BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

III. BAHAN DAN METODE

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

VII ANALISIS PENDAPATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

IV. KEADAAN UMUM DESA GEDANGAN. A. Letak Geografis, Batas dan Kondisi Wilayah. Purwodadi. Kabupaten Grobogan terletak pada sampai Bujur

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN SELUMA ABSTRAK PENDAHULUAN

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

1 SET A. INDIVIDU PETANI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perspesi petani padi organik maupun petani padi konvensional dilatar

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK

Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB II TINJUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN

Transkripsi:

A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang baru dimekarkan dari Kecamatan Bongomeme pada tanggal 27 Desember Tahun 2012. Kecamatan Dungaliyo memiliki sepuluh desa dengan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Dungaliyo ± 16.405 jiwa 4.105 KK, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Kecamatan Dungaliyo memiliki luas 10.221 km dan terletak dibagian ujung barat ibukota Kabupaten Gorontalo (Limboto). Batas-batas Wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tibawa, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Biluhu, - Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan tabongo, - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bongomeme. Batas terjauh wilayah dari Barat ke Timur ± 8 Km dari Utara ke Selatan ± 5 Km, Jarak dari ibukota Kecamatan ke ibu kota Kabupaten ± 15 Km. Secara rinci letak Kecamatan Dungaliyo sebagai lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1 dan jarak antara antara pusat kecamatan ke masing-masing desa disajikan pada Tabel 2. 1

U B T S KECAMATAN BONGOMEME KECAMATAN DUNGALIYO Gambar 2. Lokasi Penelitian Peta Kecamatan Dungaliyo Pemekaran dari Kecamatan Bongomeme, 2013 Tabel 2. Jarak Dari Ibu Kota Kecamatan ke Masing-Masing Desa dan Luas Wilayah di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Desa Bongomeme Duwanga Dungaliyo Kaliyoso Pilolalenga Ayuhula Ambara Pangadaa Momala Botubulowe Ibu Kota Kecamatan Ke Masing-masing Pusat Desa (Km) 2 3,5 2 2 1 2,5 4 1 4 2 Luas Wilayah Desa km2 / (Ha) 750 3.5 2000 150 2268 1230 1475 TOTAL 24 10.221 Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Dungaliyo. 2013 450 647 901 2

Berdasarkan Tabel 2 jarak dari ibu kota kecamatan ke Desa Bongomeme berjarak 2 km, Desa Duwanga berjarak 3,5 km, Desa Dungaliyo 2 km, Desa Kaliyoso 2 km, Desa Pilolanga 1 km, Desa Ayuhula 2,5km, Desa Ambara 4 km, Desa Pangadaa 1km, Desa Momala 4 km, Desa Botubulowe 2 km. Dengan Luas Wilayah 10.221 km2. 2. Jumlah Penduduk Menurut Jumlah Keluarga dan Status Lahan Penduduk atau masyarakat merupakan sekumpulan orang yang tinggal di suatu daerah tertentu yang terdiri dari masing-masing anggota keluarga. Sebagian besar penduduk di Kecamatan Dungaliyo merupakan penduduk asli dan selebihnya merupakan pendatang dari luar Kecamatan Dungaliyo bahkan dari Provinsi Gorontalo. Jumlah penduduk menurut jumlah keluarga dan status lahan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jumlah Keluarga dan Status Lahan di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No Desa Jumlah Penduduk (Orang) Jumlah Keluarga (Kk) Pemilik Lahan Status Lahan Penggarap Buruh Tani Tidak menggarap Penggarap 1 Bongomeme 1.733 479 17 432 22 8 2 Duwanga 1.010 274 8 240 18 8 3 Dungaliyo 1.893 521 22 465 20 14 4 Kaliyoso 2.153 565 8 537 14 6 5 Pilolalenga 2.727 345 6 312 17 10 6 Ayuhula 1.123 313 4 288 11 10 7 Ambara 1.491 366 4 342 16 4 8 Pangadaa 1.710 551 12 511 16 12 9 Momala 748 215 3 186 11 15 10 Botubulowe 1.817 476 5 443 9 19 Jumlah 16.405 4105 89 3756 154 106 Sumber: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Dungaliyo. 2013 3

Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukan jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Dungaliyo adalah ± 16.405 jiwa dan 4.105 KK yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Status petani belum seluruhnya terdaftar dalam keluarga tani terdiri dari pemilik lahan tidak menggarap berjumlah 89 orang, pemilik lahan penggarap berjumlah 3.756, penggarap berjumlah 154 dan buruh tani berjumlah 106 orang. Hasil penelitian penelitian meliputi deskripsi petani responden, karakteristik usahatani padi sawah, struktur biaya usahatani, pendapatan dan kelayakan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo dapat disajikan sebagai berikut. B. Identitas Petani Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 20 orang petani, dalam identitas petani responden meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, jumlah tanggungan keluarga, dan lama berusahatani. 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bekerja, dan cara berfikir. Semakin muda umur seorang petani maka relatif muda menerima teknologi baru yang dianjurkan dibandingkan petani yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani yang masih muda berani menanggung resiko. Selain itu juga bila ditinjau dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan produktivitas. Berdasarkan kriteria umur, umur kurang dari 15 tahun dikategorikan umur belum produktif, umur 16 65 tahun dikategorikan umur produktif, dan umur lebih dari 65 tahun dikategorikan tidak produktif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4. 4

