BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pada hakekatnya Pasar Modal merupakan suatu kegiatan yang mempertemukan antara penjual dan pembeli dana untuk pertumbuhan perusahaan dan untuk memenuhi kelangsungan hidup perusahaan, adapun yang diperjualbelikan itu dipergunakan untuk jangka panjang atau lebih dari satu tahum. Definisi Pasar Modal menurut Fahmi (2012:55) adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham dan obligasi dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau memperkuat modal perusahaan. Pasar Modal adalah suatu pengertian abstrak yang akan mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang berkepentingan saling mengisi, yaitu calon pemodal (Investor) dari satu pihak emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau dana jangka panjang dilain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam arti abstrak) bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau dana jangka panjang. 2. Peranan Pasar Modal Peranan Pasar Modal dalam suatu perekonomian negara menurut Sunariyah (2006:9) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Tabungan Nilai mata uang cenderung akanturun dimasa yang akan datang. Bagi penabung, metode yang akan digunakan sangat dipengaruhi oleh kemungkinan rugi sebagai akibat penurunan nilai mata uang, inflasi, dan resiko hilang.apabila seseorang ingin mempertahankan nilai sejumlah uang yang akan memilikinya, maka perlu mempertimbangkan agar kerugian yang bakal dideritanya tetap minimal. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu mudah dan mudah, tanpa resiko adanya penurunan nilai mata uang untuk menginvestasikan dana. Dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. b. Fungsi Kekayaan Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami penyusutan (Depresiasi) seperti pada aktiva lainnya. Surat berharga mempunyai kekuatan beli pada masa yang akan datang. c. Fungsi likuiditas Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain. proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.
d. Fungsi pinjaman Pasar modal bagi perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan lebih murah, karena melihat kenyataan bahwa pinjaman dari bank dunia mempunyai rate bunga yang relatif tinggi. Selain itu, perusahaanperusahaan juga menjual obligasi di pasar modal untuk mendapatkan dana dengan biaya bunga rendah dibandingkan dengan bunga di bank. 2.1.2 Saham 1. Pengeritian Saham Saham merupakan bagian dari salah satu aset yang diperjual belikan atau diperdagangkan di pasar modal. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikanya atas aset-aset perusahaan dalam bentuk saham (stock). Pengertian saham mempunyai definisi yang beragam terdapat berbagai sumber yang menyatakan definisi tentang saham diantaranya menurut Hanafi (2012:124) saham merupakan bukti kepemilikan seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia memiliki perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas deviden, jika deviden tersebut dibayarkan. Sedangkan menurut Menurut Harjito dan Martono (2014:392) Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan. Sham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham memperoleh pendapatan dari deviden dan capital gain (selisih antara harga jual dengan harga beli). Berbeda dengan obligasi, saham tidak membayarkan pendapatan yang tetap. Berbeda dengan bunga, deviden tidak
harus dibayarkan apabila perusahaan tidak mempunyai kas. Kalaupun perusahaan mempunyai kas, tetapi perusahaan memerlukan kas tersebut untuk ekspansi, perusahaan juga tidak harus membayaran deviden. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa saham merupakan surat berharga yang menunjukkan bukti kepemilikan atas asset suatu perusahaan dan pemilik saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan sesuai dengan jumlah nilai penyertaan saham yang dimilikinya. Hak klaim atas penghasilan perusahaan biasanya berwujud dalam bentuk deviden yang dibagikan kepada pemegang saham. 2. Jenis-Jenis Saham Menurut Harjito & Martono (2014:40) jenis saham menurut manfaatnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan surat penyertaan kepemilikan (saham) yang mempunyai preferensi (keistimewaan) tertentu dibanding saham biasa. Keistimewaan tersebut antara lain mengenai pembayaran deviden dan pembagian kekayaan perusahaan apabila perusahaan yang bersangkutan dilikuidasi (dibubarkan). Saham preferen ini mempunyai sifat campuran, yaitu dalam beberapa hal mirip engan obligasi dan beberapa hal lain mirip dengan saham biasa. Hal ini mirip dengan obligasi adalah adanya pembayaran deviden yang sifatnya tetap pertahun dan biasanya deviden tersebut dibayar dahulu sebelum membayar deviden saham biasa. Sifat mirip saham biasa adalah mengenai umur saham preferen yang tidak mempunyai saat jatuh tempo
(perpetuity). Biasanya saham preferen memberi hak kepada pemiliknya untuk memperoleh pembayaran deviden yang tetap sebesar persentase tertentu tiap tahun jika pembayaran tersebut berlangsung selamanya, maka saham preferen tersebut tidak mempunyai batas umur atau perpetuity. b. Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan surat bukti kepemilikan atau surat bukti penyertaan atas suatu perusahaan yang mengeluarkan (emite). Emite ini berbentuk perseroan terbatas (PT). Apabila saham biasa tersebut diperjual belikan kepada masyarakat luas (publik) melalui bursa efek, berarti perusahaan yang mengeluarkannya sudah go public dan saham tersebut terdaftar (listing) di bursa efek. Sebagaimana saham preferen, saham biasa juga memberi hak deviden kepada pihak yang memilikinya. Deviden ini dibayarkan oleh emite setiap tahun apabila perusahaan mendapatkan laba. Jika emite tidak memperoleh laba, maka deviden tidak ada atau tidak dibayarkan. Namun demikian, walaupun emite memperoleh laba kadang-kadang deviden tidak dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini karena laba tersebut akan digunakan untuk cadangan dana bagi perusahaan, cadangan dana dari laba yang tida dbagi tersebut akan digunakan untuk mengembangkan perusahaan. 3. Harga Saham Harga saham diartikan sebagai harga pasar (market value). Harga pasar saham adalah nilai pasar sekuritas yang dapat diperoleh investor apabila investor
