PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TERHADAP PENGAWASAN ANGGARAN DAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
(Studi Kasus pada DPRD Se Eks Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN APBD

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD) DENGAN KOMITMEN

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT, TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENYUSUNAN APBD

BAB I PENDAHULUAN. mengatur kepentingan Bangsa dan Negara. Lembaga pemerintah dibentuk

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH (APBD)

SKRIPSI. Disusun Oleh: RIYA B

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah menuntut adanya partisipasi masyarakat dan. transparansi anggaran sehingga akan memperkuat pengawasan dalam proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara serta segala

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

BAB I PENDAHULUAN. daya daerah, dan (3) Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi. keuangan daerah secara ekonomis, efesien, efektif, transparan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan. akuntabel (Pramita dan Andriyani, 2010).

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. daftar pertanyaan tertulis kepada responden, dalam hal ini adalah seluruh

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit. Hal tersebut berbeda

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD)

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

Faisal, Yusri Hazmi, Ali Imran, & Aryati. Politeknik Negeri Lhokseumawe Banda Aceh

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PERAN DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

DETERMINASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DENGAN PENGAWASAN DEWAN PADA KEUANGAN DAERAH. (Studi Empiris Kota Salatiga Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukabumi, objek penelitiannya

Patiar Sri Rustiyaningsih Dwi Handayani Program Studi Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Madiun

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. pembaruan dan perubahan untuk menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan.

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

(Studi Empiris pada DPRD Kabupaten Klaten) PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan angka-angka dan perhitungan statistik untuk menganalisis suatu

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH TOTAL QUALITY MANAGEMENT, SISTEM PENGUKURAN KINERJA DAN SISTEM PENGHARGAAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYU PUTRINING TYAS B

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis (hyphotesis testing

BAB III METODE PENELITIAN. uji hipotesis. Data yang digunakan adalah data primer dengan membagikan

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi. Disusun oleh: ANDHIKA HERTAS P B

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Accounting Analysis Journal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH: KAJIAN DARI SUDUT PANDANG LATAR BELAKANG DAN PEMAHAMAN ANGGOTA DEWAN TERHADAP PERATURAN, KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER PROGRAM STUDI AKUNTANSI-FEB UMS, 25 JUNI 2014 ISBN: SUB TEMA: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB III METODE PENELITIAN. (field research) dengan metode kuantitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angkaangka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN DAN KINERJA DEWAN TERHADAP PENGAWASAN APBD: PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Dinas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Responden dari. data ini dianalisa. Data tersebut antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah sebagai penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI MASYARAKAT, TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK, DAN PENGETAHUAN DEWAN

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, BUDGET EMPHASIS

DAFTAR PUSTAKA. Anthony Govindarajan. (2005). Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN


BAB IV METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Inspektorat Kabupaten/Kota Magelang dan Pegawai SKPD di lingkungan. berkaitan dengan efektivitas audit internal.

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Jurnal Infestasi Hal

Bab III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

Transkripsi:

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT DAN PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TERHADAP PENGAWASAN ANGGARAN DAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (Studi Empiris pada DPRD Se- Karesidenan Surakarta) ARTIKEL PUBLIKAS Disusun Oleh : ANISA FITRIANI B 200090315 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ABSTRAKSI Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruhpartisipasi masyarakat terhadap pengawasan dewan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan menguji pengetahuan anggota dewan tentang anggaran. Variabel independen dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dan pengetahuan dewan tentang anggaran. Variabel dependennya adalah pengawasan dewan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah se-eks Karesidenan Surakarta. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi berganda, uji T, uji F, uji koefesien determinasi dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengawasan dewan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Terbukti dari hasi uji t memperoleh nilai thitung sebesar 5,618 dengan tarif signifikan 0,000 (p<0,05) dan H1 diterima. Artinya semakin baik pengetahuan dewan tentang anggaran dapat meningkatkan pengawasan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dilakukan oleh dewan. Sedangkan partisipasi masyarakat berpengaruh positif dan signifikan pada proses pengawasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Terbukti dari hasi uji thitung sebesar 2,270 dengan tarif signifikan 0,029 (p<0,05) dan H2 diterima. Dapat disimpulkan bahwa semakin baiknya partisipasi masyarakat akan berpengaruh terhadap meningkatnya pengawasan yang dilakukan oleh dewan terhadap keuangan daerah. Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pengetahuan Anggota Dewan Tentang Anggaran, Pengawasan Dewan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, social,kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintah yang baik. Salah satu agenda reformasi tersebut adalah desentralisasi keuangan dan otonomi daerah. Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Otonomi Daerah, Pengaturan dan Pemanfaatan Sumber Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang kebijakan otonomi daerah yaitu Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, membawa perubahan yang fundamental dalam hubungan tata kelola pemerintah dan hubungan keuangan, sekaligus membawa perubahan penting dalam pengelolaan anggaran daerah. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 tahun 2005 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran menjelaskan bahwa: 1)Pengawasan atas anggaran dilakukan oleh dewan, (2) Dewan berwenang memerintahkan pemeriksa eksternal di daerah untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan anggaran. Pada umumnya, lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi yaitu: (1)fungsi legislasi (fungsi membuat peraturan perundangundangan, (2) fungsi anggaran (fungsi untuk menyusun anggaran), (3) fungsi pengawasan (fungsi untuk mengawasi kinerja eksekutif). Menurut penjelasan di atas, salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah masalah keuangan dan anggaran daerah (APBD). Oleh karena itu, diperlukan peranan anggota DPRD yang sangat besar untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah (APBD) yang ekonomis, efesien, efektif, transparan, dan akuntanbel. Diperlukan peranan anggota DPRD yang sangat besar untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah (APBD) yang ekonomis, efesien, efektif, transparan, dan akuntanbel. Peranan tersebut salah satunya adalah DPRD melakukan pengawasan untuk mengontrol kebijakan daerah. Selain pengawasan untuk mengontrol kebijakan daerah, pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah oleh lembaga legislatif (DPRD) dan lembaga eksekutif (Pemerintah Daerah) sangat penting dilakukan, karena pengawasan merupakan suatu usaha untuk menjamin adanya keserasian antara penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah (di pusat) dan menjamin kelancaran penyelenggaraan pemerintah secara berdaya guna dan berhasi guna (Witono, 2003). Menurut (Pramono, 2002 dalam Coryanata, 2007) pengawasan anggaran yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan yang berpengaruh secara langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Faktor eksternal adalah pengaruh dari luar terhadap fungsi pengawasan oleh dewan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan, diantaranya adalah adanya partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik. Hasil penelitian Werimon (2005) menunjukkan bahwa pertama, terdapat hubungan yang positif signifikan antara variabel pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD). Penelitian yang dilakukan Sopanah (2003) dan Roseptalia (2006) hasilnya bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD) dan interaksi antara pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap

pengawasan keuangan daerah (APBD), sedangkan interaksi pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik tidak signifikan terhadap pengetahuan (APBD). Kinerja dewan dalam menjalankan fungsi legislatif selalu menjadi perhatian khusus masyarakat karena dipercayakannya amanah pada anggota dewan untuk dapat mensejahterakan masyarakat. Akan tetapi, kepercayaan tersebut, sekarang ini cenderung berkurang bahkan banyak yang tidak mempercayai kinerja dewan. Hal ini disebabkan kinerja dewan yang belum optimal dan belum mempunyai komitmen yang kuat dari para anggota dewan. Sikap yang muncul ini memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Selain pengetahuan anggota dewan, faktor yang berpengaruh terhadap pengawasan APBD adalah partisipasi masyarakat. Adanya keterlibatan masyarakat akan memperkuat proses penyelenggaraan pemerintah, maka peranan dewan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah akan dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat dalam proses penganggaran. Partisipasi masyarakat dalam penganggaran harus dilakukan pada setiap tahapan dalam siklus anggaran mulai dari penyusunan, ratifikasi, pelaksanaan, sampai dengan pertanggungjawaban (Mardiasmo, 2002; 70). Selain partisipasi masyarakat dalam proses APBD, prinsip-prinsip lain dalam penyusunan anggaran seperti transparansi dan akuntanbilitas, disiplin anggaran, keadilan anggaran, efesiensi, efektifitas serta taat azas yang harus diperhatikan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pengawasan APBD? 2. Bagaimana pengaruh pengetahuan Anggota Dewan terhadap pengawasan APBD? C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji Pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). 2. Untuk menguji Pengaruh pengetahuan Anggota Dewan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang menggunakan penelitian ini. Adapun pihak terkait adalah: 1. Bagi peneliti, penelitian ini mampu memberikan pengetahuan seberapa jauh pengaruh partisipasi masyarakat dan pengetahuan anggota dewan terhadap pengawasan APBD.