Tabel 4. Umur Petani Responden Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, 2013 No Umur Jumlah Petani Persentase 1 1-15 - 0% 2 15-65 20 100% 3 >65-0% Jumlah 20 20 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 4 diatas, menunjukan bahwa umur petani responden yang belum produktif pada kategori 1-15 dengan jumlah 0%, sedangkan umur petani yang produktif 15-65 tahun bejumlah 20 orang atau 100%, umur petani yang tidak produktif dengan jumlah 0%. Pada umumnya kategori usia responden dalam penelitian ini tergolong usia produktif, sehingga responden mudah menerima teknologi baru dan mampu mengembangkannya serta menerapkan teknologi yang diterima sehingga menunjang dalam upaya meningkatkan produksi usahataninya. 2. Pendidikan Formal Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan petani sampel menggambarkan daya pikir petani dalam mengelola usahataninya. Tingkat pendidikan petani sampel juga merupakan salah satu variabel yang perlu diperhatikan dalam suatu usahatani. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa dalam pendidikan responden bervariasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5. 5

Tabel 5. Pendidikan Petani Responden Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo, 2013 No Pendidikan Jumlah Petani Persentase 1 Tidak Sekolah - - 2 SD 7 35% 3 SMP 4 20% 4 SMA 7 35% 5 PT 2 10% Jumlah 20 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukan tahun tingkat pendidikan responden berturut-berturut dengan pendidikan tingkat SMA (35%), pendidikan SMP berjumlah (20%) dan PT (Perguruan Tinggi) (10%). Tingkat pendidikan petani responden yang didominasi oleh pendidikan menengah kebawah yaitu pendidikan SD (7 orang) dan SMP (4 orang) atau jumlah total adalah (11) orang atau (55 %) dan pendidikan menengah keatas dan PT (Perguruan Tinggi) 9 orang atau (45%). Dengan demikian akan berpengaruh pada penerimaan dan penerapan teknologi. Tingkat pendidikan di Kecamatan Dungaliyo yang masih rendah, responden kurang pengetahuannya dalam peningkatan usahatani pada sistem tanam legowo. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani selain didukung oleh pengalaman dalam usahatani. 3. Pendidikan Non formal Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan non formal yang pernah ditempuh oleh petani sampel. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang diperoleh petani tanpa melalui sekolah Formal. Pendidikan non formal yang teridentifikasi pada petani responden dalam keikutsertaan pada kegiatan penyuluhan, agar lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 6. 6

Tabel 6. Pendidikan Nonformal Petani Responden Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No Penyuluhan Jumlah Petani Persentase Ket (kali) 1 0 4 20% Tidak Pernah 2 1-5 11 55% Pernah 3 6-10 4 20% Pernah 4 >11 1 5% Pernah Jumlah 20 100% - Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarakan Tabel 6 terlihat bahwa petani telah mengikuti penyuluhan berjumlah 16 orang dan tidak mengikuti 4 orang. Petani yang mengikuti 1-5 kali penyuluhan berjumlah 11 orang atau 55%, kemudian 6-10 berjumlah 4 orang 20% dan yang lebih dari 11 orang berjumlah 1 orang atau 5%. Hal ini menunjukan bahwa petani yang ada di Kecamatan Dungaliyo banyak yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan demi menambah wawasan dalam ilmu pertanian sehingga dapat meningkatkan pengalaman petani responden dalam berusahatani. Tingkat pendidikan ini juga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani untuk meningkatkan pendapatan bagi petani responden. 4. Jumlah Tanggungan Petani Petani sebagai kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Tanggungan keluarga adalah semua orang yang ditanggung biaya hidupnya oleh petani sampel. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga petani akan termotivasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan hasil wawancara bahwa jumlah sampel menurut tanggungan keluarga dapat dilihat dalam Tabel 7. 7

Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No Jumlah Tanggungan Jumlah Petani Persentase 1 0 - - 2 1-3 15 75% 3 >4 5 25% Jumlah 20 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 tanggungan Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa petani sampel yang memiliki 1-3 orang yang memiliki persentase 75% atau 15 orang. Sedangkan Petani yang memiliki tanggungan lebih dari 4 orang yang memilki persentase 25% atau 5 orang. Adapun banyak tanggungan kelurga petani sampel di Kecamatan Dungaliyo sangat mempengaruhi pendapatan bagi petani. 5. Pengalaman Berusahatani Pengalaman usahatani merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani banyak memiliki kemampuan dalam mengelolah usahataninya yang sedang dikembangkan. Pengalaman berusahatani petani sampel di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, agar lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8. 8

Tabel 8. Jumlah petani Sampel Menurut Pengalaman Berusahatani di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No Pengalaman Jumlah Petani Persentase 1 1-10 3 15% 2 11-20 12 60% 3 21-30 3 15% 4 31-40 2 10% Jumlah 20 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa lama usahatani petani sampel yaitu kisaran kurang 10 tahun sebanyak 3 orang atau 15%, lama pengalaman berusahatani kisaran 11-20 sebanyak 12 orang atau 60%, sedangkan kisaran 21-30 sebanyak 3 orang atau 15% dan kisaran 31-40 sebanyak 2 orang atau 10%. Lama usahatani menggambarkan kemampuan petani responden dalam mengelolah usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo. Pengelolaan usahatani mencakup perencanaan proses budidaya, panen, pemasaran, bahkan melihat permasalahan yang sering terjadi sehingga dapat menekan resiko kegagalan. C. Karakteristik Petani Responden pada Usahatani Padi Sawah Yang Menerapkan Sistem Tanam Karakteristik usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo dalam penelitian ini berupa jenis usahatani, status lahan, luas lahan, pengalaman menanam sistem tanam legowo, sifat usahatani, alasan menggunakan sistem tanam legowo dan pola yang di gunakan oleh petani responden usahatani padi sawah merupakan jenis usahatani dilaksanakan oleh petani sampel, petani yang mengusahakan tanaman padi sawah pada sistem tanam legowo berjumlah 20 0rang. 9

