BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ).

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI KELAS VI SD NEGERI NO181/VII GURUH BARU II MANDIANGIN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini, membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, tinjauan pustaka

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

69 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Agusnoto. SD Negeri Ketitangkidul, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mengembangkan berbagai ragam potensi anak didik,

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

I. PENDAHULUAN. disusun oleh satuan pendidikan. Dengan mengacu kepada Standar Isi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB III ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH. Observasi diadakan di kelas VIIA MTsN Bangkalan tahun pelajaran. 2009/2010 pada bulan Nopember Desember 2009.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini yaitu siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 25 orang terdiri dari 10

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Sukabumi Kecamatan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think. pair Share (TPS) pada Mata Pelajaran Ekonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB I PENDAHULUAN. IPA itu suatu cara atau metode mengamati Alam (Nash, 1963) maksudnya, membentuk suatu perspektif baru tentang objek yang diamati.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Cooperative Learning Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning, karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning. Bennet dalam Isjoni (2008) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu: 1) Positive lnterdependence; 2) Interaction Face to Face; 3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok; 4) Membutuhkan keluwesan; 5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah Positive lnterdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merpakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya. Untuk menciptakan suasana tersebut, guru perlu merancang struktur dan tugas-tugas kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami bahan pelajaran. Kondisi seperti ini memungkinkan setiap siswa merasa adanya ketergantungan secara positif pada anggota kelompok lainnya dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, yang mendorong setiap anggota kelompok untuk bekerjasama. Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompok menjadi lebih kuat pribadinya. Menumbuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan penting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat. Para siswa mengetahui tingkat keberhasilan dan efektifitas kerjasama yang telah dilakukan. Untuk memperoleh informasi itu para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerjasama sebagai satu tim, seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok bagaimana mereka saling membantu satu sama lain, bagaimana mereka bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan apa yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas. Pembelajaran kooperative learning sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain,mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling mem- bantu dan berlatih dan berinteraksi komunikasi sosiali sasi karena kooperatif adalah mini- ature dari hidup bermasyarakat,dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif ( kompak parsitipatif ), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 5 siswa, siswa hiterogen ( kemampuan, gender, karakter ), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintak pembelajaran kooperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok hiterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok dan pelaporan. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperative learning. Sebenarnya semua model, metode dan srategi pembelajaran itu baik, semua tergantung kepada guru yang mengelola proses pelaksanaannya. Masing-masing guru juga memiliki kelebihan dan kekurangannya, akan tetapi semua itu sangat tergantung kepada pemahaman dan ketrampila guru dalam pelaksanaannya. Menurut Jarolimek dan Parker (1993) kelebihan kooperative learning yaitu :

1.Saling ketergantungan yang positip. 2.Adanya pengakuan untuk merespon perbedaan individu. 3.Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4.Susana kelas cenderung rileks dan menyenangkan. 5.Hubungan antara siswa dan guru lebih bersahabat. 6.Ada kesempatan mengungkapkan emosi yang menyenangkan. Sedangkan kekurangannya menurut Jarolimek dan Parker ( 1993 ) yaitu : 1.Persiapan pembelajaran harus lebih matang 2.Perlu lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu. 3.Lebih banyak membutuhkan fasilitas, alat dan biaya. 4.Saat diskusi kadang topik yang dibahas melebar. 5.Saat diskusi ada siswa yang mendominasi ada yang pasip. Sebenarnya apabila guru bisa berperan baik sebagai fasilitator, motifator, media- tor maupun evaluator maka kekurangan yang ditemukan dalam model pembelajaran kooperative learning dapat diminimalkan. Peran guru juga sangat penting dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif agar kegiatan pembelajaran berlangsung lancar. 2.2 Hakikat Pembelajaran IPA Melalui pengamatan kasat mata terhadap segala sesuatu yang berada di sekitar kita, maka kita akan menemukan bahwa bumi tempat kita hidup atau alam semesta ini ternyata penuh dengan fenomena-fenomena yang menakjubkan, penuh dengan keragaman yang memukau, yang kesemuanya itu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kepada kita tentang mengapa dan bagaimana semua itu dapat terjadi. Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) merupakan suatu ilmu yang menawarkan cara-cara kepada kita untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, IPA pun menawarkan cara kepada kita untuk dapat memahami kejadian, fenomena, dan keragaman yang terdapat d alam semesta, dan yang paling penting adalah IPA juga memberikan pemahaman kepada kita bagaimana caranya agar kita dapat hidup dengan cara menyesuaikan diri terhadap hal-hal tersebut. 2.3 Kajian Hasil Belajar IPA

