BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Integrasi Aplikasi Voice Over Internet Protocol (VOIP) Dengan Learning Management System (LMS) Berbasis

5. QoS (Quality of Service)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

7.1 Karakterisasi Trafik IP

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1

Bab 2. Tinjauan Pustaka

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gunung berapi, memantau kondisi rumah, dan event penting lainnya (Harmoko,

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

Voice over Internet Protocol Kuliah 6. Disusun oleh : Bambang Sugiarto

ANALISIS PERBANDINGAN QoS VoIP PADA PROTOKOL IPv4 DAN IPv6 ( STUDI KASUS : LABORATORIUM KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG )

PENGUKURAN QoS (Quality of Service) pada STREAMING SERVER

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. IP Multimedia Subsystem (IMS) awalnya didefinisikan oleh The 3 rd Generation

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya yang berhubungan dengan VPN. Dengan cara tersebut peneliti dapat

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

BAB I PENDAHULUAN I 1

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN KINERJA SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

Analisis dan Perancangan Quality of Service Pada Jaringan Voice Over Internet Protocol Berbasis Session Initiation Protocol

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB 1 PENDAHULUAN. melewatkan suara atau video melalui jaringan IP. Semenjak keberhasilan transfer

ANALISIS KINERJA TRAFIK VIDEO CHATTING PADA SISTEM CLIENT-CLIENT DENGAN APLIKASI WIRESHARK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL 9 PENGUKURAN QoS STREAMING SERVER

BAB III PERENCANAAN SISTEM

Unjuk Kerja QoS (Quality of Services) Jaringan Voice over Internet Protocol Berbasis SIP yang Diimplementasikan pada Jaringan Ethernet Gedung FEB-UKSW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada Next Generation Network (NGN) yang kemungkinan besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rudy Samudra P Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro

Implementasi Sinkronisasi Uni-Direksional antara Learning Management System Server dan User pada Institusi Pendidikan Berbasis Moodle

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI GPON

BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Lokasi Test-bed

SISTEM MONITORING PARAMETER QOS JARINGAN VoIP LOKAL DENGAN PROTOKOL PENSINYALAN H.323

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

D I S U S U N OLEH : YOHANA ELMATU CHRISTINA ( ) TEKNIK INFORMATIKA / KELAS MALAM SEMESTER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1.

BAB IV ANALISIS DAN HASIL DATA

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Layanan World Wide Web (WWW), yang begitu populer sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DASAR TEORI. komunikasi dan hiburan. Awal mulanya video berbentuk analog, sesuai

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu:

ANALISA PERBANDINGAN KINERJA LAYANAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN IP DAN JARINGAN MPLS. Disajikan Oleh :David Sebastian Kelas :P4 NPM :

Rancang Bangun RTP Packet-Chunk De-encapsulator Data AV Stream Format RTP Sebagai Terminal Access Multi-Source Streaming Server

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS KINERJA JARINGAN VOIP DENGAN PROTOKOL SRTP DAN TLS RYAN ADITYA PUTRA PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Pengembangan Video VoIP Phone Berbasis Web Menggunakan Protokol RTMP

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA. BANDWIDTH VoIP O L E H WISAN JAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAK. JARINGAN TELEKOMUNIKASI 2. Pengamatan Protokol dan Codec Pada Voip Menggunakan Wireshark KELOMPOK ISA MAHFUDI

ANALISIS KINERJA PROTOKOL SIP DENGAN IAX2 PADA VOICE OVER IPV6

BAB III METODE PENELITIAN

QoS & PROTOKOL JARINGAN MULTIMEDIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Saat pengujian perbandingan unjuk kerja video call, dibutuhkan perangkat

Analisa Perbandingan Quality of Service Pada Jaringan RIP dan OSPF Terhadap Layanan Video Streaming

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR. ANALISA QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA JARINGAN IPTV DENGAN ROUTING BERBASIS LINK-STATE

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI VOIP SERVER (STUDI KASUS: CV. SUZUKI DAYA MOTOR)

KOMUNIKASI DATA. Oleh : 1. M. Faisal Risqiansyah Muhammad Ismail Nida Nurvira

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Optimasi Prefer Audio Codec Narrowband Sebagai QoS Pada Kualitas Suara Penerima VoIP

BAB I PENDAHULUAN. terutama dengan semakin luasnya jangkaun internet hingga ke pelosok-pelosok pedesaan.

