Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia Lia Maryani Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang km.21 Jatinangor Sumedang PENDAHULUAN Ketahanan energi merupakan ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dan diimbangi dengan harga yang terjangkau. Ketahanan energi memiliki peranan besar dalam siklus ekonomi karena energi adalah komponen penting dalam produksi barang dan jasa, selain itu juga merupakan bagian penting bagi pembangunan ekonomi dan ketahanan nasional. Namun ketahanan energi di Indonesia menurun seiring meningkatnya permintaan terhadap energi. Ketahanan energi itu sendiri ditandai dengan ketersediaan fisik (energi), kemudahan dalam mendapatkannya dan keterjangkauan harga serta kualitas dari energi tersebut. Berdasarkan Data Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019, dalam lima tahun mendatang permintaan energi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan laju sebesar 5-6 persen. Jika dibandingkan dengan negara yang memiliki sumber daya sedikit, Indonesia masih kalah posisi dalam ketahanan energi. Hal ini disebabkan oleh faktor konsumsi dan ketergantungan energi yang terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Permasalahan yang paling utama adalah cadangan energi pokok di Indonesia yaitu minyak dan gas bumi mengalami penurunan produksi, dan dalam jangka waktu pendek energi tersebut akan habis karena minyak dan gas bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Permasalahan lainnya yaitu distribusi energi di Indonesia belum merata pada beberapa daerah kecil sehingga menimbulkan ketimpangan energi. Ditambah lagi harga Bahan bakar minyak yang terus melonjak dan mengakibatkan harga bahan pokok ikut meningkat, sedangkan di sisi lain kondisi ekonomi masyarakat Indonesia terus melemah, khususnya kalangan menengah ke bawah.
Pada Esai ini penulis akan mengemukankan masalah ketahanan energi di Indonesia dan solusinya melalui pendekatan deskriptif kualitatif yang disertai dengan telaah pustaka. Rumusan Masalah: 1. Bagaimana cara untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil? 2. Apa yang bisa dilakukan untuk menjaga ketahanan energi di Indonesia? Tujuan dan Manfaat Penulisan: Tujuan penulisan esai ini adalah untuk memberikan solusi kreatif mengenai ketahanan energi di Indonesia. Esai ini ini juga merupakan bentuk pemikiran kritis pada permasalahan energi. ISI Adapun manfaat penulisan gagasan ini adalah: a. Mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi fosil. b. Menjaga ketahanan energi nasional melalui pengembangan geotermal di Indonesia. Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang melimpah, namun untuk sumber daya minyak bumi jumlahnya terbatas. Indonesia pernah memiliki produksi minyak bumi 1,7 juta barel per hari namun produksi rata-rata minyak bumi saat ini menurun menjadi kurang dari 1 juta barel per hari. Indonesia kini darurat energi. Di sisi lain ekonomi Indonesia terus melemah, sedangkan pemerintah harus tetap memberikan subsidi. Dalam hal ini muncul permasalahan baru yaitu adanya penyalahgunaan subsidi tersebut, karena studi menunjukkan bahwa subsidi BBM justru banyak dinikmati masyarakat mampu. Ditinjau dari distribusi BBM, Indonesia mengalami kelangkaan BBM di beberapa wilayah. Sedangkan tujuan pengelolaan energi di Indonesia adalah untuk memenuhi kebutuhan energi secara berkelanjutan, berkeadilan dan optimal dalam rangka menciptakan kondisi perekonomian yang berkelanjutan dengan ditunjang
oleh suatu ketahanan energi nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia secara adil dan merata. Kenaikan harga bahan bakar minyak didasari dengan alasan untuk menyelamatkan kondisi keuangan negara. Di negara-negara maju, kenaikan minyak menyebabkan masyarakat beralih ke energi ramah lingkungan seperti jagung, kelapa sawit dan kedelai sebagai pengganti bahan bakar. Namun di Indonesia sendiri mengalami kesulitan pangan dengan lonjakan harga dan komoditas pertanian, sehingga mengakibatkan gizi buruk. Maka pemerintah Indonesia lebih mendahulukan kepentingan pangan dibanding energi. Harga minyak mentah dunia yang turun tidak lekas menyelesaikan masalah krisis energi di Indonesia, pasalnya meskipun harga BBM telah turun, bahan pokok dan kebutuhan lainnya tidak turun. Tak hanya itu, ongkos kendaraan umum juga tidak turun seperti halnya BBM. Keadaan ini diperparah dengan stabilitas perekonomian Indonesia yang tidak memadai. Pada tahun 2015 ini harga BBM sempat melonjak dan kemudian turun. Tak lama setelah itu pemerintah menaikkan kembali harga BBM dan hal itu menimbulkan dampak serius bagi masyarakat. Kini kita mempertanyakan kondisi Indonesia yang terkenal memiliki sumber daya alam melimpah, namun untuk sumber energi minyak bumi yang telah dieksploitasi, semakin lama semakin menipis. Gagasan Usaha yang telah dilakukan Indonesia dalam menghadapi masalah ini yaitu dengan mengurangi impor minyak dan gas LPG, kemudian menaikkan harga BBM serta mengurangi subsidi, juga telah membangun infrastruktur gas bumi. Namun, semua itu belum benar-benar dapat mengatasi permasalahan energi di Indonesia.
