BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan diperlukan pembangunan

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I. Pendahuluan. pertumbuhan ekonomi pasca krisis tahun 1998 dimana saat itu banyak perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan. mendukung pendapatan rumah tangga (dalam Kuncoro, 2000:15).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga terbatas, menuntut siswa

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB 1 PENDAHULUAN. 240,559 juta penduduk Indonesia jumlah daftar angkatan kerja mencapai 116

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK MELALUI USAHA KERUPUK LIDAH BUAYA DI DESA KEMANTREN KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Wirausahawan atau Entrepreneur adalah orang yang berjiwa berani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

ANALISIS PERBEDAAN MENTAL WIRAUSAHA MAHASISWA DENGAN NON PARAMETRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Semakin banyaknya angka pengangguran jaman sekarang, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa,persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai,sikap dan perilaku sebagai manusia unggul. Dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan adalah lapangan kerja terbatas yang membuat orang mencari jalan untuk bertahan hidup agar dapat hidup layak. Kewirausahaan merupakan salah satu cara untuk mengatasi dampak tersebut. Di Indonesia, kesadaran warga negara untuk berwirausaha tumbuh dengan cepat. Sejumlah alasan seseorang untuk menjadi wirausaha, diantaranya adalah dorongan diri untuk mandiri, keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk berwirausaha, korban putus hubungan kerja, sulitnya mencari perkerjaan dan bnayaknya pengangguran, faktor orang tua atau keluarga.(sisnuhadi dan wijwya.2008:57). Karena dorongan dan keadaan ekonomi yang menghimpit sehingga membuat warga Indonesia untuk berwirausaha dan banyak cara yang dilakukan untuk membuka usaha sendiri/berwirausaha dibidang usaha yang sesuai

dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di dapat selama studi di perguruan tinggi (Inrayanti dan Rostiani,2008:5). Berdasarkan jumlah penelitian yang telah dilakukan terhadap motivasi seseorang untuk berwirausaha, dapat disimpulkan bahwa niat kewirausahaan seseorang dipengaruhi sejumlah faktor yang dapat dilihat dalam suatu kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal, faktor eksternal dan faktor kontekstual. Faktor internal berasal dari dalam diri wirausahawan dapat berupa karakter sifat, maupun faktor sosio demografi seperti umur, jenis kelamin, pengalaman kerja, latar belakang keluarga dan lain-lain yang dapat mempengaruhi perilaku kewirausahaan seseorang (Nishanta, 2008). Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku entre-preneur yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar dan kondisi kontekstual. Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat,dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang. Jadi kewirausahaan, merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambahan di pasar melalui proses pengelolaan sumberdaya dengan cara baru dan berbeda. Selain itu, tumbuhnya minat berwirausaha juga tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga siswa sebagai salah satu faktor yang ikut mendukung. Suryana (2003:39) menyebutkan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternalnya yang meliputi lingkungan keluarga. Hal ini karena lingkungan keluarga terutama orang tua jelas berperan sebagai pengarah bagi masa depan

anaknya, sehingga orang tua juga dapat mempengaruhi minat bagi anak di masa yang akan datang untuk berwirausaha. Berdasarkan tujuan tersebut maka siswa SMA dibekali dengan pengetahuan teknologi dan ketrampilan khusus yang dapat dijadikan modal atau pendorong untuk menjadi seorang wirausaha. Peter F. Drucker (Kasmir, 2011:20)mengatakan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang berbeda dan baru. Menurut Kasmir kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha.kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. (Kasmir, 2011:21) Menurut David Mc Clelland, negara yang mempunyai banyak entrepreneur wirausaha adalah negara yang perekonomiannya mempunyai potensi yang cepat untuk maju dan menjadi negara yang makmur. Oleh karena itu apabila pembelajaran entrepreneuship tidak ada dalam agenda nasional sebuah Negara, cita-cita untuk lepas dari kemiskinan dan bangkit meraih kemakmuran hanyalah utopia. Suatu Negara akan makmur apabila mempunyai sedikitnya 2 persen entrepreneur dari jumlah penduduk. Menurut Mecllan Clelland yang dikutip oleh Rivai (2000) menyatakan bahwa motivasi terbentuk karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi, sehingga mengakibatkan seseorang mengalami ketidakseimbangan dan untuk mengurangi tekanan tersebut individu dalam memenuhi kebutuhan tersebut,