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta

Transkripsi:

BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada visited network. Pengukuran ini dilakukan ketika server hanya melayani satu pelanggan yang sedang mengakses IPTV. Pada saat pelanggan di visited network pelanggan bergerak sampai akses untuk wireless terputus dan kemudian bergerak untuk kembali mendapatkan sinyal sehingga streaming video normal kembali. Arsitektur dari testbed untuk pengukuran quality of service (QoS) pada saat pelanggan berada di home network sesuai arsitektur jaringan pada Gambar 3.3 dan pada saat pelanggan melakukan roaming sesuai Gambar 3.6. Padas saat user akan mengakses layanan IPTV baik pada saat di home network ataupun roaming pada visited network, user yaitu imsclient akan melakukan registrasi pada server openimscore dan server akan memberikan balasan seperti pada Gambar 3.1 dan pada wireshark seperti pada Gambar 4.1. ditunjukkan pada aktivitas dari protokol SIP dengan status register dan status OK. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register 34

35 Setiap user yang akan melakukan akses layanan maka user harus melakukan registrasi. Pada saat user melakukan roaming di visited network dimana jaringannya adalah wireless, user bergerak hingga sinyal hilang dan kemudian kembali lagi ke area jaringan wireless, user tidak perlu melakukan register ulang, user akan secara otomatis terhubung dengan server IPTV, ini dapat dilihat dari tampilan wireshark seperti pada Gambar 4.2, dimana tidak ada akitivitas protokol SIP, yang ada merupakan protokol dari RTP. Gambar 4.2 Tampilan wireshark ketika user terputus dari wireless Dari penelitian bahwa roaming IMS pada platform IPTV ketika suatu pelanggan terputus dari akses poin dan kembali mendapatkan sinyal, pelanggan tidak perlu untuk register ulang, pelanggan secara otomatis terhubung dengan media server IPTV, semua terlihat dari tampilan wireshark seperti Gambar 4.2. 4.1 Packet Loss Jaringan IP merupakan jaringan yang sangat heterogen sehingga informasi yang dikirim cenderung untuk berubah secara permanen disebabkan oleh kesalahan jaringan yang berubah-ubah. Sehingga paket yang dikirim akan diterima baik benar atau salah. Tiga faktor utama paket hilang adalah [12] : a. Kesalahan bit yang disebabkan oleh noise atau kesalahan peralatan.

36 b. Buffer penuh sebagai akibat antrian paket dan delay yang disebabkan oleh kepadatan dan aliran trafik jitter pada jaringan. c. Rerouting paket untuk menghindari kemacetan dalam jaringan. Dari hasil pengukuran, packet loss tidak ada ketika pelanggan di home network, sedangkan pelanggan ketika berada di visited network atau melakukan roaming, packet lossnya seperti pada Tabel 4.1. Packet loss terjadi sesuai dengan skenario bahwa adanya pergerakan dari pelanggan dari akses dengan sinyal kuat sampai akhirnya putusnya sinyal dan kembali mendapatkan sinyal. Dari Tabel 4.1 pada terdapat packet loss sebesar 53.7%, pada saat pengambilan data bahwa sinyal tidak sampai putus, sinyal masih tertangkap namun lemah seperti pada Gambar 4.3. Packet loss pada di media server dan pada IMS client dengan parameter GSM 13.2 kbps dan medium bandwidth, memiliki waktu dari saat putus dari akses poin dan mendapatkan sinyal sehingga kembali normal, memiliki waktu yang paling kecil seperti pada Tabel 4.2. karenanya packet lossnya paling kecil. IMS Client Gambar 4.3 Input output dari packet loss 53.7% GSM Tabel 4.1 Packet loss ketika roaming PCMA GSM PCMA Server 32.1 53.7 28.9 33.4 17.1 26.4 41.3 35.9 31.1 25.5 26.8 25.0 31.2 28.0 29.9 35.0

37 Tabel 4.2 Waktu pelanggan putus dari akses poin dan tersambung kembali Waktu dari stop ke start (detik) GSM PCMA GSM PCMA 91.26 145.00 53.56 58.51 38.30 48.42 72.48 51.43 53.48 44.10 44.57 42.03 54.78 46.04 51.36 62.99 4.2 Delay Jaminan untuk delay end-to-end merupakan suatu yang sangat sulit dan begitu kritikal untuk pengiriman secara real time [12], jika dilihat dari hasil pengambilan data, pada saat berada pada home network dan di visited network perbedaan delay tidak jauh berbeda. Namun hal yang diinginkan adalah untuk meminimalisasi suatu delay. Beberapa delay utama pada jaringan komunikasi adalah [12] : 1. Delay propagasi 2. Delay antrian 3. Delay proses (Switching/routing) 4. Delay akses lapisan fisik (Physical layer access delay) Dari parameter yang diambil bahwa semakin besar bit dari server, rata-rata delay dari user semakin kecil baik berada pada home network maupun pada visited network seperti pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Tabel 4.3 Delay pada saat di home network Rata-rata Delay (ms) GSM PCMA GSM PCMA 29,56 31,30 29,79 29,01 22,08 24,22 27,02 25,06 19,60 19,95 18,27 18,18 16,52 17,32 16,80 16,44