2. Bagi Pemerintah, diharapkan menjadi masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya akan meningkatkan peran DPRD dalam pengawasan anggaran (APBD) dalam mewujudkan kepemerintahan yangt baik (good government). 3. Bagi masyarakat, informasi yang termuat dalam penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan kepedulian (kesadaran) akan perlunya keterlibatan dalam perencanaan, penyusunan, dan pengawasan APBD. 4. Bagi para akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literature Akuntansi Sektor Publik (ASP). Selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan guna penelitian lain. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengawasan APBD Pengawasan adalah segala kegiatan dan tindakan untuk memastikan bahwa kegiatan dan tindakan tersebut dapat tercapai sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan keuangan daerah dapat diartikan sebagai segala bentuk tindakan untuk menjamin pengelolaan keuangan daerah berjalan sesuai dengan tujuan, rencana, dan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Pengawasan tidak hanya dilakukan pada tahap implementasi dan evaluasi tetapi juga pada tahap perencanaan (Mardiasmo, 2001) dalam Simson, dkk (2007). Pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang telah disusun dapat berjalan secara efesien, efektif, dan ekonomis. Pengawasan keuangan daerah bukanlah tahap yang terpisah dari siklus anggaran tetapi merupakan bagian pelengkap dari tahap perencanaan hingga tahap pelaporan. Pengawasan keuangan daerah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah kewenangan dewan untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah (PERDA) dan peraturan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintahan dalam melaksanakan program pembangunan derah dan kerjasama internasional di daerah. B. Pengetahuan Anggota Dewan Indriantoro dan Supomo (1999) menyebutkan bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar,merasa, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak. Yudono (2002) dalam Werimon (2005) menyatakan bahwa DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proposional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintah, kebijakan publik dan sebagainya. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Dengan mengetahui anggaran diharapkan anggota dewan dapat mendeteksi adanya pemborosan dan kebocoran anggaran. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Pengetahuan Dewan berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah.

C. Partisipasi Masyarakat Partisipasi merupakan prinsip terwujudnya suatu pemerintahan yang baik (Good Governance). Demi terciptanya akuntanbilitas kepada publik diperlukan partisipasi kepala instansi dan warga masyarakat dalam penyusunan dan pengawasan anggaran (Rubbin, 1996 dalam Coryanata, 2007). Peranan dewan dalam melakukan pengawasan kuangan daerah akan dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat dalam advokasi anggaran. Jadi, selain pengetahuan tentang anggaran yang mempengaruhi tentang pengawasan yang dilakukan oleh dewan, partisipasi masyarakat diharapkan akan meningkatkan fungsi pengawasan. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). D. Kerangka Pemikiran Perkiraan kerangka teoritis ini dapat disajikan dalam bentuk skema atau gambaran yang menunjukkan hubungan masing-masing variabel yaitu sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Variabel Independen Variabel Dependen Partisipasi Masyarakat H1 (Variabel Independen) Pengetahuan Dewan tentang Anggaran (Variabel Independen) H2 Pengawasan APBD (Variabel Dependen) METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang dilakukan terhadap DPRD Eks- Karesidenan Surakarta dengan tujuan untuk memperoleh gambaran, penulisan serta laporan

