BAB I PENDAHULUAN. pemerintah sebagai fokus pendidikan nasional. sampai jenjang pendidikan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah No.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

7. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Di tengah-tengah kehidupan moderen dan pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN [1]

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan stoikiometri ini merupakan materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PAI MATERI PUASA MELALUI STRATEGI LEARNING TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Emas Di lingkungan Kemendikbud, pendidikan karakter menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang paling utama untuk memberikan

Oleh: Siti Muawanah SD Negeri 2 Sumberejo, Durenan, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama di sekolah dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilainilai tersebut dalam kehidupan indivual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Hal tersebut sesuai dengan program pendidikan karakter yang saat ini sedang dicanangkan pemerintah sebagai fokus pendidikan nasional. Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan salah satu dari beberapa pendidikan agama yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai mata pelajaran wajib yang diberikan dari jenjang paling dasar yakni usia dini sampai jenjang pendidikan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Bab III Pasal 8 pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agamanya. 1

2 Berdasarkan Standar Isi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Penerapan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di bidang PAK bertujuan mencapai untuk mencapai transformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. SK dan KD memberikan ruang yang sama kepada setiap peserta didik dan keunikan yang berbeda untuk mengembangkan pemahaman, tingkat kemampuan serta daya kreativitas masing-masing. Selanjutnya SK dan KD bukanlah standar moral Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta didik, melainkan dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan perjumpaan dengan Tuhan Allah untuk mengekspresikan hasil perjumpaan itu dalam kehidupan seharihari. Peserta didik memahami, mengenal dan bergaul dengan Tuhan Allah secara akrab dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi hanya pada aspek yang secara substansial mampu mendorong terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta didik terutama dalam pengayaan nilai-nilai iman kristiani. Dogma yang lebih spesifik dan mendalam diajarkan di dalam gereja. Transformasi kehidupan adalah kata kunci dari tujuan pembelajaran PAK di sekolah. PAK harus mampu mewujudkan peserta didik yang berkarakter dan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai kekristenan. Namun kenyataan yang ada menunjukkan pembelajaran PAK khususnya di tingkat Sekolah Menengah Pertama masih didominasi dengan

3 pola klasik guru mata pelajaran PAK yang mengajarkan agama hanya sebatas rutinitas. Sementara itu peserta didik hanya mengejar nilai dan bersama guru melupakan aplikasinya. Dengan alokasi jam pelajaran yang terbatas (2 jam pelajaran/minggu), PAK terkesan hanya mata pelajaran formalitas sementara Undang-Undang mengamanatkan fungsi dan perannya yang strategis. Kondisi inilah yang dijumpai di SMP Swasta Bethany Simalingkar, Medan. Sekolah Bethany merupakan sekolah swasta yang meletakkan ajaran kekristenan sebagai dasar dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah sehingga mayoritas peserta didiknya beragama Kristen. Walaupun sebagai sekolah yang meletakkan ajaran kristen sebagai dasar dalam proses pendidikannya, pembelajaran PAK di sekolah ini cenderung masih menjadi school knowledge ketimbang menjadi action knowledge. School knowledge dan Action knowledge merupakan sebuah konsep belajar yang telah lama diperkenalkan oleh Douglas Barnes sejak tahun 1975. Deskripsi perbedaan school knowledge dan action knowledge (Barnes, 1977) adalah sebagai berikut : Perbedaan School Knowledge dan Action Knowledge School Knowledge Pengetahuan yang diperoleh di sekolah biasanya hanya diterapkan dan digunakan di sekolah Pengetahuan disajikan jadi bagi peserta didik. Action knowledge Pengetahuan yang didapat bisa direalisasikan di kehidupan nyata. Tidak perlu learning by doing sebab learning by doing adalah menjadi salah satu bagian dari action knowledge.