menjual atau membeli saham, yang ditentukan berdasarkan harga saham penutupan atau closing price di bursa pada hari ini yang bersangkutan. 2.1.3 Leverage 1. Pengertian Ratio Leverage Dalam mendefinikan rasio leverage Kasmir (2012:113) menyatakan sebagai berikutrasio solvabilitas (Leverage Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Artinya besar jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan modal sendiri". Dari aspek solvabilitas pun perusahaan lebih memilih pembelanjaan dengan menggunakan modal sendiri. Setiap tambahan modal asing atau pinjaman akan selalu menurunkan tingkat solvabilitasnya, dan setiap penambahan modal sendiri akan selalu menaikkan tingkat solvabilitas yang berarti makin besarnya jaminan bagi kreditur. Sedangkan menurut Hanafi (2013:41) rasio leverage adalah perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang jumlah utangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Rasio leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Dengan kata lain rasio leverage digunakan untuk menilai seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan berbahaya bagi sebuah perusahaan. Sehingga perusahaan harus pandai dalam memilih hutang mana yang layak diambil dan bagimana cara melunasinya.
2. Jenis-jenis Ratio Leverage Terdapat beberapa jenis rasio yang ada dalam ratio leverage. Hanafi (2013:41) mengemukakan bahwaterdapat beberapa jenis rasio leverageyang sering digunakan perusahaan. a. Debt to Asset Ratio Rasio ini menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi menggunakan aktiva (Harahap, 2015:304). Rasio ini diperoleh dari perbandingan utang perusahaan dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar rasio yang di dapat dianggap semakin aman bagi perusahaan. Total Utang Debt to Asset Ratio(DAR) = Total Aktiva Debt to asset ratio biasa digunakan untuk membaca porsi utang dengan porsi aktiva. Sehingga porsi hutang harus lebih kecil daripada porsi aktiva yang dimiliki. b. Debt to Equity Ratio Rasio ini digunakan untuk menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar (Harahap, 2015:303). Rasio ini biasa disebut dengan rasio leverage. Total Kewajiban Debt to Equity Ratio (DER) = Total Ekuitas Bagi pihak eksternal perusahaan semakin besar modal yang dimiliki akan semakin baik, karena mengurangi resiko gagal bayar terhadap utang yang dimiliki perusahaan tersebut. Sebaliknya, bagi pemegang saham dan manajemen rasio ini sebaiknya besar.
Dengan ini peneliti tertarik untuk meneliti ratio leverage dengan menggunakan Debt To Equity Ratio (DER) untuk mengukur sejauh mana perusahaan memenuhi besarnya utang untuk membayar kewajiban suatu perusahaan. Salah satu rasio yang paling banyak digunakan ialah rasio utang terhadap ekuitas. Besarnya utang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami pertimbangan antara resiko dan laba yang dipahami. Utang memiliki resiko karena setiap utang pada umumnya akan menimbulkan keterkaitan yang tetap bagi perusahaan berupa kewajiban membayar beban bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya (Principal) secara periodik. 2.1.4 Deviden 1. Pengertian Deviden Deviden adalah pembayaran bagian laba perusahaan kepada pemegang saham. Suatu perusahaan tidak harus membayar deviden kepada pemegang saham, namun demikian jika investor membeli saham dengan harapan akan mendapat deviden dan perusahaan tidak membayarnya maka mereka dapat menjual saham mereka. Jika terlalu banyak saham yang dijual maka nilai saham akan mengalami penurunan. Deviden dapat dibayar dengan uang atau dengan saham. Deviden saham adalah pembayaran dalam bentuk saham yang lebih banyak. Salah satu return yang akan diperoleh para pemegang saham adalah dividen. Menurut Sunariyah (2006:48) dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan
perusahaan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa dividen merupakan proporsi pembagian laba yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan. 2. Kebijakan Deviden Kebijakan deviden adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besarnya bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan diinvestasikan kembali (Re-investment) atau ditahan Menurut Agus Harjito dan Martono (2014:270) kebijakan deviden merupakan bagi yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan deviden (Dividend Policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa mendatang. Aspek penting dari kebijakan deviden adalah menentukan alokasi laba yang sesuai dianatara pembayaran laba sebagai deviden dengan laba yang ditahan perusahaan. Besar kecilnya deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari kebijaksaan deviden masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dari segi perusahaan, membagikan deviden kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan pertumbuhan perusahaan. Besarnya deviden yang akan menentukan seberapa besar bagian dari laba bersih itu ditanamkan sebagai laba ditahan.
