Jurnal Desiminasi Teknologi, Vol. Nomor, Januari ISSN 33-X PENJADWALAN OPERASI PEMBANGKIT PLTG GUNUNG MEGANG BERDASARKAN BIAYA BAHAN BAKAR Yusro Hakimah*) Abstrak: Biaya bahan bakar pada umumnya adalah biaya paling besar yaitu kira-kira persen dari biaya operasi keseluruhan. Pengendalian biaya operasi ini merupakan hal yang pokok karena optimalisasi biaya bahan bakar dapat menghemat biaya operasi serta dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. Konfigurasi pembebanan atau penjadwalan pembangkit yang berbeda dapat mengakibatkan biaya operasi pembangkit yang berbeda pula, tergantung dari karakteristik masing-masing unit pembangkit yang dioperasikan. Penjadwalan pembangkit sangat penting bagi pengoperasian suatu pembangkit, terutama pembangkit termal, karena berkaitan langsung dengan biaya bahan bakar. Adapun kombinasi kerja unit pembangkit yang paling ekonomis adalah untuk keluaran daya dengan beban sebesar MW, maka biaya bahan bakar paling ekonomis,7 dolar perjam.untuk keluaran daya dengan beban sebesar MW maka biaya bahan bakar paling ekonomis,3 dolar perjam. Untuk keluaran daya sebesar MW maka biaya bahan bakar paling ekonomis 3, dolar perjam. Untuk keluaran daya sebear MW maka biaya bahan bakar paling ekonomis 7, dolar perjam. Kata kunci: konfigurasi pembebanan, biaya bahan bakar, efisensi Abstract: Fuel costs in general is the biggest cost that is roughly percent of overall operating costs. Controlling the cost of this operation is essential for the optimization of the cost of fuel can save operating costs and can produce the maximum benefit for the company. Loading configuration or scheduling of the different plants can result in plant operating costs are different, depending on the characteristics of each generating unit operated. Generating scheduling is very important for the operation of a plant, especially the thermal power plant, as it relates directly to the cost of fuel. The combination of work generating units are the most economical to the output power with a load of MW, the most economical fuel costs.7 dollars perjam.untuk output power with a load of MW, the most economical fuel costs.3 dollars per hour. For a power output of MW, the most economical fuel costs 3. dollars per hour. For sebear power output of MW, the most economical fuel costs 7. dollars per hour. Keywords: loading configuration, fuel costs, efficiency *) Dosen Program Studi Teknik Elektro,Fakultas Teknik, Universitas Tridinanti Palembang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Sumatera Selatan demikian pesat, sehingga perlu penyediaan energi listrik yang cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut. Apalagi wilayah Sumatera Selatan di kenal sebagai daerah lumbung energi terutama cadangan gas yang cukup besar, sehingga memungkinkan dibangun pembangkit listrik yang berbahan bakar gas. Dalam pengoperasian suatu pembangkit tenaga listrik tujuan utamanya adalah menyediakan tenaga listrik yang Seekonomis mungkin dengan memperhatikan mutu dan keandalan. Biaya bahan bakar pada umumnya adalah biaya paling besar yaitu kira-kira persen dari biaya operasi keseluruhan. Pengendalian biaya operasi ini merupakan hal yang pokok karena optimalisasi biaya bahan bakar dapat menghemat biaya operasi serta dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan. 3
