depannya) b) Faktor keamanan Masalah pencurian dan perbuatan sabotase mungkin dapat terjadi, sehingga upaya pengamanan baik secara individual maupun bersama sama harus dilakukan. Beberapa pemilik usaha berupaya menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar juga harus dilakukan. c) Faktor Sosial Beberapa kegiatan perikanan (kegiatan penangkapan ikan, pengumpul ikan hias) dan kegiatan non perikanan (pariwisata, perhubungan laut, industri, taman nasional laut) dapat berpengaruh negatif terhadap aktivitas usaha rumput laut. 5.5.2. Pembibitan Bibit sebaiknya dipilih dari tanaman yang masih segar yang dapat diperoleh dari tanaman rumput laut yang tumbuh secara alami maupun dari tanaman budidaya. Penyediaan bibit harus tepat waktu yaitu segera setelah kontruksi rakit budidaya terpasang. Bibit yang digunakan berupa stek harus sehat, masih muda dan banyak cabang. Dalam penyediaan bibit sebaiknya diseleksi bibit yang baik dari hasil panen dengan ciri ciri : a) Bercabang banyak, rimbun dan runcing, b) Tidak terdapat bercak dan terkelupas, c) Warna spesifik (cerah), d) Thallus tidak berlendir dan layu, e) Bagian thallus transparan dan berpigmen, f) Bau alami, g) Bebas dari penyakit dan lumut efifit h) Umur 25 35 hari. i) Berat bibit yang ditanam adalah antara 50 00 g/rumpun. Selain pemilihan kriteria yang baik dalam penggunaan bibit pada kegiatan budidaya rumput laut, hal lain yang harus diperhatikan terkait dengan penanganan 60

bibit adalah dalam transportasi dan cara pengepakan bibit. Hal hal yang harus diperhatikan dalam transportasi bibit antara lain adalah : Bibit harus tetap dalam keadaan basah/lembab selama dalam perjalanan Tidak terkena air tawar Tidak terkena minyak atau kotoran kotoran lain Jauh dari sumber panas (seperti mesin kendaraan) Tidak terkena sinar matahari Sementara itu, dalam pengepakan bibit rumput laut, adapun tata cara yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : Karung plastik lebar sesuai dengan potongan potongan bibit yang akan dibawa Bibit rumput laut dimasukkan ke dalam karung plastik tanpa dipadatkan supaya bibit tidak rusak, mulut kantong kemudian diikat. Bagian atas kantong dilubangi dengan diameter sekitar cm untuk sirkulasi udara. Setelah sampai di tujuan, bibit harus segera dibuka dan direndam dalam air laut yang diberi aerasi kemudian diseleksi selanjutnya siap dilakukan penanaman. Dalam penyediaan bibit rumput laut, perlu diperhatikan kualitas dan kontinyuitas bibit. Sebaiknya bibit yang digunakan untuk budidaya adalah bibit yang berasal dari kebun bibit rumput laut yang berumur antara 25 35 hari. Namun pada kenyataannya masyarakat pembudidaya belum memahami dengan baik kegunaan dan keuntungan dari kebun bibit rumput laut tersebut, sehingga jumlah pembudidaya yang memiliki kebun bibit sendiri masih sedikit. Kebun bibit rumput laut merupakan unit budidaya rumput laut yang produksinya diperuntukkan sebagai penghasil bibit bukan untuk produk rumput laut kering. Tujuannya adalah untuk menghasilkan bibit dengan kualitas yang baik dan adaptif. Sebagai acuan dalam pembuatan kebun bibit rumput laut telah diterbitkan Standar Operasional Prosedur Kebun Bibit rumput laut. 5.5.3. Metode Lepas Dasar Metode ini ideal untuk dilakukan pada perairan yang dasarnya berpasir atau pasir berlumpur. Hal ini penting untuk memudahkan penancapan 6

patok/pancang. Metode lepas dasar merupakan metode budidaya rumput laut yang diterapkan di wilayah perairan di Kecamatan Kuta Selatan. Penancapan patok akan sulit dilakukan bila dasar perairan terdiri dari batu karang. Patok terbuat dari kayu yang kuat dengan (diameter sekitar 0 cm sepanjang m) yang salah satu ujungnya diruncingi. Jarak antar patok sekitar 2,5 m. Setiap patok dipasang berjajar dan dihubungkan dengan tali ris utama polyethylen (PE) berdiameter 8 mm. Jarak antara tali ris rentang sekitar 20 cm. Tali ris rentang yang telah berisi ikatan tanaman direntangkan pada tali ris utama dan posisi tanaman budidaya berada sekitar 30 cm di atas dasar perairan (perkirakan pada saat surut terendah masih tetap terendam air). Luasan yang ideal untuk mengaplikasikan metode lepas dasar biasanya seluas 00 m x 5 m. Luasan ini membutuhkan bahan bahan sebanyak ; Patok kayu : panjang m (diameter 0 cm) sebanyak 275 buah Tali ris rentang : bahan PE (diameter 4 5 mm) sebanyak 0 kg Tali ris utama : bahan PE (diameter 8 mm) sebanyak 5 kg Tali PE (diameter 2 mm) sebanyak kg Bibit rumput laut sebanyak.000 kg (ukuran bibit biasanya 50 00 g/titik) 5.5.4. Budidaya Rumput Laut di Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa Kegiatan budidaya rumput laut di wilayah Desa Kutuh dan Kelurahan Benoa dilakukan di wilayah lepas pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Aktivitas budidaya rumput laut di kedua wilayah telah dikelola dengan membentuk kelompok tani masing masing berjumlah empat kelompok tani di wilayah Pantai Kutuh, Desa Kutuh, dan satu kelompok tani di wilayah Pantai Geger, Kelurahan Benoa. Lokasi pembudidayaan rumput laut di wilayah Pantai Geger sudah mulai berkurang karena adanya proyek pembangunan hotel di sekitar pantai dan sebagian wilayah pantai ditujukan sebagai obyek wisata. Metode yang digunakan oleh petani dalam melakukan budidaya rumput laut baik di Pantai Kutuh maupun Pantai Geger adalah dengan menggunakan metode lepas dasar. Hal ini mengingat kedua wilayah pantai tersebut merupakan perairan yang memiliki kondisi dasar perairan yang berpasir. Penanaman rumput laut di kedua lokasi budidaya menggunakan alat berupa tali polyethylen yang 62

dibentangkan sepanjang 2,5 3 m, yang di sepanjang tal tersebut diikatkan diikatkan tali rafia dengan jarak di setiap ikatan sebesar 0 5 cm yang berfungsi untuk mengikat bibit rumput laut. Bibit yang digunakan oleh para petani rumput laut di lokasi penelitian, pada umumnya diperoleh dari sebagian hasil panen yang selanjutnya dibudidayakan kembali. Di wilayah Pantai Kutuh sendiri sempat diwacanakan untuk menciptakan areal khusus bagi kebun bibit rumput laut guna menciptakan keberlangsungan dalam penyediaan bibit. Namun hal ini belum dapat terealisasi mengingat areal yang dibutuhkan adalah areal yang bebas dari serangan penyakit tanaman pada rumput laut seperti penyakit ice ice. 63