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni et al. 2005). Perolehan aspek-aspek perubahan perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom dalam Anni et al. (2005) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu: penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup. Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas. Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan. 2.4 Penelitian yang relevan Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah, Sri (2008) dengan judul Penerapan Kooperatif Tipe STAD Guna Meningkatkan Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran PKN kelas VI di SD N 3 Nolokerto Kendal.Dengan hasil kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD, dengan nilai yang diperoleh pada siklus I yaitu 55,55 atau 18,5% siklus II 63,70 atau 48% dan siklus III dengan nilai 75.18 atau 81,5%.

Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Yani, Budiyati (2009) dengan judul Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada siswa kelas IV SD N Banjarsari 08 Pekalongan, menunjukkan siklus I aktifitas siswa 65,41% di siklus II meningkat menjadi 85,38% dengan ketuntasan belajar sebesar 87,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajar- an Kooperatif Learning Tipe STAD sangat efektif untuk meningkatkan aktifitas siswa dan juga meningkatkan hasil belajar siswa. 2.5 Kerangka Berpikir : Sesuai dengan silabus untuk kelas V semester I, kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran Sains IPA tentang Organ Pernafasan Manusia adalah siswa dapat mencari hubungan antara bagian-bagian organ pernafasan manusia dengan fungsinya. Keberhasilan pembelajaran ini ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran pada aspek kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa yaitu minat. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini akan tetapi di sekolah belum banyak tindakan dari para guru untuk meningkatkan minat siswa. Oleh karenanya untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru perlu merancang program pembelajaran, pengalaman belajar, penilaian hasil belajar yang memperhatikan karakteristik aspek afektif siswa. Oleh karena itu, perlu diterapkan pendekatan kooperative learning pada materi Organ Pernafasan Manusia yang proses pembelajarannya akan dilaksanakan sebagai berikut: a. Pendahuluan yaitu memberi apersepsi yaitu tanya jawab tentang materi yang telah diberikan sebelumnya serta menghubungkannya dengan materi yang akan dipelajari. b. Penyampaian informasi tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Penyampaian informasi ini penting supaya peserta didik bisa mempersiapkan pikiran apa kegiatan yang akan segera dilakukan.

c. Pengarahan strategi pembelajaran. Pada kegiatan ini peserta didik diarahkan untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan apa yang telah dipersiapkan. d. Membentuk kelompok hiterogen terdiri dari laki laki dan perempuan terdiri dari empat sampai lima peserta didik. e. Melakukan kerja kelompok sesuai dengan kelompoknya masing masing. f. Presentasi, yaitu memberi kesempatan setiap kelompok untuk menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilakukan. g. Pelaporan hasil dari kerja kelompok h. Refleksi, yaitu siswa merefleksikan kembali apa yang telah dipelajari untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap materi yang baru saja dipelajari. Dengan demikian, hasil pembelajaran diharapkan mampu membuat siswa belajar secara aktif dan berfikir secara kreatif sehingga mampu menemukan suatu pengetahuan maupun konsep yang baru berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap suatu objek. Jadi, fungsi guru di sini hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar, yaitu: a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. b) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri. Jadi, pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru (teacher s centered) tetapi juga dipusatkan pada siswa (student s centered), sehingga siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dengan adanya keterlibatan aktif siswa, hasil belajar dapat tercapai secara optimal dan mengalami peningkatan minat terhadap mata pelajaran IPA.

Pemberian Tindakan Perbaikan Pembelajaran Prestasi Belajar IPA Rendah Penerapan Pembelajaran Cooperative Learning 1.Informasi 2.Pengarahan-Strategi 3.Bentuk kelompok 4.Kerja kelompok 5.Presentasi 6.Pelaporan Prestasi Belajar Siswa naik 2.5 Hipotesis Tindakan : Hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Pendekatan Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Organ Pernafasan Manusia bagi siswa kelas V semester I SD Negeri Batiombo 02 Tahun pelajaran 2013/2014.