Penjadwalan Operasi Pembangkiy PLTG Gunung Megang Berdasarkan Biaya Bahan Bakar Karena itulah, penulis tertarik untuk mengambil judul Optimalisasi Operasi Pembangkit PLTG Gunung Megang. Berdasarkan Biaya Bahan Bakar untuk memberikan solusi bagaimana melakukan konfigurasi pembebanan atau penjadwalan pembangkit sehingga diperoleh penghematan biaya bahan bakar dengan daya yang dihasilkan seoptimal mungkin. Rumusan Masalah Agar dapat menghasilkan produksi listrik yang lebih ekonomis dengan biaya bahan bakar yang minimum, maka permasalahan yang akan dibahas adalah:. Berapa besar biaya bahan bakar dalam setiap pengoperasian masing masing masing unit pembangkit. Menentukan unit mana yang paling ekonomis atau hemat Tujuan Penellitian Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah menghitung besarnya biaya bahan bakar masing masing unit pembangkit dalam setiap pengoperasiannya dan menentukan konfigurasi pembebanan atau kombinasi kerja diantara unit pembangkit yang ada agar didapat pembebanan yang optimal dengan biaya yang lebih ekonomis. Karakteristik Masukan - Keluaran Pembangkit Thermal Karakteristik masukan dan keluaran pembangkit menyatakan hubungan antara besar energi yang terkandung dalam bahan bakar (MMBTU/jam) dan besar energi listrik (MW/jam) yang dihasilkan oleh pembangkit. Bila harga ini dibagi terhadap satuan waktu akan didapat hubungan antara (MMBTU/jam) dan daya keluaran pembangkit (MW).Karakteristik ini digambarkan oleh suatu kurva masukankeluaran pembangkit yang dapat dilihat pada gambar. yaitu suatu kurva masukan yang khas merupakan pemetaan terhadap keluaran daya dari unit pembangkit dalam MW. Untuk membangkit energi daya listrik sebesar Pn (MW) selama satu jam, dibutuhkan energi bahan bakar sebesar (MMBTU) Masukan F (MMBTU/jam) LANDASAN TEORI Karakteristik Ekonomi Pembangkit Tenaga Listrik Berikut ini adalah karakteristik atau parameter ekonomi yang digunakan pada pembangkit tenaga listrik : F n Keluaran P(MW) Biaya Produksi Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan pembangkit sehingga menghasilkan tenaga listrik. Biaya produksi berdasarkan hubungannya dengan besar daya keluaran pembangkit, dapat dibedakan atas biaya tetap ( fixed cost ) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ( fixed cost ) meliputi : - Upah karyawan - Biaya pemeliharaan dan perbaikan komponen - Biaya administrasi, dll.. Biaya tidak tetap ( variable cost ) P min P n P maks Gambar. Kurva masukan-keluaran suatu unit pembangkit Kurva masukan-keluaran suatu pembangkit listrik tenaga thermal dapat diperoleh melalui beberapa cara sebagai berikut :. Pengetesan karakteristik ( performance testing ) Cara ini merupakan yang paling teliti dan baik akan tetapi sangat mahal. Berdasarkan data operasi (operating record ) 3. Berdasarkan data pabrik ( manufactures guarantee data ) 3
