1 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi informasi (information technology) telah menembus semua jenis organisasi, hampir setiap proses bisnis yang ada didukung oleh teknologi informasi [1]. Namun dewasa ini, TI tidak lagi digunakan hanya sebagai pendukung atau back office dalam menjalankan proses bisnis sebuah organisasi tetapi telah bertransformasi menjadi enabler atau bagian dari strategi organisasi [2],[3]. Berubahnya peran dan fungsi dari teknologi informasi menjadi enabler maka beberapa perusahaan berlomba-lomba dalam meningkatkan investasi organisasinya di bidang teknologi Informasi. Menurut Gartner, bahwa belanja teknologi informasi di seluruh dunia pada Tahun 2014 menunjukkan peningkatan 3,2% dari belanja Tahun 2013 peningkatan tersebut digunakan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan, lebih lanjut manurut survey gartner tren utama dalam pembelanjaan teknologi informasi berupa; perangkat lunak, perangkat keras, layanan TI dan layanan telekomunikasi (lihat Tabel 1.1) [4]. Tabel 1.1 Perkiraan Belanja TI Seluruh Dunia (Billions of U.S. Dollars) 2013 Spending 2013 Growth (%) 2014 Spending 2014 Growth (%) Devices 660-1.4 689 4.4 Data Center Systems 140-0.2 143 2.3 Enterprise Software 299 4.9 320 6.9 TI Services 922 1.8 964 4.6 Telecom Services 1,633-0.5 1,655 1.3 Overall IT 3,654 0.4 3,771 3.2 1
2 Melihat peningkatan investasi teknologi informasi perusahaan yang begitu sangat pesat, beberapa penelitian dilakukan untuk meneliti hasil dari investasi TI organisasi. Salah satu topik yang menarik dari hasil penelitian tersebut adalah timbulnya paradox produktifitas investasi teknologi informasi. Paradox TI timbul karena meskipun investasi yang besar dalam bidang TI dilakukan tapi hal tersebut belum mampu menghasilkan keuntungan produktivitas perusahaan yang signifikan, namun di sisi lain paradox TI timbul karena beberapa penelitian hanya menggunakan teori produksi dalam menghitung invesatsi TI yaitu menguji korelasi antara pengeluaran TI dengan produktivitas perusahaan [5]. Penerapan teknologi informasi dalam mendukung proses bisnis organisasi tidak hanya dilihat dari sisi investasi TI namun harus juga melihat dari sisi yang lain yaitu mempertanyakan kembali nilai balik dari investasi TI. Pengembalian hasil investasi TI merupakan salah satu aspek yang penting bagi organisasi agar keputusan investasi yang dilakukan dapat menopang proses bisnis. Keputusan yang buruk dalam investasi TI tidak hanya dapat membahayakan kelancaran bisnis organisasi tapi juga mengakibatkan terjadinya pemborosan [5]. Tren investasi TI bukan hanya terjadi di bidang swasta tetapi telah merambah di sektor pemerintah atau lebih dikenal dengan istilah e-goverment. Pemerintah sendiri telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government dimana setiap gubernur dan bupati/walikota diamanatkan untuk mengambil langkahlangkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masingmasing guna terlaksananya pengembangan e-government secara nasional. Pemerintah Kabupaten Sinjai memberikan perhatian yang besar atas peran TI dalam menopang kinerja pemerintah menuju good governance atau e-goverment dengan menetapkan rencana strategis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sebagai pedoman yang baku dalam pemanfaatan, penerapan dan pengembangan sumber daya teknologi informasi daerah [6]. Acuan tersebut dituangkan dalam suatu petunjuk dan pedoman yang disebut dengan Rencana