Masalah ketergantungan terhadap energi dapat kita atasi ditinjau dari pemanfaatannya, pembaharuan dan pembangunan nasional. Ditinjau dari pemanfaatannya, pemerintah dapat menerapkan sistem Earth Hour secara serempak di seluruh nusantara. Earth Hour adalah teknik pemadaman lampu di malam hari dengan mengganti sumber cahaya/penerangan dengan menggunakan lilin. Dengan menerapkan cara ini, minimal satu jam dalam tiga bulan dan secara serempak, konsumsi energi listrik akan berkurang dan mengurangi ketergantungan terhadap energi. Untuk menghindari protes massa karena ketidaktahuan akan program "Earth Hour" ini, pemerintah mensosialisasikan informasi ini melalui media cetak, elektronik dan dibantu masyarakat Indonesia untuk menyebarluaskan program ini melalui media sosial. Cara kedua, dengan meninjau pembaharuan energi nasional, yaitu dengan memanfaatkan potensi Geotermal (Panasbumi) yang terkandung di Indonesia. Gambar 1. Perkembangan Cadangan dan Produksi Minyak Mentah di Indonesia Sumber: Kementerian ESDM Menurut Abdullah, 2005, hasil temuan baru-baru ini menunjukkan persediaan total minyak Indonesia hanya 5,2 milyar barrel dan 4,6 milyar barrel potensi minyak. Jika produksi rata-rata berada pada 0,54 milyar barrel per tahun maka dalam 18 tahun ke depan persediaan minyak Indonesia akan habis.
Lalu, bagaimana kita menyikapi krisis energi yang berdampak pada ketahanan energi nasional kini? Geotermal adalah solusi dari permasalahan energi terkini. Geotermal atau panasbumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung di dalamnya. Energi panasbumi merupakan energi terbarukan dan ramah lingkungan, dimana geotermal ini ditunjukkan dengan manifestasi pada permukaan bumi yang ditandai dengan adanya mata air panas, fumarol, solfatara, steaming ground dan kolam lumpur. Indonesia memiliki cadangan geotermal sebesar 27.189 MW atau 40 persen potensi dunia. Dengan potensi sebesar itu, seharusnya Indonesia menjadi produsen terbesar panasbumi. Namun sampai saat ini energi geotermal yang baru dimanfaatkan hanya sebesar 4 persen atau 807 MW. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga ahli geotermal di Indonesia, selain itu sosialisasi mengenai energi terbarukan ini masih sangat minim. Dari hasil survei Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, Indonesia memiliki 217 prospek panasbumi yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari Barat Sumatera hingga Sulawesi. Kemudian prospek panasbumi meningkat menjadi 256. Sistem geotermal di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrotermal yang mempunyai temperatur tinggi yaitu di atas 225 0C. Salah satu daerah yang mempunyai potensi geotermal tinggi yaitu di wilayah Kamojang, Garut dengan sistem dominasi uap dry steam yang artinya kawasan ini diklasifikasikan ke dalam Super Heated yang memiliki suhu di atas 240 0C. Semakin tinggi suhu, semakin baik produksi energi karena tidak perlu menggunakan separator dalam memproduksinya. Selain Kamojang, di Indonesia sudah dikembangkan beberapa wilayah prospek geotermal seperti Gunung Salak, Wayang Windu, Darajat (Jawa Barat) Dieng (Jawa Tengah), Lahendong (Sulawesi Utara, dan Sibayak (Sumatera Utara)
Selain Geotermal, Indonesia dapat mengoptimalkan energi terbarukan lainnya seperti biomasa, nuklir, tenaga surya dan tenaga angin. PENUTUP Kesimpulan Cita-cita bangsa Indonesia dalam hal ketahanan nasional dapat terwujud jika kita sebagai masyarakat turut membantu pemerintah dalam upaya menjaga ketahanan energi dengan menerapkan gagasan di atas. Berikut langkah strategis untuk menjaga ketahanan energi: a. Menerapkan sistem Earth Hour sebagai solusi nyata mengurangi konsumsi dan ketergantungan energi listrik yang implementasinya dilakukan dengan mensosialisasikan program ini melalui media cetak, elektronik dan media sosial. b. Mengembangkan potensi geotermal di Indonesia, sehingga ketika produksi minyak dan gas yang diprediksi akan habis pada 18 tahun mendatang, Ketahanan Energi di Indonesia tetap utuh.
Daftar Pustaka Azmi, Riza. 2014. Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan Bagi Indonesia. Buletin Info Risiko Fiskal Edisi 1 Tahun 2014 BAPPENAS. 2013. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. Kementerian PPN, Republik Indonesia. Jakarta, Indonesia. BAPPENAS. 2014. Rancangan Teknokratik Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019, Draft. Kementerian PPN, Republik Indonesia. Jakarta, Indonesia. Dipippo, Ronald. 2008. Geothermal Power Plants: Principles, Applications, Case Studies and Environmental Impact. Second Edition. Elsevier. Hanan, Nugroho. 2012. Energi dalam Perencanaan Pembangunan. IPB Press. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral. 2014. Handbook of Energy and Economy Statistic of Indonesia 2013. Tumiran. 2013. Road Map Menuju Kedaulatan Energi. Kongres Nasional Kedaulatan Energi Untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia. Universitas Gadjah Mada, Desember 2013..