38 Tabel 4.4 Delay pada saat roaming Rata-rata Delay (ms) GSM PCMA GSM PCMA 21,00 21,45 21,68 22,00 17,20 17,32 17,17 17,55 12,73 13,78 13,38 13,36 11,54 11,82 11,56 11,68 Dari data didapat delay pada saat user di visited network (VN) lebih besar dari pada di home network (HN). Ini dikarenakan bahwa pada HN merupakan jaringan Hub LAN sedangkan di VN merupakan jaringan wireless LAN, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.4. Pada suatu keadaan bahwa delay yang semakin meningkat menyebabkan nilai dari QoS semakin menurun. Gambar 4.4 Grafik rata-rata delay

39 Dari data juga dapat diperhatikan bahwa ketika bit dari server sebesar 800.000 dan dengan parameter yang berbeda dari pelanggan memiliki delay yang paling rendah. Semakin tinggi kualitas yang diberikan oleh server maka akan memberikan quality of service yang lebih dengan delay yang semakin menurun demikian juga pada jitter dan throughput seperti pada penjelasan berikut. 4.3 Jitter Jitter, atau variasi kedatangan paket, hal ini diakibatkan oleh variasi-variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan. Hasil pengukuran dari dari jitter seperti pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6. Nilai dari jitter pada saat di HN kecenderungannya hampir sama dengan delay, bahwa semakin besar bit delay dan jitter semakin menurun demikian juga pada saat roaming seperti pada Gambar 4.5. Tabel 4.5 Jitter pada saat roaming Rata-rata Jitter (ms) GSM PCMA GSM PCMA 19,03 17,04 15,05 15,42 14,31 13,22 13,04 12,36 12,32 11,98 12,02 11,94 11,26 11,21 11,11 11,31 Tabel 4.6 Jitter pada saat di home network Rata-rata Jitter (ms) GSM PCMA GSM PCMA 15,86 16,04 14,53 14,80 13,38 13,51 13,51 14,28 10,45 11,19 10,91 11,05 9,69 9,91 10,01 9,86

40 Gambar 4.5 Grafik rata-rata jitter 4.4 Throughput Throughput adalah rata-rata kecepatan pengiriman sejumlah informasi per satu-satuan waktu. Throughput, delay, dan packet loss adalah saling berhubungan. Ketika suatu sistem atau jaringan tidak mencukupi throughput, paket akan mengalami delay atau hilang. Jadi jika suatu jaringan memenuhi persyaratan suatu level delay dan kesalahan (error), throughput akan tercapai sesuai persyaratan [13]. Dari hasil pengukuran semakin besar bit dari server IPTV maka throughput juga semakin besar baik pada saat di home network ataupun pada saat roaming di visited network seperti pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8. Dari data, delay dan throughput pada home network dan visited network bahwa semakin besar nilai throughput, nilai dari delay semakin menurun seperti pada Gambar 4.6 dan 4.7. Pada Gambar 4.6 salah satu tren garis lurus pada satu parameter IMSClient PCMA 64kbps, Bandwidth 60kbps.

41 Tabel 4.7 Throughput ketika di home network Throughput (kbps) GSM PCMA GSM PCMA 470.19 459.39 440.10 426.76 551.48 555.67 568.86 520.26 733.58 735.31 716.09 718.49 830.80 848.09 813.57 819.25 Tabel 4.8 Throughput ketika roaming Throughput (kbps) GSM PCMA GSM PCMA 455.72 428.18 408.51 444.54 562.29 582.57 506.17 541.96 723.11 737.10 758.07 760.36 834.85 823.32 870.52 839.69 Gambar 4.6 Throughput vs Delay pada saat roaming

42 Gambar 4.7 Throughput vs Delay pada saat di home network Bandwidth Secara normal bahwa antara sumber dan tujuan terdapat beberapa bagian link (jalur) dengan kemampuan yang berbeda, seperti pada Gambar 4.8. Beberapa faktor memberi kontribusi kepada bandwidth untuk ketersediaan paket pada bagian link. Gambar 4.8 Ketidakleluasan dari link oleh bandwidth yang lebih rendah [13] Faktor ini mencakup kecepatan dari bagian link, level kepadatan dalam setiap hop, dan prioritas yang diberikan pada antrian. Sepanjang jalur, jalur dengan bandwidth paling rendah sebagai penentu dari jalur. Seperti pada Gambar 4.8 bandwidth pada jalur berkurang menjadi 2 Mbps meskipun kenyataanya bagian mempunyai dua jalur pada 100 Mbps dan 10 Mbps.