sehingga keseimbangan tercapai kembali. Dari pengertian motivasi tersebut terdapat tiga hal,yaitu : (1). Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. (2). Motivasi ditandai oleh dorongan efektif yang kadang sulit diamati. (3). Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mancapai tujuan. Berpijak pada serangkaian uraian diatas, maka diambil kesimpulan bahwa siswa akan berusaha sekuat tenaga apabila ia memiliki motivasi belajar. Sekolah atau pendidikan menjadi tempat yang sangat strategis untuk menumbuhkan wirausaha. Beberapa sekolah formal dapat menumbuhkan bakat berwirausaha, yaitu : pertama, sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat dipercaya masyarakat untuk masa depan yang lebih baik. Kedua, jaringan sudah ada di seluruh pelosok negeri. Ketiga, melalui sekolah juga bisa menjangkau dan mempengaruhi keluarga anak didik (Dr. Riant Nugroho, 2009:192). Mata pelajaran kewirausahaan semacam pendidikan yang mengajarkan agar orang mampuh menciptakan kegiatan usaha sendiri. Hasil akhir yang di ingin di capai dari pembelajaran kewirausahaan ialah tertanam atau terbentuknya jiwa berwirausaha pada diri seseorang, sehingga yang bersangkutan menjadi wirausaha dengan kompetensinya. Jiwa wirausaha akan mengubah pola pikir siswa dari pencari kerja menjadi cipta lapangan perkerjaan kewirausahaan termasuk mata pelajaran yang membutuhkan kreatifitas dan ketelitian yang tinggi.

Kreatifitas di perlukan untuk menumbuh kembangan kemampuan berpikir inovasi. Sedangkan ketelitian diperlukan dalam menganalisis data-data usaha, terutama pengadaan modal. Proses kreaktifitas hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri ( yakin,optimis, penuh kotmitmen), berinisiatif (energik dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorietasi hasil dan berwawasan kedepan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil beda), dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (suka tantangan ). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari guru kewirausahaan di SMA Negeri 1 Salatiga menunjukkan bahwa sebagian peserta didik berasal dari golongan keluarga yang menengah ke bawah, peserta didik cenderung tidak memiliki gambaran untuk melanjutkan sekolah lagi di perguruan tinggi serta peserta didik merasa bingung jika membuat lapangan pekerjaan sendiri. Masalah yang biasa muncul pada peserta didik yang berkenaan dengan berwirausaha pada masa depan salah satunya adalah bagaimana peserta didik mengeluhkan tentang tidak punya modal jika harus membuka usaha sendiri setelah siswa lulus sekolah. Oleh karena itu, siswa merasa tidak yakin pada minat untuk berwirausaha, tidak bisa memotivasi diri, masih menggantungkan diri pada orang lain, tidak memiliki kreativitas yang tinggi, merasa rendah diri, dan tidak memiliki orientasi karir masa depan sehingga jiwa wirausaha masih rendah. Disisi lain ada beberapa masalah dalam wirausaha yang dapat menghambat perkembangan jiwa wirausaha peserta didik, ketidak mampuan managemen yang dapat menyebabkan kegagalan wirausaha, lemahnya kendali keuangan, gagal