pertanggungjawaban, sekaligus menganalisa tingkat pengawasan keuangan daerah berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dewan dan seberapa besar pengaruh partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan APBD. B. Data dan Sumber Data Data penelitian yang dibutuhkan adalah data primer dalam bentuk persepsi responden melalui pendistribusian secara langsung kepada responden di DPRD Se- Karesidenan Surakarta periode 2009-2014. Pengambilan data menggunakan survei langsung dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner (angket). C. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Kabupaten/Kota Se- Karesidenan Surakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota DPRD periode 2009-2014 di Kabupaten/Kota Se- Karesidenan Surakarta yang membidangi perekonomian dan keuangan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. D. Metode Analisis Data Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis yaitu dengan formula sebagai berikut: PW = α + β 1 PM+ β 2 PDTA+ e Dimana: PW α β PM = Pengawasa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah = Konstanta = Koefisien Regresi = Partispasi masyarakat PDTA = Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran ε = Eror ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi masyarakat dan pengetahuan anggota dewan terhadap pengawasan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Penelitian ini dilaksanakan pada DPRD Se- Karesidenan Surakarta pada periode 2009-2014. B. Analisis Data 1. Uji Normalitas Pengujian normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah distribusi data residual tersebar secara merata ataukah tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan kolmogorofi-smirnof pada alpha sebesar 5%. Jika nilai signifikansi dari pengujian kolmogorofi-smirnof lebih besar dari 0,05 berarti data normal (Ghozali, 2005). 2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas yang lain. Konsekuensi praktis yang timbul sebagai akibat adanya multikolinearitas ini adalah kesalahan standar parameter menjadi semakin besar. Hal ini boleh terjadi pada hasil analisis regresi. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan metode VIF (Varian Inflation Factor). Adapun kriteria yang digunakan dalam metode VIF ini adalah sebagai berikut (Gujarati, 2003); Jika VIFj > 10 terjadi multikolonearitas tinggi antara regresor (variabel bebas) j dengan regresor (variabel bebas) yang lain. Menurut Ghozali (2005) jika VIF lebih kecil dari 10 dan mempunyai angka tolerance lebih besar dari 0,10 maka model regresi dakatakan bebas dari multikolonearitas. 3. Uji Heterokedastisitas Dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual ke satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Untuk menguji ada tidanya heterokedastisidas dalam penelitian ini digunakan uji Glejser Test yaitu dengan cara meregresikan nilai Absolut residual terhadap variabel independen. Ada tidaknya heterokedastisidas diketahui dengan melihat signifikansinya terhadap derajat kepercayaan 5%. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisidas (Ghozali, 2009: 129). C. Pengujian Hipotesis 1. Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis yaitu dengan formula sebagai berikut: Untuk menguji hipotesis PW = α + β 1 PM+ β 2 PDTA+ e Dimana:

PW α β PM = Pengawasa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah = Konstanta = Koefisien Regresi = Partispasi masyarakat PDTA = Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran ε = Eror 2. Uji-t Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel atau melihat nilai P value dengan tingkat signifika 5%. 3. Uji F Uji F dilakukan untuk melihat kabaikan model guna mendukung uji sebelumnya. Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen. Model goodnes of fit bertujuan untuk mengetahui apakah perumusan model sudah tepat atau fit. Uju ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi nilai F. Jika hasil Fhitung >Ftabel maka model dirumuskan sudah tepat (goodness of fit) (ghozali, 2009: 88). 4. Koefesien Determinasi (R2) Koefesiens R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerengkan variabel dependen. Nilai koefesien determinasi adalah diantara 0 dan 1. nilai R2 yang kecil berarti kemapuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independennya memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009: 87). D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat memiliki pengaruh pada pengawasan keuangan daerah dan hipotesis pertama (H 1 ) dinyatakan diterima. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t memperoleh nilai t hitung > t tabel (2,270 > 2,021)