1. Status Lahan Status lahan dalam usahatani meliputi lahan milik, lahan sewa dan penggarap. Pengenalan dan pemahaman unsur pokok usahatani menjadi sangat penting, terutama dalam kepemilikan lahan dan pengusahaan. Kepemilikan lahan akan memberi peningkatan pendapatan ekonomi bagi keluarga petani. Jumlah petani yang memiliki lahan milik dan dikerjakan sendiri berjumlah 17 orang dan petani penggarap berjumlah 3 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 9. Tabel 9. Status Lahan Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem di Kecmatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013. No Kepemilikan Lahan Jumlah Petani Persentase 1 Sewa 0 0% 2 Penggarap 3 15% 3 Pemilik/Penggarap 17 85% Jumlah 20 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 9 menunjukan bahwa status lahan di Kecamatan Dungaliyo bervariasi. Kategori paling banyak adalah petani pemilik dan penggarap dengan presentase 85% dengan jumlah 17 orang dan yang paling sedikit adalah penggarap dengan presentase 15% dengan jumlah 3. Berdasarkan fakta di lapangan bahwa yang paling banyak adalah petani pemilik/ penggarap dengan jumlah luas per hektar yang bervariasi antara 0,5 sampai 2 ha. 2. Luas lahan Luas lahan sangat mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam hal penggunaan bibit, pupuk, peralatan, maupun obat-obatan yang diperlukan dalam pengolahan usahatani. Petani yang memilliki lahan usahatani yang akan memperoleh hasil produksi yang besar, tetapi tidak menjamin bahwa dengan lahan tersebut yang lebih produksi dalam memberikan hasil dibandingkan dengan 10

lahan usahatani yang kecil. Untuk mengetahui rata-rata luas lahan petani responden dapat lihat pada Tabel 10. Tabel 10. Luas Lahan Petani Sampel Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam di Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo. No Luas Lahan Jumlah Petani Persentase 1 0,5 5 15% 2 1 10 60% 3 1,5 3 20% 4 2 2 5% Jumlah 20 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa petani sampel yang memiliki luas lahan 0,5 Ha sebanyak 5 orang atau 15%, petani yang memiliki luas 1 Ha berjumlah 10 atau 60%, petani yang memiliki luas lahan 1,5 Ha berjumlah 3 orang atau 20%, dan petani yang memiliki luas 2 Ha berjumlah 2 orang atau 5%. Hal ini membuktikan bahwa petani sampel sebagian besar memiliki luas yang cukup besar sehingga mereka mampu menghasilkan produksi yang lebih banyak dibandingkan dengan lahan yang lebih kecil dari lahan mereka. Pengalaman usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo pada petani responden merupakan suatu awal uji coba di Kecamatan Dungaliyo. Sistem tanam legowo Di Kecamatan Dungaliyo di terapkan pada tahun 2010. Hal ini menunjukan bahwa pengalaman petani responden pada sistem tanam legowo Di Kecamatan Dungaliyo berkisar 2-3 tahun. Alasan responden menggunakan sistem tanaman legowo pada usahatani padi sawah karena menguntungkan. Hal ini membuktikan bahwa penerapan sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo mendapat respon yang positif bagi petani karena bisa memberikan keuntungan bagi petani dan meningkatkan pendapatan bagi petani 11

responden. Pola tanaman yang digunakan oleh petani responden terdiri dari legowo 2:1 dan 4:1. Petani yang menggunakan 2:1 berjumlah 1 orang dan 4:1 berjumlah 19 orang. Petani responden di Kecamatan Dungaliyo dominan menerapkan sistem tanam legowo 4:1 dibandingkan legowo 2:1. D. Deskripsi Usahatani Usahatani padi sawah merupakan usahatani yang dilaksanakan atau yang dikerjakan pada lahan tergenang. Sistem tanam pada usahtani padi sawah di Kecamatan Dungaliyo dilakukan secara jajar legowo. Penanaman padi sawah di Kecamatan Dungaliyo dilakukan dua kali setahun. Musim tanam pertama dilakukan antara bulan November hingga Maret dan musim tanam kedua dilakukan pada bulan April hingga Juli. Pola tanam yang digunakan yaitu jajar legowo 4:1 dan legowo2:1, sedangkan varietas benih yang digunakan adalah ciherang. Status lahan yang dikelola merupakan lahan milik, dengan rata-rata luas lahan 1,1 ha. Sistem tanam legowo merupakan suatu sistem tanam pada padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. sistem tanam legowo terdiri dari legowo 2:1 dan 4:1. 2:1 yaitu suatu tanaman terdapat dua baris tanaman padi kemudian diselingi oleh barisan kosong. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 3. Sistem Tanam 2:1 12