mengembangkan perencanaan strategis, lokasi yang buruk, menyebabkan ketakutan tersendiri bagi peserta didik untuk membuka usaha sendiri dan mengembangkan jiwa wirausaha yang telah dimiliki. Rendahnya jiwa wirausaha merupakan masalah yang serius dan memerlukan penanganan khusus oleh orangtua dan guru di sekolah, maka dalam rangka penanganan masalah ini dibutuhkan kerjasama yang sinergis antara orangtua, dan guru di sekolah. Terutama peran guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru yang mempunyai pengetahuan psikologis dan mempunyai ketrampilan dalam berkonseling. Hal ini diberikan dalam rangka membentuk jiwa wirausaha. Penanaman jiwa wirausaha tersebut dapat ditangani salah satunya melalui bimbingan karir yang di implementasikan dalam format klasikal. Peneliti memilih di SMA ingin mengetahui seberapa besar minat siswa berwirausaha di bandingkan dengan SMK dan peneliti milih kelas X karena mengambil dari kelas dasar. Peneliti melakukan wawancara dengan siswa SMA Negeri 1 Salatiga kelas X sejumlah 10 siswa. Berdasarkan wawancara diperoleh keterangan bahwa 3 siswa ingin bekerja setelah lulus dari SMA, 5 siswa ingin melanjutkan kuliah dan 2 siswa ingin berwirausaha untuk mengembangkan bisnis keluarga. Hasil wawancara ini menunjukan bahwa motivasi siswa untuk berwirausaha masih rendah, siswa masih takut karena resiko yang akan dihadapi dan untuk berwirausaha membutuhkan modal oleh sebab itu siswa memilih melanjutkan keperguruan tinggi setelah lulus dari SMA. Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap motivasi siswa untuk berwirausaha hal ini ditunjukan dari 2 siswa yang ingin menjadi seorang wirausaha karena didukung

oleh keluarga yang sudah memiliki usaha jadi siswa sudah diajarkan untuk berwirausaha dan mereka juga akan diberikan modal jika ingin menjadi wirausaha. Tidak seperti SMK, SMA menyiapkan lulusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi. Meskipun demikian, dengan terbatasnya peluang kerja menjadi Pengawi Negeri maka tidak sedikit dari lulusan SMA yang tidak melanjutkan tetapi langsung masuk kedunia kerja. Ada pula yang melanjutkan pendidikan ke Akademik atau ke Diploma dengan masuk untuk persiapan ke dunia kerja dengan berwirausaha. Itu sebabnya dalam kurikulum SMA disajikan mata pelajaran kewirausahaan. Dalam kaitan itu penelitian ini dilakukan di kalangan siswa SMA kelas X untuk mengetahui minat mereka berwirausaha sehingga guru kewirausahaan dapat merancang metode pembelajaran yang tepat sebagai bekal mereka berwirausaha. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu diperhatikan adanya pengaruh penguasaan pengetahuan tentang kewirausahaan juga perlu dimantapkan agar nantinya bisa diaplikasikan.selanjutnya sebagai faktor yang juga penting dan perlu diperhatikan adalah dorongan dari lingkungan keluarga yang menjadi pendorong dari luar diri siswa. Hal ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Motivasi Siswa dan Dukungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa SMA Negeri 1 Salatiga.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Adapu permasalahan yang akan dibahas adalah : Bagaimanakah Hubungan Motivasi Siswa dan Dukungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa SMA Negeri 1 Salatiga. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah a. Mengetahui seberapa besar minat berwirausaha siswa SMA Negeri 1 Salatiga? b. Mengetahui faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan dengan minat berwirausaha, dalam penelitian ini yaitu motivasi siswa dan dukungan keluarga pada Siswa SMA Negeri 1 Salatiga. 1.4 Signifikasi Penelitian 1.4.1 Signifikasi Teori Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan sebagai penunjang untuk berbagi studi yang berkenaan dengan keberhasilan belajar.penelitian ini mendukung teori dari Kasmir yang menyatakan bahwa: Dorongan berbentuk motivasi yang kuat untuk maju dari pihak keluarga merupakan modal awal untuk menjadi wirausaha (Kasmir 2011:6).

1.4.2.1 Signifikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada SMA Negeri 1 Salatiga dalam menentukan langkah-langkah yang tepat untuk membantu peningkatan program pengajaran kewirausahaan agar dapat meningkatkan minat siswa berwirausaha. 1.5 Keterbatasan Masalah Mengingat akan keterbatasan kemampuan, jangkauan penulis dalam meneliti, perolehan ijin meneliti, dan waktu maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini hanya dilakukan di SMA Negeri 1 Salatiga. 2. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini hanya pada hubungan Motivasi Siswa dan Dukungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha pada Siswa SMA Negeri 1 Salatiga.