4 Peserta didik cukup untuk menjawab pertanyaan guru, mengerjakan latihan, dan mengerjakan ujian. Ilmu hanya sekedar diingat dan untuk ujian sekolah dan disesuaikan dengan keinginan guru. Peserta didik tidak memiliki ruang untuk menggambar dan mengarang sesuai dengan imajinasinya. Guru mengontrol materi pelajaran. Seolah-olah peserta didik hanya mengumpulkan saja ilmu-ilmu tersebut. Jika jarang digunakan kemungkinan pengetahuan atau ilmu tersebut dapat dilupakan. Ilmu itu tidak hanya diajarkan kepada peserta didik dengan ceramah, tetapi bagaimana ilmu dibangun dalam pikiran peserta didik melalui sebuah explorasi (penjelajahan). Manusia itu bisa menangkap ilmu karena punya pikiran, dan di dalam pikiran itu ada kecerdasan. Yang diharapkan dari peserta didik adalah berpikir original dari pengalaman kehidupannya, dengan demikian, setiap peserta didik memiliki pengetahuan yang berbeda. Belajar harus di kontekstualkan dengan masalah lingkungan, sehingga ilmu itu dapat diterapkan dalam kehidupan. Dalam pelaksanan pembelajaran di kelas VIII yang dilakukan selama ini, pembelajaran masih dilakukan dengan metode ekspositori atau ceramah. PAK disajikan dalam kerangka school knowledge. School knowledge adalah bentuk belajar formal. Bentuk belajar formal adalah kegiatan belajar yang bersifat sangat terstruktur, berbasis belajar di kelas, dan dirancang secara sistematis oleh sekolah. Umumnya guru sangat mengontrol dan terpusat pada materi pelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya dimana peserta didik mengikuti kegiatan belajar secara terstruktur sesuai dengan kemauan guru. Materi pelajaran bersifat teoretis, abstrak dan berbasis

5 text book. Masalah pembelajaran yang monoton tersebut berdampak pada hasil belajar PAK yang belum sesuai dengan harapan. Nilai murni hasil tes formatif dan sumatif peserta didik banyak yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 yang ditetapkan sekolah khususnya untuk nilai formatif dalam bentuk tes uraian/esai. Data menunjukkan mayoritas peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan atau menyelesaikan tes hasil belajar dalam bentuk tes uraian/esai. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik masih rendah dalam menuliskan, menuangkan, dan menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan kenyataan seharihari. Mayoritas kemampuan peserta didik masih terbatas dalam menentukan pilihan jawaban dari alternatif jawaban yang diberikan dalam soal pilihan ganda (objective tes). Hasil kajian secara dialogis partisipatif ditemukan faktor-faktor penyebab belum maksimalnya hasil belajar PAK tersebut yang dibedakan ke dalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan kondisi peserta didik seperti sikap, kondisi psikologis, dan minat belajar peserta didik yang kurang mendukung. Faktor eksternal berkaitan dengan kondisi atau keadaan di luar peserta didik seperti lingkungan, model pembelajaran, peran guru, dan media yang ada. Faktor internal dan eksternal tersebut merupakan faktor yang saling berhubungan, seperti rendahnya minat belajar disebabkan karena kondisi pembelajaran yang monoton sehingga membosankan bagi peserta didik. Gambaran lengkap nilai murni hasil formatif untuk kelas VIII semester I dan II tersaji dalam Tabel 1.1. :

6 Tabel 1.1. Nilai Rata-Rata Formatif Kelas VIII Semester I dan II Tahun Ajaran 2011/2012 KET. Semester I Semester II Tiap Formatif F1 dan F2 Semester 1&2 Prosentase Ketuntasan Kelas NILAI F 1 Soal Uraian/Esai F 2 Soal Uraian/Esai F 3 Soal Pilihan Ganda F 4 Soal Pilihan Ganda dan Uraian Formatif Persemester 70 72 80 78 75 66 70 85 82 75.75 68 71 82.5 80 69.5 40 % Berkaitan dengan minat belajar peserta didik terhadap pelajaran PAK, Hasil observasi dialogis partisipatif terhadap peserta didik SMP Bethany Medan kelas VIII pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa peserta didik kurang berminat dengan pelajaran PAK dikarenakan proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru sehingga pembelajaran menjadi monoton dan membosankan. Dari observasi dialogis, dari 17 peserta didik yang ada di kelas VIII, hanya 1 atau 6,66 % peserta didik yang menyatakan berminat terhadap pelajaran PAK, 8 peserta didik

