Dwi Agus Liani*, Arwin Achmad, Rini Rita T. Marpaung Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DENGAN GUIDED DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DENGAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. *Corresponding author, telp: ,

PENGGUNAAN TEKNIK PEMETAAN KONSEP TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP ORGANISASI KEHIDUPAN. (Artikel) Oleh: Dian Yustie Anggraeni

PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI HAMA PENYAKIT TUMBUHAN

PENERAPAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG ARTIKEL OLEH: ZUMRATUN HASANAH

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

KUALITAS KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh MADE OKTAVIA SRI RAHAYU

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh YUDI SAPUTRA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI. (Artikel) Oleh RAPENDA ESANTINO

PENGARUH MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK JAMUR. (Artikel) Oleh Wulan Sari Irawati

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh NI WAYAN NILA SRI LESTARI

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

Penerapan Strategi Genius Learning Dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Padang ABSTRACT

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN E-LEARNING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS. (Artikel) Oleh SILFI AULIYANTI

PENGARUH MEDIA POWER POINT TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA. (Artikel) Oleh WINA HALIMAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI JAMUR DI KELAS X SMK NEGERI 1 RAMBAH TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH ACTIVE LERANING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh. Emilia Yuliani

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA SLIDE POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh MADE DEWI LESTARI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh EVA FEBRIYANTI R.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MODEL PICTURE AND PICTURE

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA. (Artikel) Oleh KARTIKA AYU WULANDARI

PERBANDINGAN METODE EKSPERIMEN INKUIRI DENGAN VERIFIKASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN. (Artikel) Oleh SIGIT DWI NURCAHYO

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Bung Hatta

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

PENGARUH BAHAN AJAR MODUL REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA. (Artikel) Oleh DEWI CITRA HANDAYANI

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI HIMPUNAN

PENGARUH METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS. (Artikel) Oleh NURMALA

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI MODEL PBM TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (ARTIKEL) Oleh RAISA RAMADHANI

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI SEL DI KELAS XI IPA

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA. (Artikel) Oleh Wana Ginandi Putra

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA

MODEL PEMBELAJARAN FREE INQUIRY (INKUIRI BEBAS) DALAM PEMBELAJARAN MULTIREPRESENTASI FISIKA DI MAN 2 JEMBER

Abstrak. Kata kunci :Eksperimen Inkuiri, Eksperimen Verifikasi, Tingkat Keaktifan, Hasil Belajar.

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA. (Artikel) Oleh. Sefty Goestira

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OBSERVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS OLEH SISWA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Guided Note Taking Dalam Pembelajaran Biologi Kelas VIII SMPN 2 Panti Kabupaten Pasaman

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

Nia Wati dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGARUH PENERAPAN SERVICE LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Problem Based Learning, Hasil Belajar 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI 32 PADANG ARTIKEL. Oleh : FRESTY YUMERISA

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUSAAN KONSEP SISWA. (Artikel) Oleh MADE SETIA HARINI

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh WELLY MENTARI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY)

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

RENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF MODEL PICTURE AND PICTURE DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII SMPN 1 TIUMANG KABUPATEN DHARMASRAYA

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STAD TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA

PENGARUH MEDIA MAKET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI SISWA

PENGARUH AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI PERISTIWA ALAM DAN DAMPAKNYA. (Artikel) Oleh IMRON ROSADI

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

KeyWords :Guided Inquiry, student achievement, salt hydrolysis.

ABSTRACT. Keywords: Demonstration method, LKS, cognitive domain.

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: HELMI SUSANTI

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRING MINDS WANT TO KNOW (IMWK)

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

ABSTRACT. Keyword : Active Learning, The Result of Cognitive, Affective and Psychomotor Learning Domains.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP PENGUASAAN MATERI KINGDOM PLANTAE OLEH SISWA. (Artikel) Oleh FERI PERNANDO

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R ( Survey, Question, Read, Recite and Review)

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

PENGARUH INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS

PENGARUH METODE JARIMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD JURNAL. Oleh BIMA SUCI RAHMATULLAH SUWARJO SITI RACHMAH SOFIANI

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT HIPOTESIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. (Artikel) Oleh MUHAMMAD AKBAR

PENGARUH PENERAPAN METODE PRAKTIKUM TERHADAP AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRI DAN PROBLEM-BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMP N 3 SINGGALANG

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5-E

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Utari Ramadhani S*, R.Usman Rery**, Johni Azmi*** No. Hp :

Risaftia Andini 1, Johni Azmi 2, Jimmi Copriady 2 No.