Yusro Hakimah Operasi Ekonomis Sistem Tenaga Operasi ekonomis adalah proses pembagian atau penjatahan beban total kepada masing-masing unit pembangkit, seluruh unit pembangkit dikontrol terusmenerus dalam interval waktu tertentu sehingga dicapai pengoperasian yang optimal, dengan demikian pembangkitan tenaga listrik dapat dilakukan dengan cara yang paling ekonomis. Ada beberapa metode dalam penjadwalan pembangkit dalam usaha menekan biaya operasi, yakni ;. Berdasarkan umur pembangkit. Berdasarkan rating (daya guna) pembangkit 3. Berdasarkan kriteria peningkatan biaya produksi yang sama ( equal incremental cost ) ` Pembebanan Optimal Unit Pembangkit Metode yang sering digunakan sekarang adalah metode peningkatan biaya produksi yang sama bagi setiap unit. Metode ini lebih baik karena solusinya berdasarkan kriteria ekonomis, yaitu biaya pembangkitan ( pengoperasian ) minimum. Permasalahan yang dihadapi pada jadwal kerja terdiri dari masalah yang saling berkaitan, kedua masalah tersebut adalah :. Unit Commitment, yaitu penentuan kombinasi unit-unit pembangkit yang bekerja dan tidak perlu bekerja pada suatu periode untuk memenuhi kebutuhan beban sistem pada periode tersebut dengan biaya yang ekonomis.. Economic Dispatch, yaitu menentukan keluaran masingmasing unit yang bekerja dalam melayani beban, pada batas minimum dan maksimum keluarannya, untuk meminimasi rugi-rugi saluran dan biaya produksi. Suatu sistem yang kebutuhan bebannya disuplai oleh lebih dari satu pembangkit thermal, maka biaya bahan bakar sistem merupakan penjumlahan dari masingmasing unitnya. Persamaan yang berlaku dinyatakan sebagai berikut : m F = (.) i a i + bi.p i ci.p i...... sedangkan total daya beban sistem adalah : m Pt = i P i... (.) Untuk mencari efisiensi biaya bah an bakar dari persamaan diatas, maka turunan pertama dari persamaan adalah nilai optimalnya (exstrem minimum). Sehingga : df i / dp i = (i=,...m) Oleh karena persamaan () harus bernilai tetap yakni jumlah pembebanan unit-unit pembangkit sama dengan beban sistem, dan bila incremental fuel consumption dari lagrange multiplier dinyatakan sebagai, maka kondisi optimal pembangkit dicapai : dfi / dpi =... (.3) Untuk mencapai nilai efisiensi sistem, maka unit-unit pembangkit harus dioperasikan dengan pertambahan pemakaian bahan bakar (λ) yang sama atau dikenal dengan equal incremental cost loading principle, sehingga berlaku persamaan berikut : = df / dp = df / dp =... (.) Penyelesaian lain dapat juga dilakukan dengan : F i (P i ) = a i + b i.p i + c i.p i Dengan persamaan (.), didapat : b i +.c i.p i = sehingga λ adalah : m = Pt+ i m... (.) i (b i /c i ) ci - Sedangkan pembebanan untuk masingmasing unit pembangkit diperoleh dengan persamaan berikut : 33