Berdasarkan Gambar 3 diatas menunjukan bahwa dalam sistem tanam legowo 2:1 dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapatkan tanaman sisipan. Dengan menggunakan jarak tanaman 27x27 cm. Sistem tanam legowo 4:1 yaitu suatu tanaman yang terdapat empat baris tanaman padi dan diselingi oleh baris kosong. Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 dengan menggunakan jarak tanam 27x27 cm, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X Gambar 4. 4:1 Sistem tanam legowo 4:1 tipe 1 merupakan pola tanam legowo dengan keseluruhan baris mendapat tanaman sisipan. Pola tanam ini cocok di terapkan pada kondisi lahan yang kurang subur. Dengan pola ini, populasi tanaman mencapai 256.000 rumpun/ha dengan peningkatan populasi sebesar 60% dibandingkan pola tanam tegel (27x27 cm. Sistem budidaya padi sawah di Kecamatan Dungaliyo dimulai dengan pengolahan lahan, penyemaian benih, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, panen dan pascapanen. Sistem usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo dijelaskan sebagai berikut: 1. Penggunaan Benih Petani di Kecamatan Dungaliyo yang menerapkan sistem tanam legowo menggunakan benih padi yang bersertifikat, yang diperoleh dengan cara membeli di Balai Penyuluhan Pertanian atau membeli kepada para penangkar benih yang 13

bersertifikat dengan harga rata-rata Rp. 6.947/bungkus. Benih bersertifikat terjamin mutunya dan juga bebas dari bibit penyakit, selain itu juga hasil produksinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil dari penggunaan benih padi tidak bersertifikat. Pemberian sertifikat benih ini dilakukan oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih, Departemen Pertanian. Jenis benih yang digunakan yaitu ciherang dengan tiga jenis yaitu label putih Rp 10.000/bungkus, label biru Rp. 6.000/bungkus dan label ungu Rp.8.000/sak, dalam setiap bungkus berisi 5 kilo gram. Jumlah benih yang digunakan oleh petani padi sawah pada sistem tanam legowo berkisar antara 25-30 kg/ha untuk satu kali musim tanam. 2. Persemaian Para petani di Kecamatan Dungaliyo melakukan persemaian dengan terlebih dahulu benih yang akan digunakan direndam selama ± 24 jam. Perendaman ini dimaksudkan agar benih dapat mengisap air yang cukup guna mempercepat perkecambahan. Setelah direndam, benih diperam selama ± 24 jam untuk memberi kesempatan gabah berkecambah dan setelah benih berkecambah maka benih siap disebar pada persemaian. Lahan persemaian telah disiapkan dengan bedenganbedengan dan diantara bedengan-bedengan dibuat selokan sebesar ± 30 cm, ini berguna untuk memudahkan penaburan benih, pemupukan, penyemprotan hama, pengairan, penyiangan dan pencabutan bibit. 3. Pengolahan Tanah Lahan sawah sebagai media tanam yang digunakan oleh petani dilakukan pengolahan sebelum penanaman. Pengolahan tanah dilakukan 2 kali, pertama pada saat musim penghujan dimana kondisi tanah dalam keadaan lembab sehingga memudahkan pengolahan tanah. Pengolahan tanah kedua menjelang musim tanam. Pengolahan tanah dilakukan menggunakan traktor. Menjelang musim tanam atau setelah pengolahan tanah kedua, maka bongkahan-bongkahan tanah dirapikan dengan menggunakan papan perata yang telah disiapkan oleh petani dengan kondisi lahan 14

sawah di airi tetapi tidak melebihi tinggi lahan dan di diamkan selama 1-3 hari, selanjutnya siap tanam. 4. Penanaman Setelah umur bibit 20 hari dipersemaian maka dilakukan penanaman. Cara tanam yang digunakan di Kecamatan Dungaliyo yaitu dengan cara sistem tanam legowo yang terdiri dari legowo 2:1 dan legowo 4:1. Penanaman dilakukan secara lurus dan teratur dengan tujuan untuk memudahkan penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit. Setelah penanaman selesai, kurang lebih selama 3 hari petakan sawah tidak digenangi air. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada padi untuk memperkuat perakarannya dan merangsang tumbuhnya anakan padi. Selama pertumbuhan, petakan sawah tidak boleh digenangi air bukan berarti kondisih tanah dibiarkan kering, tetapi kondisi tanah harus dijaga agar tetap lembab. Jarak tanam yang digunakan 27x27 dan 28x28 cm dan setiap lubang tanaman 3-7 bibit/lubang. 5. Pemupukan Kegiatan pemupukan dilakukan untuk memberikan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman padi dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan, sehingga memberikan hasil produksi yang lebih baik. Kegiatan ini dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Untuk pemupukan pertama dilakukan pada umur padi 7-14 hari. Jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) adalah phonska atau pelangi dengan dosis 200 kg/ha dan urea 100 kg/ha. Kedua pupuk tersebut dicampur dan disebarkan merata diatas permukaan lahan sawah. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman padi berumur 20-30 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 150 kg/ha. Pada saat pemupukan kondisi saluran pintu air masuk dan keluar dalam keadaan tertutup. Pemupukan ketiga dilakukan pada saat tanaman berumur 50-70 hari dengan menggunakan pupuk cair yaitu skor 100 WP/Ha. Pemupukan ini dilakukan dengan penyomprotan. 15