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

Wirakaryati dan Jurubahasa Sinuraya Jurusan Fisika FMIPA Unimed)

Transkripsi:

PERBANDINGAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Dwi Agus Liani*, Arwin Achmad, Rini Rita T. Marpaung Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Lampung *Corresponding author, HP : 081272045094, Email : Dwiagusliani@gmail.com Abstract: Comparison of Guided Discovery and Guided Inquiry Learning Model on Student s Learning Outcomes. The purpose of this research was to know the differences in learning outcomes of student s cognitive and affective aspects between Guided Discovery Learning and Guided Inquiry Learning. The design was the randomized pretest-posttest control group design. The quantitative data were obtained from pretest, posttest, N-gain which were analyzed by t test and U test. The qualitative data were obtained from observation sheet affective. The result showed that N-gain average of student s experiment class II (75.40) with high criteria was better than the experiment class I (57.46) with medium criteria. The result of student s affective aspect in experiment class II was 71.69 with good criteria, while the experiment class I was 3.27 with enough criteria. Thus, Guided Inquiry model is better than Guided Discovery Learning in improving student learning outcomes. Keyword: guided discovery, guided inquiry, learning model, result study Abstrak: Perbandingan Model Guided Discovery Learning dengan Guided Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan hasil belajar aspek kognitif dan afektif siswa antara pembelajaran yang menggunakan model Guided Discovery Learning dengan Guided Inquiry Learning. Desain penelitian ini menggunakan the randomized pretest-posttest control group design. Data kuantitatif, diperoleh dari pretest, posttest, N-gain yang dianalisis menggunakan Uji-t dan Uji U. Data kualitatif berupa hasil belajar aspek afektif siswa yang diperoleh dari lembar observasi afektif dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu rata-rata N-gain siswa kelas eksperimen II (75.40) dengan kriteria sedang lebih baik dibandingkan kelas eksperimen I (57.46) dengan kriteria rendah.rata-rata hasil belajar aspek afektif siswa kelas eksperimen II (71,69) berkriteria baik, sedangkan kelas eksperimen I (63,27) berkriteria cukup. Dengan demikian, model pembelajaran Guided Inquiry lebih baik dibandingkan Guided Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kata kunci: guided discovery, guided inquiry, hasil belajar, model pembelajaran

PENDAHULUAN Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, antara lain bergantung pada guru. Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Peran guru sangat penting dalam meningkatkan kemauan belajar siswa. Seorang guru dapat memotivasi dan memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana cara belajar yang baik dan mengembangkan potensi lebih yang terdapat pada siswa. Menurut Sanjaya (2012: 15), dalam sistem pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana (planer) atau desainer (designer) pembelajaran, sebagai implementator dan atau mungkin keduanya. Demikian pula yang diungkapan oleh Suryani dan Agung (2012: 73) bahwa guru adalah jabatan dan pekerja profesional. Sebagai pendidik, profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna. Dengan adanya penjelasan mengenai peran guru inilah yang menjadikan seorang guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam keberhasilan proses pembelajaran, yang mana keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil observasi di MTs. NU Kota Agung menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA di dalam kelas belum menggunakan metode, guru hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi, sehingga mengakibatkan siswa menjadi pasif yang akan berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang optimal sesuai dengan yang diharapkan baik secara aspek kognitif maupun aspek afektif. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu menggunakan penggunaan model pembelajaran Guided Discovery Learning dan Guided Inquiry Learning. Model pembelajaran Guided Discovery Learning merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan). Siswa tidak hanya disodori dengan sejumlah teori (pendekatan deduktif), tetapi mereka pun berhadapan dengan sejumlah fakta (pendekatan induktif). Dari teori dan fakta itulah, mereka diharapkan dapat merumuskan sejumlah penemuan. Penemuan yang dimaksud berarti pula sesuatu yang sederhana, namun memiliki makna dengan kehidupan siswa itu sendiri (Kosasih, 2014: 83). Menurut Indrawati (dalam Trianto, 2013: 165) Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model- model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara- cara mengolah informasi. Model pembelajaran Discovery menurut Suryosubroto (2009: 185 187) memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan pembelajaran Discovery yaitu: (1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. Kekuatan dari proses penemuan datang dari