dengan p<0,05. Pengaruh yang positif menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat yang tinggi dapat meningkatkan tingkat pengawasan keuangan daerah. Adanya perubahan paradigma anggaran diera reformasi menuntut adanya partisipasi masyarakat (publik) dalam keseluruhan siklus anggaran. Untuk menciptakan akuntabilitas kepada publik diperlukan partisipasi instansi dan warga masyarakat dalam penyususnan dan pengawasan anggaran. Parisipasi merupakan kunci sukses dari pelaksana otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan aspirasi. pengawasan yang dimaksud disini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif. Pengawasan yang dimaksud disini termasuk pengawasan terhadap pihak eksekutif melalui pihak legislatif. Peran dewan dalam melakukan pengawasan keuangan daerah akan dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat dalam advokasi anggaran. Dengan demikian, keterlibatan atau parisipasi masyarakat tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan pengaruh pengetahuan dewan tentang anggaran terhadap pengawasan keuangan daerah. Fenomena ini dapat terjadi karena dengan adanya partisipasi masyarakat di dalam proses penyusunan anggaran akan tercipta transparansi dan akuntanbilitas kepada publik sehingga tidak terjadi keborosan dan kebocoran anggaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sisk (2002), partisipasi masyarakat menjadi penting bagi sebuah pemerintahan sebagai upaya untuk meningkatkan arus informasi, akuntabilitas, memberikan perlindungan kepada masyarakat, serta memberi suara bagi pihak yang terimbas oleh kebijakan publik yang diterapkan. 2. Pengaruh Pengetahuan Anggota Dewan pada Pengawasan Keuangan Daerah Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan anggota dewan memiliki pengaruh pada pengawasan keuangan daerah dan hipotesis kedua (H 2 ) dinyatakan diterima. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t memperoleh nilai t hitung > t tabel (5,618 > 2,021) dengan p<0,05. Pengaruh yang positif menunjukkan bahwa pengetahuan anggota dewan tentang anggaran yang tinggi dapat meningkatkan tingkat pengawasan keuangan daerah. Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi saja (Mardiasmo, 2001). Pengawasan yang dilakukan oleh dewan dimulai pada saat proses penyusunan APBD, pengesahan APBD, pelaksanaan APBD, dan pertanggungjawaban APBD. Tujuan adanya pengawasan APBD adalah untuk (1) menjaga agar anggaran yang disusun benar-benar dijalankan, (2) menjaga agar pelaksanaan APBD sesuai dengan anggaran yang telah digariskan, dan (3)

menjaga agar hasil pelaksanaan APBD benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Dalam menjalankan fungsi dan peran anggota dewan, kapasitas dan posisi dewan sangat ditentukan oleh kapabilitas dan kemampuan dewan yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman dalam menyusun dalam menyusun berbagai peraturan daerah selain kepiawaian dewan dalam berpolitik mewakili konstituen dan kepentingan kelompok dan partainya (Alamsyah, 2007). DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik dan sebagainya. Pengetahuan yang akan dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan daearah salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Anggota DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proporsional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik dan sebagainya. Pengetahuan yang akan dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan daearah salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Dengan mengetahui tentang anggaran diharapkan anggota dewan dapat mendeteksi adanya pemborosan dan kebocoran anggaran. Fenomena ini dapat terjadi karena ketika anggota dewan memiliki pengetahuan mengenai anggaran maka DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajiban secara efektif serta menempatkan kedudukannya secara proposional, termasuk juga dalam hal pengawasan keuangan daerah sehingga tidak terjadi keborosan dan kebocoran anggaran. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sopanah dan Mardiasmo (2003), Werimon (2005) serta penelitian Roseptalia (2006) yang menunjukkan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah (APBD). PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah. Hal ini terbukti dari hasil analisis koefisien regresi parsial (uji t) yang memperoleh t hitung > t tabel (2,270 > 2,011) pada taraf signifikansi 5% (p<0,05).