6. Penyiangan Kegiatan penyiangan dilakukan untuk membersihkan tanaman padi dari gangguan rumput dan gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kegiatan penyiangan yang pertama dilakukan pada umur tanaman 1-3 hari, dengan menggunakan herbisida yaitu Ali-20 sebanyak tiga bungkus per hektar. Pada penyingan kedua dilakukan dengan menggunakan tangan atau secara manual. Kebersihan sepanjang pematang sawah harus benar-benar dijaga, jangan sampai ditumbuhi tanaman merambat atau semak dan rumput. Penyiangan ini dilakukan untuk membersihkan lahan sawah dari rumput-rumput liar sekaligus menggemburkan tanah dan juga pencegahan terhadap serangan hama, penyiangan dilakukan menggunakan parang. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan mengendalikan atau memusnahkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi pada sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo. Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit dilakukan sebanyak dua kali. Penggunaan pestisida yang digunakan oleh petani antara lain virtako, tirtan dan MIPcinta. Hama dan penyakit merupakan musuh pada kegiatan pertanian. Jika usahatani akan memberikan hasil produksi yang memuaskan maka tanaman harus bebas dari serangan hama dan penyakit. Oleh sebab itu apabila ada serangan hama dan penyakit perlu dilakukan tindakan pemberantasan. Jenis hama yang ditemukan pada tanaman padi sawah yaitu hama tikus, penggerek batang, walang sangit dan penyakit bercak coklat. Pengendalian hama dan penyakit umumnya dilakukan dengan menggunakan sistem tanam legowo dengan varietas benih tahan hama, penanaman padi serempak, menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan insektisida atau fungisida yang efektif. 16

8. Panen dan Pascapanen Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umur tanaman berkisar antara 4-5 bulan. Pemanenan dilakukan secara tradisional yaitu pemotongan batang padi dengan menggunakan pisau aret, setelah pemotongan selesai dikumpulkan disuatu tempat, yang selanjutnya melakukan perontokan biji padi dengan menggunakan mesin perontok dan memisahkan gabah yang berisi dan yang kosong. Setelah dibersihkan gabah dikemas kedalam karung kemudian diangkut ketempat penggilingan untuk dilakukan pengeringan dan penggilingan. Proses ini sudah merupakan pascapanen dan diperoleh beras yang siap dijual dengan masing-masing dikemas kedalam karung dengan isi bersih 50 kg/karung. E. Struktur Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam 4:1 dan 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahataninya atau biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi. Komponen biaya usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya variabel meliputi: biaya untuk sarana produksi, meliputi bibit, pupuk, obat-obatan, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan sedangkan biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, yang meliputi pajak lahan, penyusutan alat dan tenaga kerja dalam keluarga. 1. Struktur Biaya Variabel Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani responden dalam satu musim tanam meliputi biaya benih, pupuk dan obat-obatan. Secara rinci jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk saran produksi dapat disajikan pada Tabel 11. 17

Tabel 11. Jumlah Biaya Sarana produksi Pada Usahatani Padi Sawah Yang Menerapkan Sistem Tanam 4:1 dan 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No Jenis Biaya Nilai Biaya Rata-Rata/ Petani (Rp) Nilai Biaya/Ha Persentase 4: 1 2: 1 4: 1 2: 1 4: 1 2: 1 1 Benih 223.158 180.000 212.000 180.000 10,18% 12,72% 2 Pupuk a. Urea 464.211 450.000 441.000 450.000 21,17% 31,80% b. Phonska 529.000 575.000 480.909 575.000 23,09% 40,64% c. Pelangi 589.375 589.375 28,30% 3 Obat-Obatan a. Ali-20 12.667 10.000 12.258 10.000 0,59% 0,70% b. Skor 92.105 100.000 87.500 100.000 4,20% 7,07% c. Virtako 158.846 152.962 7,35% d. Tirtan 62.500 100.000 50.000 100.000 2,40% 7,07% e. Mpcinta 42.500 56.667 2,72% Jumlah 2.174.362 1.415.000 2.082.671 1.415.000 100% 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 11 di atas menggambarkan biaya variabel yang dikeluarkan untuk sistem tanam legowo 4:1 untuk sarana produksi meliputi: biaya benih sebesar Rp. 223.158/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 212.000 atau 10,18%, biaya pupuk yang terbesar yaitu pupuk Pelangi Rp. 589.375/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 589.375 atau 28,30% dan biaya yang terkecil yaitu pupuk Urea Rp. 464.211/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 441.000 atau 21,17%, biaya obatobatan yang terbesar yaitu Virtako Rp. 158.846/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 152.962 atau 7,35%, biaya obat-obatan yang terkecil yaitu Ali-20 Rp. 12.667/petani dengan rata per hektar Rp. 12.258 atau 0,59%, Total biaya untuk sarana produksi pada usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 membutuhkan pengeluaran 18