usaha untuk menemukan. (2) Pengetahuan diperoleh dari pembelajaran ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh. (3) Pembelajaran Discovery membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. (4) Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri. (5) Menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus. (6) Dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melaui proses penemuan. (7) Pembelajaran ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. (8) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir yang mutlak. Pembelajaran Inquiry menurut Trianto (2013: 344) memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, adapun keunggulannya sebagai berikut : (1) Pembelajaran Inquiry menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inquiry ini dianggap lebih bermakna. (2) Pem-belajaran Inquiry dapat mem-berikan ruang peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. (3) Inquiry merupakan pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. (4) Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran Guided Discovery Learning dan Guided Inquiry bukanlah suatu hal yang baru. Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan kedua model tersebut bahkan tidak sedikit penelitian yang membandingkan kedua model tersebut yang pada umumnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tersebut diantaranya adalah dari Sofiani (2011: 31), menunjukkan bahwa model Inquiry lebih baik dibandingkan model Guided Discovery. Dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa penelitian tersebut cenderung hanya menunjukkan pengukuran hasil belajar pada aspek kognitif saja. Sedangkan telah diketahui bahwa dalam proses pembelajaran perlu pengukuran hasil belajar aspek afektif siswa. Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramal perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar aspek afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Padahal seharusnya aspek afektif harus menjadi bagian integral dari bahan pengajaran dan harus tampak dalam proses pembelajaran serta hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, penting kiranya untuk melakukan pengukuran pada aspek afektif. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar aspek kognitif dan hasil belajar aspek

afektif. Pada hasil belajar aspek kognitif terdapat strategi kognitif yang merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Hasil belajar aspek afektif atau yang lebih dikenal sebagai hasil belajar sikap. Sikap merupakan kemampuan yang tidak dapat dipelajari dengan ulanganulangan, tidak bergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar, tanpa kemampuan ini belajar tidak akan berhasil dengan baik (Slameto, 2010: 14-15). Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran Guided Discovery Learning dan Guided Inquiry dalam pembelajaran biologi dengan judul Perbandingan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning dan Guided InquiryTerhadap Hasil Belajar Aspek Kognitif dan Aspek Afektif Siswa (Pada Materi Pokok Kelangsungan Hidup Mahluk hidup Melalui Adaptasi, Seleksi Alam, dan Perkembangbiakan, Siswa Kelas IX MTs. NU Kota Agung T.P 2015/2016). METODE Penelitian ini dilaksanakan di MTs. NU Kota Agung pada bulan Oktober 2015. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh kelas IX MTs. NU Kota Agung Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IX A sebagai kelas eksperimen I dan kelas IX B sebagai kelas eksperimen II yang diambil dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini berupa the randomized pretest-posttest control group design. Sehingga struktur desain penelitian ini yaitu: Tabel 1. Struktur DesainPenelitian Subyek Pengukurana wal Perlakuan Pengukuran akhir I O 1 X 1 O 2 II O 1 X 2 O 2 I = KelasEksperimen I; II = KelasEksperimen II; O 1 = Pretest;X 1= Model Pembelajaran Guided Discovery Learning; X 2 = Model Pembelajaran Guided Inquiry; O 2= Posttest dan Observasi aspek afektif (dimodifikasi dari Fraenkel and Wellen, 1993:250). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MTs. NU Kota Agusng untuk mengetahui hasil belajar aspek kognitif siswa pada kelas eksperimen I dan eksperimen II pada materi pokok Kelangsungan Hidup Mahluk Hidup Melalui Adaptasi, Seleksis Alam, dan perkembangbiakan hasilnya disajikan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai pretest siswa pada kedua kelas berdistribusi tidak normal sehingga untuk pengolahan data tersebut dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U. Berdasarkan hasil uji u untuk nilai pretest, diketahui bahwa nilai pretest kedua kelas berbeda tidak signifikan. Pada nilai posttest siswa pada kelas eksperimen I dan eksperimen II berdistribusi normal maka perhitungan dilanjutkan dengan uji t.

