BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO PUSKESMAS KEDUNDUNG Jl. BY PASS KEDUNDUNG, TELP.(0321) MOJOKERTO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. seksual disebut infeksi menular seksual (IMS). Menurut World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencangkup perubahan fisik dan psikologis. Perubahan psikologis yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak jalanan merupakan anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan seharihari di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat keramaian lainnya (Kementerian Sosial, 2016). Menurut Okinarum (2012), alasan utama menjadi anak jalanan dikarenakan berasal dari keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua. Menurut Kementerian Sosial (2015), banyak anak yang dibiarkan tanpa pengasuhan dan perlindungan yang memadai dan terpaksa menjadi anak jalanan. Anak jalanan terpapar pada masalah kesehatan, eksploitasi dan kekerasan, putus sekolah dan terlibat dalam aksi kejahatan. Hasil survei yang telah dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengenai jumlah anak jalanan yang didata dari 2,9 juta anak terlantar, terdapat 34.400 anak jalanan (KPAI, 2016). Kelompok umur remaja (usia 14-18 tahun) merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktu di jalanan sehingga meningkatkan kerentanan mereka terhadap gangguan kesehatan. Anak jalanan secara psikologi memiliki konsep diri negatif, tidak atau kurang percaya diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain dan emosi yang tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh orang lain dan

cenderung berperilaku antisosial seperti bekelahi, mencuri, merampas, menggunakan dan menjalankan bisnis narkotika, dan perilaku seks bebas. Mereka juga dapat mengalami eksploitasi fisik dan seksual terutama oleh orang dewasa hingga kehilangan nyawa, sehingga timbul masalah kesehatan reproduksi seperti infeksi menular seksual (KemenKes, 2014). Masalah kesehatan reproduksi ketika melakukan seks bebas pada anak jalanan yang sering mereka lakukan tidak terlepas dari keadaan yang membuat anak jalanan itu harus bergantung kepada kehidupan anak jalanan dan dipengaruhi oleh rasa keingintahuan terhadap seks serta adanya pengaruh dari teman sekitar maupun pergaulan (Purba, 2012). Berbagai akibat muncul disebabkan oleh perilaku seksual, antara lain KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan), terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), dan HIV (Human Immunodeficiency Virus) (Sunanti, 2001). Data WHO tercatat lebih dari 32 ribu perempuan yang mengalami KTD dalam rentang waktu 2010-2014. Jumlah tersebut menjadi salah satu yang paling tinggi di kawasan ASEAN. Sejak tahun 2010-2014, setiap tahun Youth Center Pusat PILAR (Informasi Pelayanan Remaja) PKBI (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia) Jawa Tengah mencatat antara 65-85 kasus yang berkonsultasi dengan keluhan KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Sebagian besar kasus yang datang yakni remaja dengan usia antara 15-18 tahun (PKBI, 2015). Kelompok remaja merupakan kelompok yang sering kali kehidupan seksual dan reproduktif mereka berisiko dan umumnya mereka tidak menyadari risiko yang mereka hadapi dikarenakan 2

kurangnya pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi (BKBN, 2013). WHO menyebutkan 1 dari 20 remaja tertular IMS setiap tahunnya dikarenakan kehidupan seksual dan reproduktif mereka yang berisiko dan umumnya mereka tidak memahami atau kurangnya pengetahuan mengenai risiko yang ditimbulkan akibat dari perilaku seksual (BKBN, 2013). Hasil Survei Dasar Kesehatan Indonesia tahun 2012 menyatakan bahwa kesehatan reproduksi remaja menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki dengan usia 15-19 tahun mengetahui perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Tingkat pengetahuan remaja laki-laki berupa pemahaman mengenai gejala infeksi menular seksual pada pria 16,4% dan pada perempuan 6,1%, sedangkan tingkat pengetahuan remaja perempuan berupa pemahaman mengenai gejala infeksi menular seksual yang terjadi pada pria 15,8% dan pada perempuan 15,3% (Kemenkes RI, 2015). Kementerian Kesehatan RI melakukan survei mengenai status kesehatan remaja di tahun 2012 yang berkaitan tentang persentase seks pranikah pada remaja yaitu pada remaja laki-laki 4,5% dan remaja perempuan 0,7%. Survei yang sama didapatkan alasan hubungan seksual pranikah tersebut sebagian besar karena penasaran atau keingintahuan yaitu sebesar 57% pria, terjadi begitu saja 38% perempuan dan dipaksa pasangan 12,6%. Hal ini mencerminkan kurangnya pengetahuan remaja 3

tentang keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual dan kemampuan unuk menolak hubungan yang tidak mereka inginkan (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan kasus pengaduan masalah perilaku seksual remaja dan anak di wilayah Jawa Tengah yaitu sebesar 361 anak atau remaja ysng bermasalah dengan kejahatan seksual, dengan di antaranya terdapat 34 anak yang menjadi pelaku kejahatan seksual dan 94 anak yang menjadi korban kekerasan seksual dan 11 anak yang melakukan aborsi. Sebagian besar kasus aborsi pada anak tersebut dikarenakan dampak dari perilaku seksual (Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2016). Menurut Apit (2013) perilaku seks bebas pada anak jalanan dapat menimbulkan penyakit infeksi menular seperti sifilis dapat disebabkan bergonta-ganti pasangan, tidak memperhatikan kebersihan diri dan juga lingkungan. Sebagian besar anak jalanan tidak menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan seks, sehingga berdampak pada penularan penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan Maryatun (2012), terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku seksual pranikah anak jalanan kota Surakarta dengan (P value< 0,05). Menurut penelitian yang dilakukan Sarininggar (2001), pengetahuan tentang Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS dengan praktik hubungan seksual pada anak jalanan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan P value 0,269. 4

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2015 di Rumah Singgah Kota Klaten, rumah sebagai lembaga resmi dalam melayani anak jalanan atau yatim piatu yang berada dekat dengan wilayah dengan banyak anak jalanan di suatu tempat. Informasi yang diperoleh dari wawancara pembina rumah singgah bahwa sebanyak 3 (7,5%) remaja putri yang sedang hamil dari 40 orang anak jalanan Rumah Singgah Kota Klaten. Berdasarkan hasil perilaku anak jalanan yang terjadi dikarenakan kurang tepatnya informasi sehingga memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap pada anak jalanan dalam berperilaku dan mempertimbangkan risiko atau dampak yang akan terjadi misalnya kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan penyakit menular seksual. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku berisiko seks bebas pada remaja dikalangan anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini Adakah hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku berisiko seks bebas anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten 5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang dengan perilaku berisiko seks bebas anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karekteristik anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. c. Mendeskripsikan sikap anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. d. Mendeskripsikan perilaku berisiko seksual anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. e. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku berisiko seks bebas jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. f. Menganalisis hubungan sikap tentang dengan perilaku seks bebas di Rumah Singgah Kota Klaten.. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah singgah Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran pengetahuan serta bahan pertimbangan dalam 6

membuat program yang berkaitan dengan kesehatan anak-anak jalanan terutama tentang kesehatan reproduksi anak jalanan di Rumah Singgah Kota Klaten. 2. Bagi instansi kesehatan Penelitian ini bisa salah sumber informasi serta dapat dijadikan bahan pertimbangan yang akan digunakan dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya pada anak jalanan. 3. Bagi peneliti dan penelitian lain Bagi peneliti sendiri bisa dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan pengalaman. Penelitian lain bisa digunakan sebsgai bahan dan sumber informasi untuk dijadikan bahan penelitian selanjutnya 7