3. Dividend Payout Ratio Salah satu rasio keuangan yang dapat menunjukkan tingkat keuangan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja suatu perusahaan yaitu DPR (Dividend Payout Ratio). DPR dapat didefinisikan sebagai rasio yang menunjukkan persentase dari laba per lembar saham yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai deviden dalam bentuk kas deviden. Semakin besar Dividend Payout Ratio maka akan semakin tinggi harga saham tersebut. Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share Earning Per Share X 100% Semakin tinggi Dividend Payout Ratio maka investor atau pemegang saham akan semakin diuntungkan tapi disisi lain akan memperkecil laba ditahan. Kebijakan deviden ini merupakan kebijakan yang sangat sulit, karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan keuntungan keadaan para pemegang saham atau menahannya dan jika dibagikan maka berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai deviden. Untuk menjaga kedua kepentingan yang akan tersebut maka perusahaan harus menempuh kebijakan deviden yang optimal. 2.1.5 Likuiditas 1. Pengertian Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap hutang lancarnya. Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya menggunakan aktiva lancarnya (Hanafi, 2013:37). Yang dimaksud
utang jangka pendek adalah utang perusahaan yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Dalam hal ini, likuiditas yang tinggi dianggap baik karena perusahaan dianggap mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tanpa melakukan penjualan aset. Tetapi untuk pemilik modal rasio likuiditas yang tinggi dianggap tidak baik. Karena aktiva lancar umumnya memiliki return atau tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan aktiva tetap. 2. Jenis-jenis Rasio Likuiditas Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu (Hanafi, 2013:37). a. Current Ratio Current ratio atau rasio lancar menggambarkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban-kewajiban lancar (Harahap, 2015:301). Current ratio ini dihitung dengan cara membagi aset lncar yang dimilliki dengan kewajiban jangka pendek perusahaan tersebut. Aktiva Lancar Current Ratio = X 100% Hutang Lancar Yang dimaksud aktiva lancar adalah aktiva atau harga yang dimiliki perusahaan dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk diuangkan. Secara teori semakin besar rasio lancar akan semakin baik untuk perusahaan karena perusahaan dianggap mampu untuk melunasi kewajibannya tanpa harus melakukan penjualan aset. Tetapi bagi pemegang saham atau pemiik modal hal ini dianggap tidak efektif karena manajemen dianggap tidak mampu mengefisienkan modal yang telah ditanamkan pada perusahaan tersebut.