Tabel 4. Hasil Uji Statistik Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain Data Siswa Kelas X ±Sd Pretest Posttest N-gain E 1 39,15±8,53 E 2 38,05 ± 7,62 E 1 74.26± 10.64 E 2 85.11±5.17 E 1 57.46± 17.84 E 2 75.40± 9.54 Uji Normalitas L h (0,208) < L t (0,156) L h (0,206) < L t (0,156) Uji Homogenitas Uji t 1 Uji t 2 Uji U Ket - - - p (0,640> 0,05) L h (0.164) >L t (0,156) p ( 0,000<0,0 L h (0.259) 5) >L t (0,56) L h (0,111) >L t (0,156) F h(11.838) > F t L h (0,123) >L t (0,156) (2.091) t h (-5.034) < t t (-1.669) t h(10.683) > t t(1,695) BTS BS - BS Ket: E 1 = Eksperimen I; E 2 = Eksperimen II; = Rata-rata; Sd = Standar deviasi; h = hitung; t = tabel; t 1 = kesamaan dua rata-rata; t 2 = perbedaan dua rata-rata;bs = Berbeda Signifikan; BTS = Berbeda Tidak Signifikan; U = Mann-Whitney U; p =Probabilitas. Tabel 4 Hasil uji t 1 untuk Posttestmenunjukkan bahwa nilai Posttest pada kedua kelas berbeda signifikan yang dibuktikan dengant h (-2.736) <t t(-1,669), kemudian hasil uji t 2 kedua kelasmenunjukkan t h(-11.683) >t t(-1,695) artinya rata-rata Posttest hasil belajar siswa kelas eksperimen II lebih tinggi dari kelas eksperimen I.Pada data nilai N-gain kedua kelas berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji t. Hasil uji t 1 untuk N-gain menunjukkan bahwa nilai N-gain pada kedua kelas berbeda signifikan yang dibuktikan dengan t h (-5.034) < t t(1,669), kemudian hasil uji t 2 kedua kelas menunjukkan t h(10.683) >t t(1,695) artinya rata-rata N-gain hasil belajar siswa kelas eksperimen II lebih tinggi dari kelas eksperimen I. Untuk mengetahui rata-rata nilai N-gain siswa per indikator soal, berikut ditampilkan dalam Tabel Tabel 5. Hasil Analisis Rata-Rata Nilai N-gain per Indikator Soal Test Indikator Kelas X ±Sd C2 C3 E 1 E 2 E 1 E 2 51.52 ± 29.13 67.13 ±17.79 64.58 ± 47.85 53.13± 51.30 UjiNormalita s L h (0,113) <L t Uji Homogenitas (0,156) F h(7.702) > F t L h (0,148) <L t(0,156) L h (0,395) >L t (0,156) L h (0,354) > L t(0,156) (2.091) Uji u t h (-2.582) > t t (-1.669) t h (-5.035) > t t (-1.695) Ke - BS - - - p(0,386>0,05) BTS C4 E 1 51.56 ± L h (0,334) > L t p BTS 49,97 (0,156) - (0,200>0,05 - - ) E 2 67.19 ± L h (0,414) > L t 47.30 (0,156) Ket: E 1 = Eksperimen I; E 2 = Eksperimen II; = Rata-rata nilai N-gain; Sd = Standar deviasi; h = hitung; t = tabel;p= probabilitas; BS = Berbeda Signifikan; BTS = Berbeda Tidak Signifikan. t