43 4.5 Quality of Service Untuk dapat suatu kepuasan dari layanan kualitas yang diinginkan, ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan dalam transmisi multimedia. Pada layanan IPTV, batasan dari jitter harus stabil ketika pengiriman real-time multimedia ke pelanggan kalau tidak video dan audio tidak dapat berjalan dengan baik karena perubahan delay paket. Dengan kata lain, naiknya variasi delay membuat kualitas video dari jelek menjadi buruk meningkat. Jitter dan delay dari IPTV harus dalam level tertentu [14]. Spesifikasi ini dijelaskan dalam rekomendasi ITU-T Y.1541 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Objektivitas kinerja jaringan dan kelas QoS IPTD : IP Packet Transfer Delay IPDV : IP Packet Transfer Delay Variation IPLR : IP Packet Loss Rate IPER : IP Packet Error Rate IPRR : IP Reordered Ratio Dari hasil pengukuran untuk delay dan jitter bahwa baik pada home network dan visited network nilai keduanya masih dalam range spesifikasi dari ITU-T Y.1541. Secara keseluruhan nilai dari delay lebih kecil dari 32 ms dan jitter lebih kecil dari 20 ms. Komunikasi multimedia membutuhkan jaminan kinerja end-to-end. Untuk menyediakan suatu kerangka kerja yang sama untuk aplikasi yang berbeda untuk jaminan kinerja diperlukan suatu konsep quality of service (QoS). QoS

44 memberikan suatu karakteristik yang berpengaruh pada perceived quality dari suatu aplikasi. Perceived quality dapat diartikan sebagai persepsi pelanggan terhadap semua kualitas. Berdasarkan data diatas, adanya perubahan delay dan jitter yang terjadi pada parameter tertentu maka diperlukan suatu mekanisme untuk perceived quality of service (PQoS). Infrastruktur IMS masih belum menyediakan suatu mekanisme manajemen PQoS dalam layanan penetapan sistem pengontrolan [15]. Untuk itu, kesuksesan layanan multimedia dalam infrastruktur IMS akan tergantung pada bagaimana end user melihat layanan kualitas yang tersedia. Sehingga IMS cocok memakai solusi manajemen jaringan terpusat yang memakai cross layer adaptive technique. Ketika terjadi penurunan PQoS pada terminal pelanggan, alarm PQoS dari pelanggan akan memonitor keputusan apa yang akan diambil untuk penyesuaian yang diperlukan agar meningkatkan suatu PQoS. Teknik ini akan diterapkan pada arsitektur IMS untuk menyempurnakan suatu objektivitas : a. Mengimbangi pelemahan jaringan. b. Untuk optimasi dari encoding dan atau parameter streaming. c. Meningkatkan kepuasan dari pemakai dengan memaksimalkan level dari PQoS. IMS secara logika dibagi menjadi dua domain komunikasi utama, pertama untuk pengiriman data seperti paket real time protocol yang terdiri dari audio, video dan data, kedua adalah untuk pengiriman sinyal SIP. Selama proses suatu hubungan (session) atau sebelum hubungan terbentuk, metode SIP UPDATE dapat digunakan pelanggan untuk mengupdate parameter dari suatu hubungan (seperti streaming media dan pengkodeannya, sama dengan seperti parameter dari penelitian). Metode SIP UPDATE tidak berpengaruh pada keadaan ketika ada dialog. Penerapan metode dengan PQoS pada VoIP (voice over internet protocol) telah banyak dilakukan penelitian dengan menggunakan suatu emulator yang ditanamkan pada terminal, yang bertanggung jawab untuk memonitor kualitas dari suara secara real time. Kode adaptive multi-rate (AMR) dipilih sebagai contoh untuk pengembangan model PQoS. Kode ini dikembangkan oleh ETSI dan telah

45 menjadi standard untuk GSM. AMR adalah kode dengan banyak pilihan dengan delapan pilihan mode (AMR475 sampai AMR 122). Mekanismenya adalah dengan menggunakan nilai dari MOS (mean opinion score) untuk memonitor dari PQoS dan rata-rata dari packet loss. Pada saat PQoS mulai drop dari standard yang ditentukan untuk MOS, user akan akan mengirim alarm menggunakan instant message (IM) dengan permintaan penuruan dari AMR. Pelanggan akan terus memonitor PQoS sementara suatu hubungan masih berjalan. Jika pelanggan melihat bahwa packet loss menjadi nol maka pelanggan akan mengirim IM untuk meminta menaikkan mode AMR.