Penjadwalan Operasi Pembangkiy PLTG Gunung Megang Berdasarkan Biaya Bahan Bakar P i = bi ci... (.) Dimana : F T = biaya bahan bakar total Fi(Pi)= biaya bahan bakar untuk pembangkit ke i Pi = beban unit pembangkit ke i n = jumlah unit - unit pembangkit METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Meppo-Gen UP. Gunung Megang Muara Enim. Pengambilan data berupa data masukan bahan bakar terhadap keluaran daya serta harga bahan bakar pada saat data tersebut diperoleh. Operasi Pembangkit PLTG Gunung Megang PLTG Gunung Megang pada saat ini mempunyai dua unit pembangkit yang menyuplai energi listrik ke PT. PLN dengan kapasitas kontrak sebesar MW. Dimana i = indeks nomor unit unit pembangkit = biaya bahan bakar tambahan ( MMBTU/jam ) ai = konstanta a untuk pembangkit ke i bi = konstanta b untuk pembangkit ke i ci = konstanta c untuk pembangkit ke - i pengaturan beban pada pusat pembangkit disesuaikan dengan permintaan beban dari dispatcher dalam hal ini adalah PT. PLN P3B Sumatera yang berpusat di Padang, sesuai dengan rencana operasi harian ( ROH ) yang dikirimkan secara kontinyu kepada PLTG Gunung Megang. Adapun variasi permintaan beban yang sering dilakukan oleh PT. PLN P3B Sumatera pada PLTG Gunung Megang adalah MW, MW, MW, dan MW. Sedangkan PLTG Gunung Megang setiap minggu mengirimkan Rencana Daya Mampu Netto ( RDM ) kepada PT. PLN P3B Sumatera yang menyatakan kesiapan operasi pembangkit. Tabel 3. Data pembangkit PLTG Gunung Megang UNIT & GAS TURBIN MERK GENERAL ELECTRIC TYPE/MODEL LM PC NDEG GT (UNIT ) & GT (unit ) N.SERIE 9-37 (Unit ) & 9-7 (Unit ) POWER (KW) 3. MADE IN USA / (Unit ) & (Unit ) GENERATOR MERK MEIDENSHA TYPE/MODEL FRAME LL EK-AFT NO.SERIE N 79 R (Unit ) & N 7 R (Unit ) POWER (KVA). MADE IN JAPAN Data Masukan dan Keluaran PLTG Gunung Megang Data masukan dan keluaran PLTG Gunung Megang dapat dilihat pada tabel 3. sebagai berikut : 3
Yusro Hakimah Tabel 3. Data Beban dan Masukan Bahan Bakar PLTG Gunung Megang N Jam Beban ( MW / jam ) Masukan Bahan Bakar (MMBTU/jam),,,9,,,9 3,,,7 3,,,7,, 93,3,,,9 7,, 9,93 7,, 3,7 9,, 9,93 9, 3,3 3,73, 3,9 3,73, 3,3 3,9 3, 3,3 3,9 3,, 9,37,, 9,37, 9, 9,37 7,,7 3,7 7,, 33,3 9,, 33,3 9,,9 33,3, 33,3, 33,3 3,,7 33,3 3, 3, 39,, 3, 39, 7 7,9 Dari data masukan dan keluaran tersebut diatas didapat persamaan kuadrat : F (P ) = a + b P + c P Dimana : F (P) = Biaya pembangkitan ( Rupiah/jam) P = Daya ( MW Data Masukan dan Keluaran PLTG Gunung Megang Data masukan dan keluaran PLTG Gunung Megang dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut : Tabel 3.3 Data Beban dan Masukan Bahan Bakar PLTG Gunung Megang N Jam Beban ( MW / jam ) Masukan Bahan Bakar (MMBTU/jam).. 9.93.. 9.93 3.. 7. 3.. 7... 93.3 3