Tabel 5 menunjukkan bahwa dari uji normalitas nilai N-gain indikator kognitif C2 pada kelas eksperimen I data berdistribusi normal dan eksperimen II data berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji t. Berdasarkan hasil uji t untuk nilai N-gain C2 berbeda signifikan. Dari data Tabel 5 juga dapat diketahui uji normalitas rata-rata nilai N-gain pada indikator C3, yang menunjukkan bahwa nilai N-gain kedua kelas berdistribusi tidak normal sehingga dilanjutkan dengan uji u. Hasil uji u pada indikator kognitif soal tingkat C3 diperoleh bahwa p(0,386>0,05) sehingga C3 berbeda tidak signifikan. Dari tabel 5 diketahui data hasil uji normalitas data C4 kedua kelas berdistribusi tidak normal, sehingga dilanjutkan dengan uji u. Hasil pada uji u indikator C4 diperolaeh p(0,200>0,05) sehingga beberda tidak signifikan. Hasil belajar aspek afektif siswa juga menjadi aspek yang diamati dalam penelitian ini. Berikut disajikan data rata-rata hasil belajar aspek afektifsiswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dalam Tabel 6. Tabel 6. Rata-Rata Persentase Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II Aspek yang Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II di amati ±Sd Kriteria ±Sd Kriteria A 50,00± 0,00 Rendah 50,00± 0,00 Rendah B 75,00± 2,82 Baik 82,00 ± 4,94 Sangat Baik C 64,06± 12,72 Cukup 70,31± 18,38 Cukup D 64,00± 2,82 Cukup 82,03± 4,94 Sangat Baik ±Sd 63,27± 10,24 Cukup 71,69 ± 15,62 Baik Ket : A = Sikap Bertanggung jawab; B = Sikap Berkerja sama; C = Sikap disiplin ; D = menghargai pendapat; = Rata-rata skor nilai ;Sd = standar deviasi. Hasil pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar aspek afektif siswa pada kelas eksperimen II berkriteria baik sedangkan kelas eksperimen I berkriteria cukup. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data (Tabel 4) dapat diketahui bahwa rata-rata N-gain kelas eksperimen II yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry lebih tingggi dibandingkan dengan rata-rata N-gain kelas eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran Guided Discovery Learningpada siswa MTs. Nu Kota Agung. Hal ini dikarenakan model pembelajaran Guided Inquiry menekankan pada siswa untuk menyelidiki suatu permasalahan yang telah disajikan sehingga selain siswa dapat menemukan sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan, siswa juga dapat memahami penyebab dan dampak yang terjadi dalam permasalahan tersebut. Berbeda halnya dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning yang hanya menekankan pada siswa untuk melakukan penemuan tanpa disertai dengan penyelidikan suatu permasalahan. Selain itu, hal ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu diantaranya adalah dari Sofiani (2011: 31), menunjukkan bahwa model Inquiry

lebih baik dibandingkan model Guided Discovery. Peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa terjadi karena rangkaian kegiatan pembelajaran dari model pembelajaran Guided Inquiry yang menekankan pada proses berpikir siswa untuk mencari, menemukan dan menyelidiki sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Setiap siswa memiliki tugas mencari data atau informasi dari berbagai sumber seperti wacana dalam Lembar Kerja Kelompok, buku dan lain sebagainya pada saat bekerja sama dalam kelompok. Kemudian hasil penemuan masing-masing siswa didiskusikan secara bersama. Kegiatan ini menjadikan siswa lebih aktif dalam diskusi kelompok maupun kelas. Pengamatan hasil belajar aspek kognitif siswa diawali dengan mengukur kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II melalui pretest. Hasil analisis uji t 1 (Tabel 4) diketahui bahwa rata-rata pretest kedua kelas berbeda tidak signifikan, artinya kedua kelas memiliki kemampuan yang sama. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata pretest kedua kelas memiliki nilai hampir sama besar. Dengan demikian dapat dinyatakan tingkat pengetahuan awal yang dimiliki siswa pada kedua kelas adalah sama. Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kedua kelas kemudian diberi soal posttest. Berkenaan dengan pendapat Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hasil dari analisis uji U Posttest (Tabel 4) diketahui bahwa kedua kelas berbeda secara signifikan, dengan rata-rata nilai posttest kelas yang menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry lebih tinggi dari kelas Guided Discovery Learning. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Guided Inquiry mampu membantu siswa dalam menjawab posttest. Hasil dari analisis uji t 1 N-gain kedua kelas berbeda secara signifikan, kemudian hasil analisis uji t 2 menunjukkan rata-rata N-gain hasil belajar siswa kelas eksperimen II lebih tinggi dibanding kelas eksperimen I. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen II berkriteria tinggi sedangkan kelas eksperimen I berkriteria sedang. Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry berpengaruh terhadap hasil belajar aspek kognitif siswa. Sesuai pernyataan Gulo (dalam Trianto, 2013: 166) bahwa model Guided Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Selanjutnya adalah analisis butir indikator kognitif soal pretestposttest (Tabel 5), analisis butir indikator kognitif soal pretest-posttest pada tingkat C2 ketika dianalisis dengan uji u menunjukkan bahwa