sebesar Rp. 2.174.362/petani dengan rata per hektar Rp. 2.082.671 dan total luas lahan petani responden sebesar 20/ha. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan untuk legowo 2:1 yaitu untuk sarana produksi dari biaya benih sebesar Rp. 180.000 atau 12,72%, biaya pupuk yang terbesar yaitu pupuk phonska Rp. 575.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 575.000 atau 40,64% dan biaya yang terkecil yaitu pupuk Urea Rp. 450.000 atau 31,80% dan biaya obat-obatan yang terbesar yaitu Skor dan tetrin sebesar Rp. 100.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 575.000 atau 7,07% dan biaya obat-obatan yang terkecil yaitu Ali 20 Rp. 10.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 10.000 atau 0,70%. Total biaya benih, obat-obatan dan pupuk pada usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 membutuhkan pengeluaran sebesar Rp. 1.415.000/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 1.415.000 dan total luas lahan petani responden sebesar 1/Ha. Penggunaan biaya untuk sarana produksi pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo cukup besar karena masih banyak petani yang kurang paham bagaimana cara penggunaan sarana produksi yang baik. Dalam sistem tanam legowo pada usahatani padi sawah petani mendapatkan sarana produksi dari bantuan Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo setempat sehingga dapat memperkecil biaya yang di keluarkan Biaya tenaga kerja luar keluarga merupakan satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo. Pada dasarnya umur petani dan pengalaman kerja petani merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi kualitas kerja petani. Petani juga dapat berperan sebagai manajer dalam menentukan tenaga kerja yang akan digunakan dalam usahataninya. Dalam kegiatan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo bahwa tenaga kerja yang banyak digunakan yaitu tenaga kerja luar keluarga atau tenaga kerja upahan. Biaya tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah yang menerapkan sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo meliputi kegiatan pengolahan tanah, 19

penanaman, pemupukan, penyiangan, panen dan pasca panen. Untuk mengtahui ratarata biaya tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo, lebih jelas dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Upah Tenaga Kerja Luar keluarga Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam 4:1 dan legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 No Uraian Nilai Rata-rata/petani (Rp) Nilai/ Ha Persentase (%) 4:1 2:1 4:1 2:1 4:1 2:1 1 Pengolahan tanah 968.750 1.000.000 1.000.000 1.000.000 7,55% 8,48% 2 Penanaman 1.052.632 1.000.000 1.000.000 1.000.000 7,55% 8,48% 3 Pemupukan I 85.000 250.000 85.000 250.000 0.65% 2,12% 4 Penyiangan 596.667 500.000 577.419 500.000 4,36% 4,23% 5 Pemupukan II 104.600 100.000 104.600 100.000 0,79% 0,85% 6 Pemberatasan HP 60.000 75.000 60.000 75.000 0,46% 0,64% 7 Pemupukan III 43.750 75.000 50.000 75.000 0,37% 0.64% 8 Upah panen 6.469.298 5.291.667 6.145.833 5.291.667 46,42% 44,88% 9 Upah pascapanen 4.439.474 3.500.000 4.217.500 3.500.000 31,85% 29,68% Jumlah 13.820.171 11.791.667 13.240.352 11.791.667 100% 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 12 diatas menggambarkan biaya yang besar dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar kerja pada sistem tanam legowo 4:1 yaitu pada upah panen Rp. 6.469.298/petani dengan nilai per hektar Rp. 6.145.833 dan biaya yang terkecil yang dikeluarkan yaitu pada pemupukan tiga Rp. 43.750/petani dengan nilai per hektar Rp. 50.000. Jumlah total yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 13.820.171/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 13.240.352. Sedangkan biaya terbesar yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja pada sistem 20

tanam legowo 2:1 yaitu pada upah panen Rp. 5.291.667/petani dengan nilai per hektar Rp. 5.291.667, biaya yang terkecil dikeluarkan pada pemupukan tiga dan pemberatasan HP sebesar Rp. 75.000/petani dengan rata-rata nilai per hektar 75.000 Total jumlah biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga mencapai Rp. 11. 791.667/petani dengan rata nilai per hektan Rp. 11.791.667. 2. Struktur Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Dalam menjalankan usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 tentunya petani juga mengeluarkan biaya untuk penyusutan alat yaitu nilai baru dikurangi dengan nilai sekarang dibagi dengan lama pakai dan dikalikan dengan jumlah alat, dan juga biaya tenaga kerja dalam keluarga. Dengan rata-rata luas lahan di Kecamatan Dungaliyo pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam untuk legowo 4:1 sejumlah 1,1 Ha dengan rata-rata jumlah biaya sebesar Rp.52.632 dan rata-rata untuk legowo 2:1 sejumlah 1 Ha dengan rata-rata jumlah biaya sebesar Rp. 50.000. Penyusutan alat merupakan nilai dari berapa lama petani menggunakan alatalat dalam melakukan proses produksi dan pengolahan tanah. Pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo dengan rata-rata petani masih menggunakan alat-alat tradisional atau sederhana dalam melakukan kegiatan usahataninya alat-alat yang digunakan petani berupa parang, cangkul, hansprayer, aret dan traktor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 13. 21

Tabel 13. Nilai Penyusutan Alat Pada Usahatani Padi Sawah Terhadap Sistem Tanam 4:1 dan 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013. No Uraian 4:1 Rata-rata Nilai Penyusutan Alat (Rp) 2:1 Nilai Penyusutan Alat (Rp/ Ha) 4:01 2:1 4:1 Persentase 2:01 1 Cangkul 8.755 10.000 8.294 10.000 1,34% 26,67% 2 Parang 8.652 17.500 8.404 17.500 1,36% 46,66% 3 Traktor 725.000-527.273-85,35% - 4 Hansprayer 58.125 10.000 48.947 10.000 7,93% 26,67% 5 Aret 23.600-24.842-4.02% Jumlah 824.132 37.500 617.760 37.500 100% 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 13 di atas menggambarkan bahwa nilai penyusutan alat pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo 4:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, biaya yang terbesar terdapat pada alat traktor sebesar Rp. 725.000/petani dengan nilai penyusutan per hektar sebesar Rp. 527.273, untuk nilai penyusutan alat yang terkecil yaitu parang sebesar Rp. 8.652/petani dengan nilai penyusutan alat per hektar sebesar Rp. 8.914. Total penyusutan latar pada sistem tanam legowo 4:1 sebesar Rp. 824.132/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 617.670. Sedangkan untuk legowo 2:1 biaya yang terbesar terdapat pada parang sebesar Rp. 17.500/petani dengan nilai penyusutan alat per hektar Rp. 17.500 kemudian nilai penyusutan yang terkecil yaitu cangkul dan hansparayer dengan nilai sebesar Rp.10.000/petani dengan rata-rata nilai per hektar sebesar Rp.10.000. Total biaya penyusutan alat untuk legowo 2:1 sebesar Rp. 37.500/petani dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 37.500. Dalam kegiatan usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo terdapat anggota keluarga petani atau tenaga kerja dalam keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani padi sawah pada sistem 22