Penjadwalan Operasi Pembangkiy PLTG Gunung Megang Berdasarkan Biaya Bahan Bakar.. 9.93 7.. 7. 7.. 7. 9.. 7. 9. 3.3.. 3 3.73. 3.3 3.9 3. 3.3 3.9 3. 3.3.. 3. 9.37. 3. 3.73 7..9 3. 7..3 3.7 9..3 3.7 9..7 33.3. 33.3. 33.3 3..3 33.3 3. 3. 39.. 3. 39. 77 73. Harga Bahan Bakar Pada pembangkit PLTG Gunung Megang, pasokan bahan bakar gas alam di suplai oleh PT. Medco E & P yang berasal dari Stasiun Medco Rambutan beserta Stasiun Lagan. Sesuai perjanjian jual beli gas antara pihak PT. Meppo-gen sebagai pemilik dan pengelola PLTG Gunung Megang dan PT. Medco E & P selaku pemasok gas sebagai bahan bakar pembangkit maka harga gas alam yang dibeli oleh PT. Meppo-gen dari pihak PT. Medco E & P adalah sebesar.3 dolar per MMBTU. PERHITUNGAN DAN ANALISA Pembentukan persamaan biaya bahan bakar ( MMBTU/jam ) pada PLTG Gunung Megang Hasil perhitungan data masukan keluaran PLTG Gunung Megang yang ada pada table 3., dengan menggunakan metode kuadrat terkecil polinom ordo dapat dilihat pada table. sebagai berikut : Tabel. Perhitungan dengan metode kuadrat terkecil PLTG Gunung Megang n (X) Y (X)² (X)³ (X) (X)Y (X).Y,,7, 373,7 77, 7,3 3,993,,7, 373,7 77, 7,3 3,993 3, 93,3 3,3 379, 9,9 3,7 99,93, 3,7,, 3, 79, 933,79, 9,93, 9, 739, 9, 9,39, 9,93, 9, 739, 9, 9,39 7,,9,,37,, 99,7,,9,,37,, 99,7 9,,9,,37,, 99,7, 9,37, 39, 97, 7,93 399,9 3
Yusro Hakimah, 9,37, 39, 97, 7,93 399,9 9, 9,37,,7 777,7 9,3,7 3 3,3 3,73 9,9 7,7 9, 993,,3 3,9 3,73 9, 93,9 9,3 977,93 97,7 3,3 3,9,9 39,977 7,, 393,77 3,3 3,9,9 39,977 7,, 393,77 7 3, 39, 33, 7, 93,3 93,9 93,3 3, 39, 33, 7, 93,3 93,9 93,3 9,7 3,7,9 79,3 7399, 333,9 33,93, 33,3, 797,3 77,39 3,7,933, 33,3, 797,3 77,39 3,77,933,9 33,3 7, 7,99 7993,9,3,9 3 33,3 9 7, 9,73 93,7 33,3 9 7, 9,73 93,7,7 33,3 73,9 7,73 3373,3 9,3 337,9 n= 7 7,9 3, 7, 339, 379, 373,3 Sehingga didapat : n = Xi = 3, Xi. Yi = 379, Xi = 7 Xi 3 = 7, Xi.Yi = 373,3 Yi = 7,9 Xi = 339, 7 3, 7 3, 7, 3, 7, 339, a b = c 7,9 379, 373,3 Setelah dilanjutkan dengan metode Gauss-Jordan, didapat : a,9997 b =,7 c,7337773 (Perhitungan dapat dilihat pada lampiran A) Sehingga : F ( P ) = a + b P + c P F =,9997 +,7 P,7337773 P df =,7,7 P dp Tabel. Perhitungan dengan metode kuadrat l PLTG Gunung Megang n (X) Y (X)² (X)³ (X) (X)Y (X). Y. 7. 37. 3...93 3.3. 7. 37. 3...93 3.3 3. 93.3. 373.7 77. 993.39 39.3. 7.. 9. 739. 3. 9.9. 7.. 9. 739. 3. 9.9. 7.. 9. 739. 3. 9.9 7. 9.93..37. 373.3.777. 9.93..37. 373.3.777 9. 9.93..37. 373.3.777 37
Penjadwalan Operasi Pembangkiy PLTG Gunung Megang Berdasarkan Biaya Bahan Bakar 3.3. 9.9 7.7 9..73 7.7 3.3. 9.9 7.7 9..73 7.7 3. 9.37 93. 37. 3. 9.779 77.9 3 3 3.73 9 979 93 9.7 97.7 3. 3.73 9.9 399. 977. 93.3 3.37 3.3 3.9.9 39.977 7.. 393.77 3.3 3.9.9 39.977 7.. 393.77 7 3. 39. 3. 737.9 77.99 9.9 37.7 3. 39. 3. 737.9 77.99 9.9 37.7 9.9 3. 7. 7.99 7993.9 3939. 7.733.3 3.7 7.9 7.997 9937.37.9 9.33.3 3.7 7.9 7.997 9937.37.9 9.33.7 33.3 73.9 7.73 3373.3 9.3 337.9 3 33.3 7 7 39..3. 33.3 7 7 39..3..3 33.3 79.9 7.97 3.7 377.3 9.7 77 73.. 993.9 379. 373.7 7. Sehingga didapat : n = Xi =, Xi. Yi = 373,7 Xi = 77 Xi 3 = 993,9 Xi.Yi = 7, Yi = 73, Xi = 379, 77, a 73, 77, 993,9 b = 373,7, 993,9 379, c 7, Setelah dilanjutkan dengan metode Gauss-Jordan, didapat : a,97 b = 9,9799 (Perhitungan dapat dilihat pada lampiran A) c,79 Sehingga : F ( P ) = a + b P + c P F =,97 + 9,9799 P,79 P df = 9,9799, P dp Perhitungan laju biaya bahan bakar tambahan (MMBTU/jam) pada PLTG Gunung Megang P + P = 3 => P = 3 P,7 -,7 P = 9,9799 -, P,7 -,7 P = 9,9799, (3 P ),37 =,779 P P =,7737 MW F =,9997 +,7 P,7337773 P =,9997 +,7(,7737),7337773 (,7737) = 9,9 MMBTU/jam 3