kedua kelas berbeda signifikan. Analisis butir indikator kognitif soal pretest-posttest pada tingkat C3 dianalisis dengan uji u, kedua kelompok berbeda secara tidak signifikan. Analisis indikator kognitif soal pretest-posttestpada tingkat C4 dianalisis dengan uji kedua kelompok berbeda secara tidak signifikan. Selanjutnya adalah bagaimana hasil belajar aspek afektif siswa (Tabel 6) dari perbandingan model pembelajaran Guided Discovery Learning dengan Guided Inquiry. Hal ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi sikap peduli lingkungan siswa. Adapun sikap yang diamati adalah (1) sikap Bertanggung jawab; (2) sikap Berkerjasama; (3) sikap disiplin; (4) menghargai pen-dapat. Hasil pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen II lebih baik dari kelas eksperimen I. Hal ini dapat dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen II berkriteria baik, sedangkan kelas eksperimen I berkriteria cukup. Untuk sikap bertanggung jawab pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 berkriteria rendah masing-masing dengan persentase yang sama. Untuk sikap bekerja sama kelas eksperimen 2 lebih unggul dibandingkan dengan kelas eksperimen 1, karena sikap bekerja sama kelas eksperimen 2 berkriteria sangat baik sedangkan kelas eksperimen 1 berkriteria baik. selama pengamatan dalam proses pembelajaran pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2, kelas eksperimen 1 menunjukkan sikap kurang bekerja sama. Selain itu, untuk sikap disiplin kelas eksperimen 1 berkriteria cukup sedangkan kelas eksperimen 2 berkriteria baik. Untuk sikap menghargai pendapat kelas eksperimen 1 berkriteria cukup dan kelas eksperimen 2 berkriteria sangat baik, hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran siswa kelas eksperimen 1 kurang dapat mengahargai pendapat teman, baik teman sekelompok maupun teman sekelas, sedangkan pada kelas eksperimen 2 dapat saling menghargai pendapat teman. Hasil belajar aspek afektif siswa yang dilihat menggunakan lembar observasi afektif dengan tema sikap peduli lingkungan siswa menghasilkan rata-rata dari keempat aspek sikap yang dinilai yaitu untuk kelas eksperimen I dengan kriteria cukup dan untuk kelas eksperimen II dengan kriteria baik. Sebagaimana pendapat Musfiroh (2008: 30) karakter dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu, tahap pengetahuan (knowing), tindakan (acting), dan kebiasaan (habit). Ketiga tahapan ini tertanam dalam diri setiap organisme dan direalisasikan dalam bentuk perilaku dalam kesehariaannya. Artinya bahwa ketika berbicara karakter, maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari aspek pengetahuan, tindakan, maupun kebiasaan seseorang. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa penggunaan model pembelajaran Guided Inquiry lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar aspek kognitif dan aspek afektif siswa MTs. NU Kota Agung T.P2015/2016. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di-

uraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar aspek kognitif pada materi kelangsungan hidup mahluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan antar kelas yang diajar dengan menggunakan model Guided Discovery Learning dan Guided Inquiry Learning pada IX MTs. NU Kota Agung Tahun Pelajaran 2015/2016. (2) Penggunaan model Guided Inquiry Learninng berpengaruh lebih baik terhadap hasil belajar aspek afektif pada kelas IX MTs. NU Kota Agung Pada materi kelangsungan hidup mahluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakan dibandingkan dengan penggunaan model Guided Discovery. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Guru MTs. NU Kota Agung dapat menjadikan kedua model tersebut sebagai salah satu pilihan dalam proses pembelajaran di kelas, dengan penggunaan model Guided Discovery Learning dan Guided Inquiry Learning menjadikan pengalaman belajar yang berbeda bagi siswa serta dapat melatih sikap siswa sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. (2) Peneliti lain yang akan menerapkan penggunaan perban-dingan model pembelajaran Guided Inquiry Learning dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning sebaiknya terlebih dahulu memahami dengan baik perbedaan dari kedua model pembelajaran tersebut serta hendaknya terlebih dahulu mengajarkan materi lain dengan kedua model pembelajaran ini se-hingga siswa telah beradaptasi dengan kedua model pembelajaran ini. (3) Untuk pengukuran hasil belajar aspek afektif siswa sebaiknya pe-nilaian dilakukan oleh satu observer tiap 2 kelompok agar lebih efektif dan kondusif. DAFTAR RUJUKAN Fraenkel, J. R. dan N. E. Wallen. 1993. How To Design and Evaluate Research In Education. San Fransisco United State: San Fransisco University. Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. Musfiroh, T. 2008. Tinjauan Berbagai Aspek Character Building: Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter. Yogyakarta: Tiara Wacana. Sanjaya, W. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sofiani, E. 2011. Pengaruh Model Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Jakarta. Suryani, N. dan L. Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak (Anggota IKAPI.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.