tanam legowo yaitu yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga hanya berada pada sistem tanam legowo 4:1. Biaya tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo meliputi pengolahan tanah, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, penyiangan. Untuk mengetahui rata-rata jumlah HKSP dan jumlah biaya pada tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo. Tenaga kerja tersebut terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak, dimana tenaga kerja pria dinyatakan dalam satu hari dinyatakan 1 HKSP, tenaga kerja wanita dinyatakan 0,8 HKSP, dan tenaga kerja anak-anak dinyatakan dalam 0,5 HKSP. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (HKSP) Pada Usahatani Padi SawahTerhadap Sistem Tanam 4:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 HKSP/ Petani HKSP (Ha) Nilai/petani (Rp) Nilai (Rp/Ha) Persentase No Uraian 4:1 4:1 4:01 4:1 4:01 1 Pengolahan tanah 68,57 45,72 3.428.667 2.285.778 64,92% 3 Pemupukan I 4,79 4,47 50.000 223.300 6,34% 4 Penyiangan 16,07 14,28 17.000 714.222 20,29% 5 Pemupukan II 3,35 3,12 41.149 156.133 4,45% 6 Pemberatasan HP 1,51 1,41 75.536 70.500 2,00% 7 Pemupukan III 1,51 1,41 75.536 70.500 2,00% Jumlah 95,8 70,41 3.687.888 3.520.433 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 14 diatas menggambarkan biaya yang besar dikeluarkan oleh biaya tenaga kerja dalam keluarga pada usahatani padi sawah yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1 yaitu pada pengolahan tanah sebesar Rp. 3.428.667/petani 23

dengan rata-rata per hektar 2.285.778 dan biaya yang terkecil dalam tenaga kerja yang pada penyiangan sebesar Rp. 17.000/petani dengan nilai per hektar Rp. 714.222. Total HKSP pada tenaga kerja dalam keluarga sebesar 95,8/petani dengan rata-rata per hektar sebesar 70,41 dan total biaya dalam keluarga yang dikeluarkan oleh petani padi sawah pada sisitem tanam legowo 4:1 sebesar biaya rata-rata per hektar Rp. 3.538.379. 3. Total Biaya Usahatani Rp. 3.687.915/petani dengan Total biaya usahatani merupakan nilai dari seluruh biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan proses produksi. Total biaya usahatani meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya total merupakan hasil penjumlahan antara biaya variabel dan biaya tetap. Biaya yang dikeluarkan petani responden pada sistem tanam legowo 4:1 dan legowo 2:1 selama proses produksi pada usahatani padi sawah yaitu terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel atau biaya-biaya berubah (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya variabel adalah biaya yang penggunaannya sangat tergantung pada skala produksi dan habis dalam satu masa produksi. Untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi sawah terhadap sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo dapat dilihat dalam Tabel 15. Tabel 15. Biaya Variabel dan Biaya Tetap Pada Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam 4:1 dan 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013. No Uraian Nilai Rata-rata/Petani (Rp) Nilai/ Ha Persentase 4:1 2:1 4:1 2:1 4:1 2:1 1 Biaya variabel 15.994.533 13.206.667 14.540.485 13.206.667 82,57% 93,78% 2 Biaya tetap 4.564.652 90.132 4.204.961 90.123 17,43% 6,22% Total biaya 20.559.185 13.296.799. 18.690.168 13.296.790 100% 100% Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 24

Berdasarkan Tabel 15 di atas menggambarkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 4;1 sebesar Rp. 15.994.533/petani dengan rata-rata per hektar 14.540.485 dan biaya tetap sebesar Rp. 4.564.652/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 4.204.961. Total biaya yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 4:1 sebesar Rp. 20.559.185/petani dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 18.690.168. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 2;1 sebesar Rp. 13.206.667/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 13.206.667% dan biaya tetap sebesar Rp. 90.132/petani dengan rata-rata per hektar RP. 4.204.961.Total biaya yang dikeluarkan pada sistem tanam legowo 2:1 sebesar Rp. 13.296.799/petani dengan rata-rata per hektar sebesar Rp. 13.296.799. F. Penerimaan Dan Pendapatan Penerimaan merupakan nilai yang diperoleh dari hasil produksi dikalikan harga komoditi sawah, sedangkan keuntungan/pendapatan merupakan hasil pengeluaran antara penerimaan kotor yang diterima oleh petani dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi. Penerimaan yang diterima oleh petani padi sawah pada legowo 4:1 sangat mempengaruhi jumlah produksi dan harga yang didapatkan oleh petani. Analisis keuntungan digunakan agar dapat mengetahui jumlah keuntungan/ pendapatan bersih yang diperoleh petani, lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 16 dibawah ini. Tabel 16. Keuntungan Usahatani Padi Sawah Pada Sistem Tanam 4:1 dan 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013. No Uraian Nilai Rata-rata/Petani (Rp) 4:1 2:1 4:1 Nilai/ Ha 2:1 1 Penerimaan 44.394.737 35.000.000 40.358.852 35.000.000 2 Total Biaya 20.559.185 13.296.799 18.690.168 13.296.799 3 Keuntungan (1-2) 23.835.552 21.703.201 21.668.684 21.703.201 Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 25