Yusro Hakimah =,9 $/jam F =,97 + 9,9799 P,79 P =,97+9,9799(,93)-,79(,93) = 9,97 MMBTU/jam = 39,7 $/jam F T = F + F =, $/jam Tabel.3 Perhitungan laju biaya bahan bakar tambahan Biaya bahan bakar P TOTAL P ( MW ) (MW) P (MW) ($/jam) Biaya bahan bakar F F F + F ( $/jam ) 3.7737.93.9 39.7..3 9.73777 9.7 9.7..79.3 3..3 9.33.77373 3.377 7.3.3 3. 7 33.7 3.93 73.3 7.3 9. 37.7.99977 7. 33.7 9. Perhitungan pemakaian bahan bakar (MMBTU/jam) terhadap keluaran Daya pada PLTG Gunung Megang P = MW F =,9997 +,7P,7337773P =,9997 +,7(),7337773() = 9,37999 MMBTU/jam =, $/jam Perhitungan pemakaian bahan bakar (MMBTU/jam) terhadap keluaran Daya pada PLTG Gunung Megang P = MW F =,97 + 9,9799P,79P F =,97 + 9,9799(),79() =,73 MMBTU/jam =,9 $/jam Dari perhitungan diatas dapat diketahui biaya bahan bakar masing-masing unit pembangkit dan biaya bahan bakar pembangkit pada distribusi beban secara merata untuk suatu keluaran daya tertentu seperti terlihat pada tabel. berikut : Tabel. Biaya bahan bakar dengan distribusi beban merata Distribusi beban merata P TOTAL P P Biaya bahan bakar ( $/jam ) ( MW ) (MW (MW Biaya bahan bakar F ) ) F F + F ( $/jam ) 3 33.9..7 7. 9... 3.9 9. 3 3..9 3. 7 3 3 7. 73. 9.77.7.7 7. Analisis Biaya Bahan Bakar Dari hasil perhitungan biaya bahan bakar unit dan pada PLTG Gunung Megang, maka dapat dibentuk kombinasi kerja yang dari unit pembangkit yang mengeluarkan biaya operasi unit yang paling ekonomis untuk keluaran daya tertentu seperti tabel. berikut : 39
Penjadwalan Operasi Pembangkiy PLTG Gunung Megang Berdasarkan Biaya Bahan Bakar Tabel. biaya bahan bakar dengan kombinasi kerja P TOTAL (MW) P (MW) P (MW) F ($/jam) F ($/jam) F T ($/jam) 3,9,9, 3,9 33, 9, 3,7 3 33,9,,7 7, 3, 3,7,,9,97 3,,,7,7 3, 73, 97,9 3 33,,9 99,9 33,9 3,9 7, 7, 9,,,,,9 3, 3, 99,9 3 7,,9 9,3,7,7 33,,7 33,9 3 33,9 73, 9, 3 7,,9 9,, 3,9 9, 3, 9,, 3 7,, 3,3,7 3,,3 7,,7 3, 3, 73, 37,3 3 3,,9 3, 3 7, 3,9 3,,7 9, 3,3 3,,7 9, 7 3 3 7, 73, 9,77 3,7,9 7,9,7,7 7, Dari berbagai kombinasi kerja pembangkit dengan berbagai variasi pembebanan pada keluaran daya tertentu maka akan didapat kombinasi kerja atau pembagian pembebanan untuk masing-masing keluaran daya tertentu yang paling rendah biaya bahan bakarnya atau kombinasi kerja yang paling ekonomis seperti yang terlihat pada table. berikut ini : Tabel. Biaya bahan bakar kombinasi kerja paling ekonomis Kombinasi kerja paling ekonomis P TOTA P Biaya bahan bakar Biaya bahan P L (MW ( $/jam ) bakar F (MW) + F (MW) ) F F ( $/jam ) 3 3,9,9