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis pertama (H 1 ) yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah dinyatakan diterima. Partisipasi masyarakat yang tinggi dapat meningkatkan tingkat pengawasan keuangan daerah 2. Pengetahuan anggota dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengawasan keuangan daerah. Hal ini terbukti dari hasil analisis koefisien regresi parsial (uji t) yang memperoleh t hitung > t tabel (5,618 > 2,021) pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis kedua (H 2 ) yang menyatakan bahwa pengetahuan dewan tentang anggaran berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah dinyatakan diterima. Pengetahuan anggota dewan tentang anggaran yang tinggi dapat meningkatkan tingkat pengawasan keuangan daerah. B. KETERBATASAN Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Keterbatasan dalam mengambil sampel penelitian, yaitu hanya terbatas pada anggota DPRD pada Kabupaten/Kota se-eks Karesidenan Surakarta, sedangkan sampel dengan skala yang lebih luas belum diteliti, sehingga hasil penelitian kurang menggambarkan kenyataan yang sesungguhnya. 2. Keterbatasan metode survei bahwa peneliti tidak dapat mengontrol jawaban responden, maka bisa saja pengisian kuesioner ini dilakukan oleh orang lain yang tentu saja tidak sesuai dengan karakteristik dan pendapat responden. 3. Variabel yang diteliti hanya, partisipasi masyarakat dan pengetahuan anggaran, sedangkan masih banyak faktor lainnya yang berpengaruh terhadap pengawasan keuangan daerah. C. SARAN Dari hasil penelitian, analisis data, pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi anggota DPRD diharapkan semakin mensosialisasikan kebijakan publik secara transparan, sehingga masyarakat dapat membantu pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh dewan. 2. Bagi pemerintah baik eksekutif maupun legislatif diharapkan meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga akan meningkatkan tingkat pengawasan. 3. Bagi penelitian mendatang hendaknya mengembangkan sampel yang lebih luas untuk anggota DPRD propinsi. 4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menambah variabel lain, karena masih terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat pengawasan keuangan daerah, misalnya transparansi anggaran, karakteristik anggota dewan, dukungan pemerintah daerah, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA Achmadi, dkk. 2002. Good Governance dan Penguatan Institusi Daerah, Masyarakat Transparansi Indonesia. Jakarta. Basri, Yesi Mutia. 2008. Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran pada PengawasanKeuangan Daerah. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, Volume 8, Nomor 1, Hal 180-198. Coryanata, Isma. 2007. Akuntanbilitas, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Public Sebagai Pemoderating hubungan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). SNA X. Darma, Jufri dan Hasibuan, Ali Fikri. 2012. Pengaruh Pengetahuan Anggota Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Partisipasi Masyarakat Sebagai Variabel Moderting. Jurnal Mediasi. Volume 4, Nomor 1. Dewi, Indah Mustika. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapabilitas Anggota DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Devi, Yulinda P dan Andriyani, Lilik. 2010. Determinasi Hubungan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran dengan Pengawasan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) (Studi Empiris pada DPRD Se- Karesidenan Kedu). Simposium Nasiomal Akuntansi XIII. Purwokerto., Keppres No. 74 tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Mayasari, Rosalina P. 2012. Pengaruh Kualitas Anggota Dewan Terhadap Pengawasan APBD Dengan Tata Pemerintahan Yang Baik Sebagai variabel Moderating. Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (JENIUS). Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi. Mardiasmo. 2001. Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintahan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Yogyakarta: Andi.

, (2005), Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Mustikha, Indah. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kapabilitas Anggota Dalam Pengawasan Keuangan daerah (APBD), Skripsi. Fakultas ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Roseptalia, Rima. 2006. Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran terhadap Pengawasan Keuangan Daerah dengan Variabel Moderator Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: P3ES. Sopanah, 2002. Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap hubungan Antara Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Dengan Pengawasan Keuangan Daerah. Makalah Simposium Nasional Akuntansi V, Semarang. Sopanah dan Mardiasmo. 2003. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah. SNA VI. Surabaya Sopanah. 2009. Studi Fenomenologi: Menguak Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan APBD. SNA XII. Palembang. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung, (2003), Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah., (2004), Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah., (2004), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah. Syaifur, Rahman. 2009. Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan daerah Dengan Akuntanbilitas Publik, partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Moderat. (Studi Empiris pada DPRD Kota Pekanbaru). Utomo, Hari. 2011. Determinasi Hubungan Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan Penyusunan Dewan pada Keuangan Daerah (APBD) (Studi Empiris pada DPRD Kota/ Kabupaten dan DPRD Provinsi Jawa Tengah). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Werimon, Simson. 2005. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) (Study Empiris Di Propinsi Papua). Tesis Program Pascasarjana Studi Magister Sains Akuntansi. Universitas Diponegoro. Werimon, Simson, Imam Ghozali, dan Mohammad Nazir. 2007. Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tenyang Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD). SNA X. Makasar Winarna, Jaka dan Sri Murni. 2007. Pengaruh Personal Background, Political Background, Dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran terhadap Peran DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus Di Karesidenan Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006). Simposiun Nasional Akuntansi X. Makasar. Witono, Banu. 2003. Pengaruh Personal Background dan Political Culture terhadap Peranan DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Empirika Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 16: 26-41.