3 Induk Teknologi Informasi dan Komunikasi (RITIK) Kabupaten Sinjai 2013-2018. Pembelanjaan TI diharapkan mampu menopang kegiatan operasional dan strategis pemerintahan. Selain itu TI telah menjadi salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan kinerja pemerintah dan penggerak untuk mencapai visi, misi, tujuan, sasaran, Key Performance Indicator (KPI) dan program pemerintah sehingga dalam rangka memenuhi tujuan dari investasi TI tersebut maka tata kelola investasi TI harus diukur, dimonitor, dievaluasi secara berkala untuk memastikan realisasi manfaat [7]. Mengingat bahwa Investasi TI merupakan sebuah proyek yang bergerak secara menyeluruh pada fungsi dan unit bisnis di sektor pemerintah, hal tersebut merupakan sebuah tantangan tersendiri untuk memilih proyek-proyek investasi TI yang selaras dengan strategi pemerintah How do we maximize the value from IT investments? [8]. Banyak penelitian yang mengusulkan metode-metode untuk menangani masalah tersebut namun sebagian besar studi kasusnya mengkaji Investasi TI pada perusahaan, sedangkan studi disektor pemerintah berbeda. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui kondisi investasi TI pada salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Sinjai yaitu Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (BPKAD) dengan menggunakan VAL IT Framework. SKPD tersebut dijadikan objek penelitian karena mengingat BPKAD memiliki tupoksi strategis di bidang penatausahaan keuangan dan asset milik daerah. Selain itu, setiap proses bisnisnya telah memanfaatkan TIK seperti SIMAKDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah), SIADINDA (sistem Informasi Manajemen Akuntansi Dinas Daerah) dan SIM Gaji (Sistem Informasi Manajemen Gaji). Sedangkan VAL IT Framework dirilis oleh lembaga non-profit yaitu Information Technologi Governance Institute (ITGI), badan penelitian independen yang memberikan panduan bagi sebuah organisasi pada isu-isu yang berkaitan dengan tata kelola investasi TI. ITGI didirikan oleh ISACA (Information Systems Audit and Control Association) pada tahun 1998 yang memiliki kurang lebih 115.000 anggota
4 yang tersebar di 180 negara [9]. ITGI membuat kerangka atau panduan yang memberikan pandangan tata kelola TI yang komprehensif serta diterima dan diakui secara global [10]. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya posisi atau kematangan investasi TI pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Sinjai. 1.3 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan diantaranya oleh Danie Wihastuti, yang melakukan penelitian pada PT. Proporsi dengan menggunakan VAL IT. Penelitian itu dilakukan untuk menganalisis konsistensi dalam tata kelola investasi untuk memperoleh hasil dan manfaat yang maksimal bagi organisasi dalam melakukan suatu investasi teknologi informasi. Jalannya penelitian, pertama mengindentifikasi seluruh proses VAL IT pada PT. Prosisi menggunakan kueisioner, kemudian memakai Business case untuk menilai suatu perencanaan investasi TI berdasarkan analisis keselarasan TI dengan strategi PT Proporsi [11]. Yuhana melakukan penelitian dengan menggunakan VAL IT Framework untuk menilai investasi TI berupa pengembangan e-learning Politeknik Caltex Riau. VAL IT Framework diharapkan mampu memberikan nilai dan manfaat yang maksimal terhadap investasi TI yang dilakukan. Selain itu dengan penerapan VAL IT Framework dapat memberikan perbaikan proses untuk meningkatkan nilai dan level resiko yang dapat diterima sehingga organisasi dapat menentukan keputusan terbaik dalam investasi teknologi informasinya [12]. Kedua penelitian tersebut menggunakan VAL IT 1.0 Framework untuk menilai investasi TI pada Swasta dan Lembaga Pendidikan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah evaluasi investasi TI menggunakan VAL IT 2.0 Framework pada institusi pemerintah yaitu Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Sinjai.
5 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui posisi kematangan investasi TI pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Sinjai. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini mengevaluasi proses investasi TI yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Kabupaten Sinjai, dimana hasil pengkajian tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran tentang posisi investasi TI, menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan investasi TI di masa yang akan datang. Penelitian ini juga diharapkan mampu dijadikan salah satu bahan untuk melakukan penelitian sejenis selanjutnya.