Berdasarkan Tabel 16 diatas menggambarkan penerimaan dan pengeluaran usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo yang ternyata hasilnya menguntungkan. Pengeluaran yang dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam legowo 4:1 mencapai Rp 20.559.185/petani dengan nilai per hektar Rp. 18.690.168 dan penerimaan sebanyak Rp 44.394.737/petani dengan rata-rata per hektar Rp 40.358.851. Jadi selisih keuntungan yang diperoleh petani pada sistem tanam legowo 4:1 sebesar Rp 23.835.552/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 21.668.684, dengan total luas lahan 20/ha dengan rata-rata produksi 6,342/kg dengan rata-rata harga jual Rp.7.000/kg. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 2:1 hasilnya juga menguntungkan. Pengeluaran yang dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam legowo 2:1 sebesar Rp. 13.296.799/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 13.296.799 dan penerimaan sebesar Rp. 35.000.000/petani dengan ratarata per hektar 13.296.799. Jadi selisih keuntungan pada legowo 2:1 sebesar Rp. 21.703.201/petani, dengan rata-ratotal luas lahan petani responden 1/Ha. Berdasarkan hasil perhitungan keuntungan yang diterima oleh petani pada usahatani padi sawah yang menerapkan sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo pada sistem tanam legowo 4:1 petani dengan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 23.835.552/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 21.668.684 dan pada sistem tanam legowo 2:1 memperoleh keuntungan sebesar Rp. 21.703.201/petani dengan rata-rata per hektar Rp. 21.703.201, dengan jumlah produksi 6-7 Ton/Ha. Jika dibandingkan dengan pendapatan petani yang menggunakan sistem tanam tegal di Kecamatan Dungaliyo hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp.13.935.000/Ha. Dengan jumlah produksi 4 Ton/Ha. Dengan demikian hipotesis satu terbukti, dimana sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 memberikan keuntungan lebih tinggi. G. Analisis R/C Ratio Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan R/C Ratio, untuk mengetahui apakah usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 dan legowo 26

2:1 dapat memberikan keuntungan atau tidak, adapun analisis keuntungan adalah sebagai berikut. 1. Sistem Tanam 4:1. / = =.... R/C Ratio = 2,16 Berdasarkan perhitungan diatas bahwa nilai R/C Ratio dari sistem tanam legowo 4;1 adalah 2,16. Berdasarkan kriterianya nilai R/C Ratio 1. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,16 dengan demikian usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 4:1 di Kecamatan Dungaliyo layak dikembangkan. 2. Sistem Tanam 2:1. R/C Ratio = R/C Ratio = 2,63 =.... Berdasarkan perhitungan diatas bahwa nilai R/C Ratio dari sistem tanam legowo 2;1 adalah 2,63. Berdasarkan kriterianya nilai R/C Ratio 1. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 2,63, dengan demikian usahatani padi sawah pada sistem tanam legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo layak dikembangkan. Hasil perhitungan R/C Ratio baik sistem tanam legowo 4:1 maupun legowo 2:1 memberikan keuntungan bagi petani dan layak untuk dikembangkan di Kecamatan Dungaliyo. Sistem tanam legowo merupakan suatu sistem tanam pada padi sawah dengan pola beberapa barisan tanaman yang kemudian diselingi satu barisan kosong. 27

Perbedaan sistem tanam legowo terdiri dari legowo 4:1 dan 2:1. Sistem tanam legowo di Kecamatan Dungaliyo dapat meningkatkan pendapatan bagi petani. Untuk lebih jelasnya dapat disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Perbedaan Sistem Tanam 4:1 dan Sistem Tanam 2:1 pada usahatani padi sawah di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, 2013 Uraian Sistem Tanam 4:1 Sistem tanam 2:1 Pendapatan 23.835.552 21.703.201 Total Biaya 20.559.185 13.296.799 R/C Ratio 2,16 2,63 Sumber : Hasil Analisis Data, Tahun 2013 Berdasarkan Tabel 17 di atas menggambarkan perbandingan antara sistem tanam legowo 4:1 dan legowo 2:1 di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo yang dianalisis dengan pendapatan usahatani ternyata hasil data yang didapatkan yaitu menguntungkan. Total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam legowo 4:1 mencapai Rp. 20.559.185, pendapatan yang di peroleh sebesar Rp. 23.835.552, dan R/C Ratio yaitu 2,16 dengan rata-rata luas lahan responden 1,1 Ha. Sedangkan Total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali produksi dalam legowo 2:1 mencapai Rp.13.296.799, pendapatan yang di peroleh sebesar Rp. 21.703.201, dan R/C Ratio yaitu 2,63 dengan rata-rata luas lahan responden 1 Ha. Hasil perhitungan R/C Ratio baik sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 berada diatas nilai 1, dengan demikian hipotesis dua terbukti bahwa sistem tanam legowo 4:1 dan 2:1 layak dikembangkan di Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. 28