Yusro Hakimah,7,7,7 3,,3,7 9, 3,3 7 3,7,9 7,9,7,7 7, Dari analisa biaya bahan bakar tersebut diatas dapat dibandingkan diantara laju biaya bahan bakar tambahan yang sama, dengan biaya bahan bakar distribusi beban secara merata serta biaya bahan bakar dengan kombinasi kerja pembangkit dapat diketahui operasi pembangkit yang paling ekonomis seperti terlihat pada tabel.7 dibawah ini : Tabel.7 Perbandingan Biaya Bahan Bakar Distribusi beban merata laju kenaikan biaya bahan bakar tambahan sama Kombinasi kerja secara ekonomis P T OTA L (M W) P (MW ) P (M W) 3 Biaya bahan bakar ( $/jam ) F 3 3, 9 Bia ya bah an bak ar F P T OT AL P (MW) P (MW) Biaya bahan bakar ( $/jam ) Bia ya bah an bak ar (M W) F F + F ($/j am) F F + F ($/j am) F F,, 7 3, 7737,9 3, 9 39,7, P T OT AL (M W ) P (M W) P (M W) 3 3 Biaya bahan bakar ( $/jam ),9 Bia ya bah an bak ar F + F ($/j am ),9 7, 9,,, 3 9,7 3777 9,7 9,7,,7,7, 3,9 9,, 79,3 3,,3 9,3 3,7 3,,3 3 3,,9 3,,77 373 3,3 77 7,3,3 3,,7 9, 3,3 7 3 3 7, 73, 9,77 7 33, 7 3,9 3 73, 3 7,3 9, 7 3,7,9 7, 9
Penjadwalan Operasi Pembangkiy PLTG Gunung Megang Berdasarkan Biaya Bahan Bakar, 7,7 7, 37, 7,99 977 7, 33,7 9,,7,7 7, Dari tabel.7 telah dapat diketahui bahwa biaya bahan bakar paling ekonomis adalah pembebanan unit pembangkit yang merupakan kombinasi kerja diantara kedua pembangkit tersebut bila dibandingkan distribusi beban secara merata maupun dengan laju biaya bahan bakar tambahan yang sama, seperti yang terlihat pada gambar. berikut ini : Perbandingan biaya bahan bakar Biaya bahan bakar ( $/jam ) 7 7 Distribusi beban merata Laju biaya bahan bakar tambahan Kombinasi kerja pembangkit 3 3 7 7 Daya ( MW ) Gambar. Kurva perbandingan biaya bahan bakar KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Pada beban total MW maka dengan hanya mengoperasikan pembangkit unit dapat menghasilkan biaya bahan bakar paling rendah yaitu sebesar,7 dolar per jam.. Pada beban MW maka kombinasi kerja dengan beban unit sebesar MW dan unit dibebani MW dapat menghasilkan biaya bahan bakar yang paling rendah yaitu sebesar,3 dolar per jam. 3. Pada beban MW maka kombinasi kerja dengan beban unit sebesar MW dan unit dibebani MW dapat menghasilkan biaya bahan bakar yang paling rendah yaitu sebesar 3,3 dolar per jam.. Pada beban MW maka kombinasi kerja dengan beban unit sebesar MW dan unit dibebani MW dapat menghasilkan biaya bahan bakar yang paling rendah yaitu sebesar 7, dolar per jam. Saran. Pada beban plant kurang MW sebaiknya hanya di operasikan unit saja.. Pada beban plant MW, dan variasi beban plant sampai dengan MW, sebaiknya unit di operasikan dengan beban sebesar MW dan unit memikul beban sisanya. DAFTAR PUSTAKA Djiteng Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik, Penerbit Erlangga,.
Yusro Hakimah Laila Kartika Sari, Studi Operasi Ekonomis Pembangkitan PLTU dan PLTG di PT. PLN Sektor Pembangkitan Keramasan Palembang Skripsi, Universitas Tridinanti Palembang,. William W. Bathie, Fundamentals of Gas Turbin, 9 William D. Stevenson, Analisa Sistem Tenaga Listrik, Edisi ke- Terjemahan Ir. Kamal Idris, Penerbit Erlangga, 99. Zulkifli. Ch, Buku Panduan Praktikum Analisa Sistem Tenaga Listrik, Universitas Tridinanti Palembang, 99. 3