b. Quick Ratio Quick ratio atau rasio lancar adalah rasio yang menujukkan kemampuan ativa lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar (Harahap, 2015:302). Rasio lancar ini mengeluarkan persediaan dalam perhitungan aktiva lacarnya. Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio = X 100% Hutang Lancar Rasio ini juga disebut dengan Acid Ratio. Aktiva lancar dalam perhitungan diatas adalah kas, surat berharga dan piutang. Alasan mengapa persediaan tidak iikutkan dalam perhitungan karena persediaan dianggap aktiva yang kurang likuid sehingga dalam perhitungan rasio lancar tidak diikutsertakan. Dengan ini peneliti tertarik untuk meneliti rasio likuiditas dengan menggunakan Current Ratio (CR) untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Nilai Current Ratio (CR) yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya. Sawir dalam Malintan (2012) menyatakan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham perusahaan bersangkutan, namun CR terlalu tinggi belum tentu baik karena kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang mengganggur (Aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Current Ratio. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk menentukan rasio lancar yang seharusnya. Rasio yang rendah menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva
lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap. Dapat disimpulkan bahwa aset lancar yang bernilai cukup besar yang dalam hal ini digunakan sebagai pembilang dalam perhitungan CR bisa saja lebih di dominasi oleh komponen piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual yang nilai dari kedua komponen ini lebih tinggi daripada nilai komponen aset lancar lainnya yang digunakan untuk membayar utang lancar. Jika hal ini dapat terjadi tentu rasio CR suatu perusahaan akan tinggi dan mengakibatkan kondisi perusahaan seakan-akan dalam kondisi yang likuid. 2.1.6 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman (Kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang (Kasmir, 2008). Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi sebuah kewajiban yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan jika Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah. Kusumawardani (2012) menemukan bukti empiris bahwa Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai
hubungan positif dan signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan konsep teori tersebut diatas, maka dapat diajukan hipotesis ke satu (H1) sebagai berikut: H1: Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh terhadap harga saham. 2.1.7 Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Harga Saham Kebijakan deviden merupakan suatu keputusan untuk menentukaan berapa besar bagian laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan akan ditahan dalam perusahaan untuk selanjutnya diinvestasikan kembali. Dalam penentuan besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan ada perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan target dividend payout ratio yang didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi pajak. Untuk dapat membayar deviden dibuat suatu rencana pembayarannya. Aspek penting dari kebijakan deviden adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai deviden dengan laba yang ditahan perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai deviden, maka akan mengurangi laba yang itahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Menurut penelitian Clarensia dan Azizah (2011), menyatakan bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan konsep teori tersebut diatas, maka dapat diajukan hipotesis ke dua (H2) sebagai berikut: H2: Dividend payout ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
2.1.8 Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham Menurut Kasmir (2012:129) mendefinisikan rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (Utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih. perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Current Ratio (CR) mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu peruahaan. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar dalam upaya menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Jika Nilai Current Ratio (CR) yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya. Sawir dalam Malintan (2012) menyatakan bahwa CR yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham perusahaan bersangkutan, namun CR terlalu tinggi belum tentu baik karena kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang mengganggur (Aktivitas sedikit) yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan. Menurut Windarini (2012) menyatakan bahwa secara simultan Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan konsep teori tersebut diatas, maka dapat diajukan hipotesis ke tiga (H3) sebagai berikut: H3: Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap harga saham. 2.1.9 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang telah meneliti beberapa pengaruh rasio yang berhubungan dengan harga saham akan digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini, yaitu:
No Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama & Metode Tahun Judul Variabel Penelitian Hasil 1. Ilham Reza Fahlevi (2013) 2. Jeany Clarensia, Sri Rahayu dan Nur Azizah (2011) 3. Tita Deitiana (2011) Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas Terhadap Harga Saham (Studi Empiris pada Industri Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010 Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Kebijakan Deviden Terhadap Harga Saham (Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Deviden Terhadap CR, ROA dan DER CR, ROE Perumbuhan Penjualan dan DPR CR, ROE, Perumbuhan Penjualan dan DPR Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi Berganda Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel likuiditas, profitabilitas dan kebijakan deviden mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan
4. Yulianty Hamid (2014) Harga Saham Pengaruh Price To Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. Periode Penelitian 1999-2012 PER dan DER Analisis Regresi Berganda terhadap harga saham, sedangkan variabel likuiditas, pertumbuhan penjualan dan deviden tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel price to earning ratio dan debt to equity ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham 2.2 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran merupakan pola yang menjadi pijakan peneliti untuk menetapkan solusi terbaik dalam mengetahui permasalahan pada penelitian ini. Berdasarkan tinjauan peneliti terdahulu dan landasan teori serta permasalahan yang telah dikemukakan sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis. Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio keuangan dengan menggunakan aspek aspek yang akan diteliti yaitu rasio leverage, kebijakan deviden dan rasio likuiditas. Jika rasio leverage, rasio kebijakan deviden dan rasio likuiditas baik maka akan meningkatkan harga saham.
Berikut ini gambaran rerangka pemikiran yang tersaji pada gambar 1 sebagai berikut ini: Kinerja Keuangan Rasio Keuangan Leverage Kebijakan Deviden Likuiditas Baik 2.3 Rerangka Konsep Penelitian Gambar 1 Rerangka Pemikiran Rerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Rerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Harga Saham Naik
Berikut ini gambaran rerangka konsep penelitian yang tersaji pada gambar 2 sebagai berikut: Debt to Equity Ratio (DER) Devidend Payout Ratio (DPR) Current Ratio (CR) X1 X2 X3 Harga Saham (HS) Y Gambar 2 Rerangka Konsep Penelitian 2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan rerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh terhadap harga saham. H2: Dividend Payout Ratio mempunyai pengaruh terhadap harga saham. H3: Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap harga saham.