7 menyatakan kurang berminat, dan 8 peserta didik lainnya menyatakan tidak berminat terhadap pelajaran PAK. Beberapa perlakuan (treatment) telah dicoba oleh guru untuk meningkatkan minat dan hasil belajar PAK seperti diskusi kelompok, tutor sebaya (menugaskan beberapa peserta didik untuk presentasi di depan kelas), memberikan tugas laporan mengikuti ibadah minggu di gereja dan laporan saat teduh (ibadah pribadi), dan sebagainya. Namun usaha-usaha tersebut belum mampu meningkatkan minat dan hasil belajar PAK, justu membuat peserta didik makin terbebani dengan tugas-tugas yang diberikan dan minat mengikuti pelajaran menjadi menurun. Model pembelajaran yang menarik dan interaktif yang berpusat pada peserta didik serta mampu mengintegrasikan evaluasi hasil belajar dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan salah-satu alternatif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran PAK di sekolah. Pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran yang mampu membawa PAK dari school knowledge ke action knowledge. Untuk membawa PAK menjadi action knowledge proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan student oriented yang mampu mampu membuat peserta didik menikmati proses pembelajaran dan mampu menginternalisasikan nilai-nilai agama kedalam diri setiap peserta didik dan mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai usaha untuk meningkatkan minat dan hasil belajar PAK di kelas IX SMP Bethany Medan, peneliti dan guru mitra berkolaborasi melakukan penelitian sebagai tindakan pemecah masalah melalui

8 pembelajaran dengan model bermain peran (Role Play). Dalam model ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasinya dalam memerankan seorang tokoh atau benda-benda tertentu dengan mendapat ulasan dari guru agar mereka menghayati sifat-sifat dari tokoh atau benda tersebut. Lewat mempraktekkan atau mendramakan langsung apa yang dipelajari, minat dan hasil belajar peserta didik diharapkan dapat meningkat, khususnya dalam evaluasi hasil belajar dalam bentuk tes uraian/esai. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, diketahui beberapa permasalahan berkaitan dengan proses pembelajaran PAK di sekolah, yaitu (1) mengapa minat peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAK rendah? (2) Mengapa hasil belajar PAK peserta didik masih rendah terutama untuk bentuk tes uraian/esai? (3) Bagaimana dalam alokasi waktu pelajaran yang singkat, guru mampu kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran yang menyenangkan dan berdaya tarik bagi peserta didik (4) Bagaimana membawa pembelajaran PAK dari school knowledge menjadi action knowledge? (5) Mengapa usaha peningkatan yang telah dilakukan selama ini belum memberikan hasil yang memuaskan? (6) Bagaimana nilainilai pelajaran agama mampu diterapkan dan dipraktekkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam aktivitas di sekolah, dan (7) model pembelajaran apa yang sesuai untuk diterapkan agar minat dan hasil belajar PAK dapat meningkat?

9 C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini jelas dan terarah, perlu dilakukan pembatasan masalah sehingga hasil yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan indentifikasi masalah, maka penelitian tindakan ini dibatasi hanya pada upaya peningkatan minat belajar siswa terhadap pelajaran PAK dan peningkatan hasil belajar PAK pada tes hasil belajar dalam bentuk soal uraian/esai objektif terstuktur. D. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini adalah : (1) Apakah minat peserta didik dalam pembelajaran PAK dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran Role Play? (2) Apakah hasil belajar PAK dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran Role Play? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui peningkatan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAK melalui penerapan model pembelajaran Role Play, dan (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PAK melalui penerapan model pembelajaran Role Play. F. Manfaat Penelitian Secara teoretis, hasil penelian tindakan ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya teori-teori yang berkaitan

10 model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student oriented) dan dapat dijadikan bahan rujukan baagi peneliti lainnya. Secara praktis hasil penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Kontribusi manfaat yang ingin dicapai lewat penelitian tindakan ini adalah : a. Bagi peserta didik, minat dan hasil belajar PAK akan meningkat. Peserta didik tidak lagi merasa bosan dalam mengikuti pelajaran PAK dan hasil belajar akan meningkatkan serta peserta didik memiliki kemampuan dalam menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan atau aktivitas sehari-hari. b. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini akan mampu membantu para guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas dan memotivasi mereka untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan. c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara konkret dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Hasil penelitian ini diharapkan akan meningkatkan budaya meneliti di lingkungan sekolah sehingga permasalahan pembelajaran dapat dikaji, ditelaah, dan dituntaskan. d. Bagi dunia pendidikan secara umum, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan khasanah baru dalam mengembangkan modelmodel pembelajaran yang efektif, efisien, berdaya tarik, dan humanis.